Ketagihan Diperkosa Part I

1.1K 12 1
                                    


Malam setelah kejadian melihat Bagja Coli, perasaan Atep rasanya tidak tenang. Ada penasaran dan hasrat yang timbul. Bayangan Bagja dengan tubuh telanjangnya terus terbayang oleh Atep. Kontol Besar Bagja, desahan-desahan yang menyebut Namanya. Semuanya terus dibayangkan oleh Atep

Ada perasaan gelisah dan pertanyaan besar di benak Atep

"Masa sih saya suka sama laki-laki? Tapi saya cukup bernafsu sama perempuan. Kalau nafsu dama laki-laki, kenapa setiap saya gym tidak ada laki-laki yang buat saya terbayang-bayang seperti bagja ? di gym dulu saya juga sering lihat laki-laki bugil. Tapi kenapa tadi rasanya beda?"

Atep sulit untuk menolak pertanyaan yang datang, beberapa kali mengalihkan pikirannya ke persoalan yang lain tapi selalu berujung pada bayangan Bagja dan Kontolnya.

Kontol Atep mengembang saat memikirkan kejadian tadi Siang. Akhirnya, Atep melakukan Onani hingga 3 kali banyaknya, karena memang sudah cukup lama Atep tidak melampiaskan hasrat seksualnya. Malam itu semuanya tumpah. Malam semakin mendekap. Atep Rebah dan lelap setelah menidurkan Kontolnya.

"Atep... ateeep bangun atuuuh ih. Kamu tumbenga bangun pagi. Gak solat subuh lagi!"

Rasanya walau sudah berumur kepala tiga, saat bangun kesiangan atep masih mendengar cerewet sang Ibu.

"Atagfirullah... iya bu... khilap. Udah siang yah ..."

"iyah... dasar kamu... loba teuing ulin sih"

"Eeeeh bukan main atuh bu, Atep Cuma ingin meneruskan perjalanan bapak aja"

"Aaaah anak sama bapak sama aja. Membantu.. membantuu.. tapi pekerjaan seperti itu the ga menghasilakn uang atuh Atep. Mending urusin bisnis kamu aja kata ibu mah"

"Iyah bu, tapi Atep masih mau disini dulu yah. Dua bulan lagi aja. Ibu juga kan sendirian"

"Terserah kamu aja tep.... Ini tep, kayanya ibu mau ke kampung sebelah. Ada acara sama temen-temen. Dan kayanya gak pulang dulu. Kamu anter yah, terus lusanya jemput Ibu ulah poho"

Mendengar ibunya tidak dirumah walau Cuma dua hari, pasti rumah akan sepi. Saat itu juga Atep bersiap tancap gas motor bekas alm bapaknya untuk mengantarkan Ibu. Diperjalanan ibunya lebih banyak bicara, seperti ibu-ibu pada umumnya. Cerita tentang tetangganya atau siapapun yang ia tahu.

"Oh iya tep, hati-hati yah, sekarang kayanya dimana-mana lagi musim rampok. Kemarin bu nyai, emas sama uangnya raib. Nanti pintu jangan lupa dikuncii tuh kalau malam"

"Iyaaah bu, iyaaaah. Nanti Atep suruh Sangaji nginep dirumah aja ya bu. Sepi kalo dirumah sendirian mah"

"Nah iya gitu aja"

Setelah pulang mengantar ibu, Atep langsung saja menghubungi Sangaji untuk menemaninya.

Matahari makin lama makin turun. Rasanya hari itu hari yang paling gabut bagi Atep. Tidak ada aktivitas selain mengantarkan ibunya dan menelpon beberapa orang yang bertanggung jawab di outlet laundrynya.

Beberapa orang yang melewati rumahnya kerap Atep sapa dengan sopan. Termasuk Ojan, anak pak lurah. Tampilannya berandal, tapi wajahnya tampan. Walaupun banyaknya punya sifat tidak sopan. Seringkali dari tadi Ojan bolak-balik melewati rumahnya.

"Ooooh mungkin karena pak Lurah lagi sakit... Jadi dia banyak bantu bapaknya. Lagian emang kea rah kantor kelurahan lewat sini juga" piker Atep

Sedari tadi sore atep duduk diteras sambil scrolling handphonenya. Seperti layaknya orang biasa, dirumah Atep hanya menggunakan kaus sleeveless dan kolor saja. Tetap saja, Atep masih terlihat tampan dan menawan. Atep diselimuti cahaya jingga. Rumah Ibu Atep memang menghadap barat. Didepannya tanah lapang dan juga sawah. Matahari tenggelam bisa menjadi pemandangan sehari-hari dan bisa dilihat didepan teras rumahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PULANG KAMPUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang