Bagan O3 : Mas Geo

11 2 0
                                    

"Chan, kaos kaki yang warna kuning ikut masuk ke cucian gak?" tanya Radit.

Chandra yang sedang menuangkan susu pada sereal di mangkuknya terhenti. "Ngga, cuma ada yang putih gambar bintang sama yang item polos kaos kaki yang Bang Radit mah."

Radit mengangguk. Mungkin lupa kaos kakinya disimpan di mana. Terkadang dirinya suka heran, kenapa kaos kaki tuh sering jadi barang gaib?

"Emang abang ngerasa masukin kaos kakinya ke tas laundry?" tanya Chandra yang kini sedang melahap serealnya.

Radit berusaha mengingat, "Gatau anjir, lupa." Chandra cuma mengangkat bahunya, tidak tahu.

"Yaudah deh. Makasih, Chan,"

"Yoo!"

Sepeninggal Radit ke kamarnya, Chandra melanjutkan sarapannya. Tangan kanannya sibuk menyuap sereal dan tangan kirinya sibuk berselancar di laman media sosial miliknya.

"Lah? Gak sekolah lu?" Suara Jaero berhasil membuat Chandra terkejut. Chandra tersedak susu bekas serealnya hingga mukanya menjadi merah.

"Eh! Minum minum!" Jaero memberikan satu botol air mineral yang ada di tasnya. Chandra menerimanya dengan heboh, lalu meminumnya hingga setengahnya.

"BUSET BANG! Aba-aba dulu kek." Chandra menatap Jaero dengan sengit. Gila ... Hampir saja dirinya menyisakan nama????

Jaero mengusap tengkuknya, "Ya sorry? Gue gatau bakalan bikin lu kaget segitunya," ucap Jaero.

Chandra hanya mendengkus kesal.

"Kagak sekolah?"

"Lah emang si Jian gak ngasih tau?" tanya Chandra heran. Pikirnya Jiano pasti akan memberitahu abangnya, karena Jiano apa-apa pasti selalu bilang pada abangnya.

Jaero menggelengkan kepalanya, tanda dirinya tidak tahu. "Emang ada apaan?"

"Hari ini sekolah di liburin dua hari, ada rapat gitu katanya."

Jaero mengerutkan keningnya. "Buset, rapat apaan dua hari begitu?"

"Gatau dah, tapi bagus sih bisa libur dua hari. Mana besok Jumat, jadi liburnya empat hari. Hari ini Kamis, besoknya Jumat, terus Sabtu Minggu deh," kata Chandra.

"Dih enak amat libur empat hari," suara lain berhasil menarik perhatian Chandra dan Jaero yang sedang berbincang. Itu Lian.

"Wess! Dah enakan?" tanya Jaero.

Lian mengacungkan kedua jempol tangannya. "Pijitan Abah memang top markotop pisan!"

"Jaga kesehatan, 'A," ucap Chandra.

Ngomong-ngomong, Hanif dan Lian ingin dipanggil 'aa oleh anak-anak di indekos. Katanya sih, "Biar Bandung banget!" 

Terserah. Gimana mereka aja. Kalau bahasa lainnya, 'Semerdeka lu berdua aja dah!'

Lian menepuk pucuk kepala Chandra dengan pelan. "Perhatian gini euy si kasep!"

"Geli."

Lian menatap Jaero yang sama-sama menatapnya. "Kunaon? Maneh iri?"

Jaero memutar bola matanya malas.

"Dih. Dah ah, gue ngampus dulu," Jaero mengambil satu tempat makan di atas meja makan. "Thanks bekelnya," ucap Jaero pada Lian.

"Iyeee, sami-sami." balas Lian.

Satu fakta baru, Lian itu suka masak bekal untuk teman-temannya bawa ke kampus atau ke sekolah. Bekalnya pun hanya bekal simpel, semacam; nasi goreng, ayam goreng, ikan sarden kalengan yang di beri bumbu tambahan, atau hanya sekedar nugget dan telor ceplok aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang