PART 29

1.2K 33 6
                                    

"Bagaimana Sisi? Apa sekarang kau sudah terbiasa dengan kaki barumu?" Arfan nampak bahagia melihat Sisi dengan lancar berjalan dan sudah terbiasa dengan kaki palsunya itu. Tanpa bantuannya lagi...

Sudah 2 minggu lebih Sisi berada di rumah sakit ini, melaksanakan beberapa tahap pengobatan untuk kesembuhannya. Setiap hari Arfanlah yang mengurusnya, dimulai dari mengajarinya jalan, memberi motivasi-motivasi, membuat makanannya langsung dan menyuapinya makan.

"Ini benar masakanmu kan?" Cetus Sisi yang membuat suapan Arfan terhenti di tengah jalan.

"Iya bawel. Aku ke dapur rumah sakit setiap hari demi membuat makanan untukmu.." jawab Arfan sambil tertawa kecil.

"Aku tidak suka makanan rumah sakit, makanan itu hanya membuat keadaan perut jadi memburuk saja.."protes Sisi.

Arfan hanya menatap Sisi lekat sambil tertawa kecil, menikmati wajah cemberut Sisi yang bisa membuatnya senyum-senyum sendiri saat mengingatnya nanti.

"Tapi ternyata ada yang lebih buruk lagi dari masakan rumah sakit.."

"Apa?" Tanya Arfan sambil memasukan makanan itu ke mulut Sisi.

"Masih penuh Arfan!" Bentak Sisi kesal.

Arfan hanya tersenyum karena ia sadar terlalu semangat menyuapi wanita di hadapannya saat ini.

"Apa itu Si?"Arfan mengulang pertanyaannya lagi sambil menurunkan sendoknya.

"Masakanmu ini.." jawab Sisi sambil mengunyah bubur yang Arfan buatkan tadi pagi.

"Ck.. tidak enak? Bukankah kau selalu memuji masakanku? Kenapa sekarang?"

"Ah. Baiklah aku akan mencicipinya.."

Belum sempat Arfan memasukan sendok ke dalam mulutnya, Sisi sudah mencegahnya terlebih dahulu.

"Jangan!"

Tapi terlambat.

"Arfan. Kau tahu? Kita sudah berciuman secara tak langsung.." wajah Sisi memerah, ekspresi terkejutnya sangat over!

"Kau sudah merebut ciuman per--"

Kata-kata Sisi terhenti, tiba-tiba ia teringat bahwa ciuman pertamanya itu sudah terjadi ketika H-1 pernikahan Enri dan Valen. Ya, Enri yang sudah merebut ciuman pertama Sisi bukan lelaki yang disampingnya saat ini.

Melihat raut wajah Sisi yang berubah menjadi muram, Arfan segera meletakan mangkuk bubur yang sedari tadi dipegangnya dan mengambil tisue untuk mengelap bibir Sisi yang belepotan.

"Ya. Bubur ini tak layak untuk dimakan. Aku salah memasukan bumbu, aku memasukan gula bukan garam. Maaf.."

"Lagi pula kenapa kau masih tetap memakannya sih" gerutu Arfan kesal sekaligus bingung dengan sikap Sisi yang masih memakan masakan dengan rasa aneh itu.

Namun Sisi masih asyik dengan dunia lamunannya sendiri ditambah wajah yang muram,ia tak lagi mempedulikan kata-kata Arfan.

"Kau marah karena aku merebut ciuman pertamamu?"Arfan masih sibuk mengusap sisa-sisa makanan disekitar bibir Sisi.

"Bukan. Aku teringat akan sesuatu. Arfan.. aku rasa aku ingin beristirahat. Kau uruslah pasienmu yang lain. Aku tidak enak dengan pasienmu yang lain, kau mengurusku terus dan tidak melayani mereka"ujar Sisi.

Dengan sigap Arfan membetulkan bantalnya dan membaringkan tubuh mungil Sisi.

"Baiklah. Selamat tidur..aku akan membuatkan makanan yang baru untukmu" ujar Arfan sembari menarik selimut sampai ke dada Sisi.

INNER BEAUTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang