⋆ 0.1 𐙚

453 44 2
                                    

Suasana kelas 11 IPS begitu ramai sekarang, suara musik beradu dari yang mulanya genre pop kini berubah menjadi dangdut koplo.

Bellisa Abigail memijat keningnya pusing, bisa tidak sih mereka semua berhenti memutar musik di saat jamkos seperti ini.

Napas Bellisa terengah-engah, pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi terlebih seluruh tubuhnya sudah dikuasai oleh hawa panas.

Menyadari Bellisa yang sedang tak enak badan, Hyori Kiyomi, gadis ambisius yang duduk di sebelahnya menatap Bellisa dengan khawatir.

"Kenapa lo Bel," tanya Hyori khawatir. "Mau gue bantuin ke UKS?" lanjutnya masih menatap Bellisa yang sudah mulai pucat.

Bellisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Hyo bisa tolong panggilin Justin ngga, kepala gue pusing banget."

"Serius Justin, kenapa ngga Gyuvin aja Bel?" tanya Hyori memastikan jika Bellisa tak salah menyebut nama.

"Justin aja, Gyuvin pasti sibuk," jawab Bellisa tanpa menatap Hyori karena saat ini wajahnya sedang ia sembunyikan pada tumpuan tangan.

Sikap Bellisa yang seperti ini yang membuat beberapa siswa-siswi SMA Pradipta simpulkan bahwa di antara keduanya memiliki sesuatu yang tak diketahui oleh siapapun, semacam hubungan gelap.

Hyori menuruti saja kemauan teman sebangkunya ini. Setelah menutup buku pelajaran yang sedang dibacanya, Hyori mulai menelfon Justin.

Sudah kelima kalinya Hyori menelfon Justin tetapi tak kunjung diangkat. Sedari tadi hanya ada suara operator saja yang menjawab seperti; Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, cobalah beberapa saat lagi.

Tatapan tajam Hyori lemparkan pada ponsel miliknya, jika sudah begini mau tidak mau Hyori harus berkeliling sekolah mencari keberadaan si tengil, Justin.

"Bel," panggilnya.

Bellisa mengangkat wajahnya menatap Hyori, "Hm?"

"Serius nih lo mau nunggu gue nyari Justin dulu, langsung ke UKS aja gimana, gue tungguin kok."

Perempuan berbandana putih itu menggeleng, "Gue mau nunggu Justin aja."

Hyori tahu Bellisa tak pernah bisa terlepas dari Justin, apalagi jika dalam keadaan tak enak badan seperti ini.

Mau tak mau Hyori mencari Justin terlebih dulu berdua dengan Nicha, gadis maskulin atau yang biasa dikenal dengan sebutan tomboy yang saat ini sedang berbincang dengan salah satu siswa kelas sebelah.

Tepat ketika ia ingin menghampiri Nicha, gadis tomboy itu sudah lebih dulu berbalik menatapnya.

"Mau cari Justin?" Tanyanya tepat sasaran. "Udah jangan kaget kenapa gue bisa tau, ayo cari sebelum Bellisa sekarat."

"Anjing, mulut lo disekolahin ga sih." Umpat Hyori bercanda karena Nicha juga mengatakan kalimat itu dengan nada bercanda.

"Kebetulan yang disekolahin tuh otak gue bukan mulut, jadi ini mulut sebebasnya aja sih mau ngomong apa."

Sudah sepuluh menit lamanya kedua gadis itu berkeliling SMA Pradipta demi mencari pemuda bernama Justin Karl itu, namun yang dicari tak terlihat batang hidungnya sejak tadi.

"Bangsat bego tolol anjing, kemana sih Justin?!" Nicha mengumpat pada akhirnya saat merasakan kakinya mulai pegal karena mencari pemuda bernama Justin itu.

"Terus aja terus, semua isi kebun binatang lo absen," pancing Hyori membuat Nicha menatap gadis berdarah jepang itu dengan malas.

Beberapa detik kemudian Nicha menjentikkan jarinya, "Kita belum nyari ke perpustakaan kan, Hyo."

Sweet - Liskook AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang