Tandai typo!
“Ini situasi seperti apa sih.”
—RA Raespati ArunaDirinya tengah melamun di depan meja rias. Bahkan entah berapa lama ia berdiam diri sambil memikirkan sesuatu. Aruna, cewek mantan ketua OSIS kembali memikirkan hal yang terjadi kemarin.
“Arrgghhhh, kenapa gue lakuin itu kemarin,” decaknya sambil mengacak rambutnya.
“Ah, mana satu meja lagi sama manusia Elsa frozen,” lanjutnya.
Kejadian kemaren benar benar membuatnya malu seketika. Apalagi secara tegas dirinya menolak untuk di ajak pulang oleh salah satu anggota Pandawa.
“Cakep si, tapi songong.”
Aruna beranjak dari kursi nya dan memilih rebahan di kasur empuk miliknya. Sedang enak enak nya scroll sosial media, sebuah notif WA masuk ke HP nya. Saat ia buka pesan tersebut ternyata Putra lah yang mengirim nya pesan katanya ingin jalan jalan berdua.
Aruna beranjak untuk bersiap siap. Awalnya memang dia mager untuk kemana mana, namun saat Putra bilang akan mentraktir nya ia tidak menolak.
Kediamannya memang saat ini sepi. Orang tua nya yang memang sibuk masing masing, di tambah adik nya yang tengah bermain PS di rumah temannya.
Tin tin
Saat mendengar klakson, Aruna langsung turun dan segera membuka pintu nya. Dia tersenyum lebar saat mengetahui Putra sudah menjemputnya. Namun, senyuman itu sirna saat tau siapa yang menjemputnya.
“Elo!!!”
Altezza lah yang menjemput Aruna. Cowok itu berdiri di atas motornya tanpa menstandar motor miliknya. Melihat kedatangan Aruna, Altezza sedikit terpana dengan kecantikan milik Aruna.
“Apa liat liat!!” sinis Aruna.
Altezza memerjapkan matanya sejenak. Ia langsung memandang datar Aruna.
“Naik,” titah Altezza.
“Ogah. Gue nunggu Putra.” Altezza menghela napas nya lelah.
“Putra nyuruh gue jemput lo.”
Aruna berdecak pelan. Tanpa menunggu lama, Aruna langsung naik ke motor sport Altezza. Awalnya memang kesusahan, namun karena Altezza yang membantu nya kini ia berhasil naik ke motor nya.
Motor Altezza berhasil membelah padatnya jalanan Purwokerto. Sembari menikmati pemandangan kota Purwokerto, Aruna tak sadar melingkarkan tangannya ke pinggang Altezza.
Deg
Detak jantung Altezza berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia berusaha menetralkan detpak jantung nya. Saling enaknya menikmati pemandangan, semilir angin membuat Aruna mengantuk.
Altezza yang sadar, tangannya menarik erat tangan Aruna. Reflek Aruna sadar. Dia mencoba menarik tangannya kembali namun, Altezza mencegahnya.
“Tidur aja. Lagian masih lama.” Aruna mengangguk pelan. Dia menyenderkan kepala nya di bahu milik Altezza. Aruna langsung tertidur.
Altezza mencoba menetralkan detak jantungnya. Dia dengan hati hati mengendarai motornya agar Aruna tidak terbangun.
Lama nya perjalanan, Altezza kini telah sampai di tempat tujuan. Karena hawa dingin, Aruna mengeliat dan menatap daerah sekitarnya. Dieng. Kini mereka telah sampai di tujuan.
Bukan cuma Altezza dan diri nya, melainkan seluruh anggota Pandawa juga ikut serta dalam kegiatan ini. Mereka memutuskan untuk pergi touring. Tanpa Shankara tentu nya, mengingat Shankara masih belum pulih total.
“Enak bener lo bos di peluk sama bu bos,” celetuk Abimanyu, salah satu anggota Pandawa yang tengil dan juga memiliki omongan pedas.
“Modus nya bisa aja bos.”
“Asek lah kalo ada bu bos.”
Altezza memutar bola matanya malas. Lain hal nya dengan Aruna, ia turun dan langsung menghampiri Putra yang tengah duduk bersama Bulan.
Benar saja, sahabat Aruna yang lain ternyata sudah berada si sana. Aruna pun langsung bergabung tanpa mendengar cecuitan yang lain.
***
Mereka kini sudah berada di gunung Dieng. Hawa sejuk pegunungan yang mendominasi, membuat Aruna dan yang lain semakin mengeratkan jaketnya.
“Ke Dieng kenapa tidak bilang. Tau gitu gue nggak bakal pake baju ini,” celetuk Aruna.
Pasalnya yang Aruna pakai kaos berlengan pendek. Untung saja Altezza tadi meminjamkan sweater nya. Jadi ia tidak terlalu kedinginan.
“Lo nggak nanya,” sahut Bulan.
“Orang gue di kabari sama si Putra katanya mau jalan mau traktir.”
Aruna kesal dengan sepupunya itu. Gemar sekali Putra menjailinya. Sedangkan sangat empu yang tengah di bicarakan terkekeh saat berhasil mengerjai sepupu nya itu.
Mereka asik sendiri. Ada yang swafoto bahkan sampai membuat konten di tiktok. Aruna hanya berdiam diri sambil menikmati kedaimaian.
Altezza yang melihat Aruna tengah memejamkan matanya langsung memfotonya diam dia. Dia tersenyum tipis saat melihat hasil jepretannya.
Cantik, batin Altezza.
Dia menghampiri Aruna. Dia berdiri di samping Aruna. Aruna yang tak sadar langsung terlonjak kaget saat mendapati Altezza yang berada disisi nya. Diam diam, salah satu anggotanya memotret keduanya. Ia tersenyum puas saat melihat hasil jepretannya.
“BOS KAPAN LO NEMBAK CALON BU BOS KITA!” teriak salah satu anggota nya yang dihadiahi kita kan manis oleh temannya.
“Brisik bego. Kalo mau teriak jangan di telinga gue.”
“Baperan kek cewek.”
“Hey udah udah, nggak malu apa diliatin bu bos.”
Tingakah mereka membuat Altezza tersenyum tipis. Melihat senyum yang di pancarkan Aruna entah mengapa jantungnya selalu saja berdisko seperti template capcut.
Gue rasa gue bakal cek jantung gue. Nggak baik kalo gue punya riwayat jantung, batin Altezza seraya menatap Aruna dari samping.
To be continued
Jumlah kata : 767

KAMU SEDANG MEMBACA
PURWOKERTO dan Kisahnya (TERBIT)
Teen FictionTersedia di Shopee Terbit di Teori Kata Publishing JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE, DAN KOMEN!! ☕︎︎[ Event menulis solo bersama lapaspenulis Teori kata publishing 25days ] PART LENGKAP! NOTE : REVISI + PROSES TERBIT =>> PURWOKERTO, Salah satu kota yang...