Bagian O1: Arloji | O1

22 1 0
                                    

Prolog

BLAM

Merinding seketika setelah pintu itu menciptakan suara yang menggema oleh bantingan paman. Paman nampak tergesa-gesa dan dia menatapku dengan tajam, aku semakin bergidik ngeri dibuatnya. Dia datang mendekat, dan mendekat, dan kemudian memegang kedua pundakku.

"Lihat paman."

Kutatap mata itu. Terlihat sorot matanya yang berambisi.

"Ada apa paman? Mengapa paman begini?"

"In-guk, turuti apa yang paman katakan, ya?"

Paman memakaikan sebuah arloji pada tanganku.

"Bawa arloji ini selalu bersama mu supaya kau menemukan Ahn, dan-"

"Bawa kartu-kartu ini. Kau bantu lah kehidupannya sebaik mungkin- Tidak! Buat lah hidupnya sangat baik! Menjadi yang paling baik. Jangan gagal!" Lanjutnya setelah menyodorkan beberapa kartu debit. Kartu-kartu debit ini tampak asing dan baru baginya.

Aku menyeritkan dahi.

"Ahn? Ahn siapa?"

"Orang yang selalu kau inginkan keberadaannya, kakakmu!"

"Kakak?" Lagi, aku mengulangi pertanyaanku lagi. Rasanya aku tidak pernah mendambakan seorang kakak dalam hidupku. Aku merasa cukup puas dengan menjadi anak tunggal.

Tak lama, kulihat paman pergi mengambil dua buah barang semacam briefcase bag dan membawakannya padaku.

Aku menyeritkan dahi.

"Untuk apa semua ini?"

"Untuk kau masukkan kedalam ATM semuanya!"

"Ingatlah!" Teriaknya lagi.

"Carilah dia secepatnya!"

"Aishh memangnya siapa dia? Mengapa aku harus mencarinya?"

"Paman hanya ingin kau membuatnya hidup dengan bahagia, itu saja."

Kemudian paman hanya menyentuh arloji ini dan tiba-tiba latar tempat dimana aku berdiri sekarang sudah berubah. Yang sebelumnya adalah ruangan tersembunyi milik paman, kini berubah menjadi kamar tidur.

"Dimana ini?!" Tanyaku meraung.

***

Seorang lelaki muda baru saja keluar dari pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa. Tentu saja dengan handuk yang melilit tubuhnya. Pekerjaan yang baru saja empat bulan lalu ia dapatkan dengan susah payah ini, menunggu dirinya untuk menyelesaikan tenggatnya. Ia tidak mau kehilangan pekerjaan lagi sehingga sebisa mungkin ia bekerja dengan baik yang sialnya- sangat padat, dan cukup banyak. Ada sedikit perasaan bahwa dirinya dirugikan dan diperas, namun ia abaikan saja dulu, karena dirinya harus memiliki pendapatan terlebih dahulu.

Ia memiliki suatu barang berupa arloji. Sebuah arloji yang dengan itu ia dapat menerima pendapatan pasif untuk biaya hidup, sekolah sampai sekolah menengah atas, sepetak rumah kecil dan tanahnya dari pak lurah, yang walau tak seberapa namun cukup untuk dirinya menyambung hidup sehari-hari. Namun, semua hak itu hanya berlaku sampai dirinya berusia dua puluh satu tahun saja, kini ia sudah lebih dari dua puluh satu tahun dan harus berjuang sendiri untuk menyambung hidupnya juga menyewa tempat tinggalnya ini. Arloji itu seakan merupakan bukti bahwa ia pernah memiliki kontrak dengan pak lurah. Walaupun kini tak berguna lagi, ia tetap akan menjaga dengan sangat baik arloji itu. Karena hanya arloji itulah satu-satunya barang yang ia miliki dari kecil, walau tak tahu bagaimana ia bisa mendapatkannya secara tiba-tiba.

With You Only For Four YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang