⋆ 0.2 𐙚

368 49 4
                                    

Justin, pemuda itu baru saja selesai menemani Bellisa yang masih menangis seperti balita akibat jarum suntik yang menembus permukaan kulitnya.

"Sakit Justin, katanya kaya di gigit semut doang." cicit Bellisa menatap Justin tajam.

"Menurut gue sih emang kaya di gigit semut doang, lagian udah gede masih aja lo takut disuntik."

Menunggu selama beberapa saat, hasil tes darah sudah keluar dan menunjukkan jika Bellisa positif terkena DBD.

"Kalau DBD wajib diinfus nona, biarkan saya cari nadinya dulu untuk menusuk jarumnya," izin suster rumah sakit itu.

"Ih apaan sih ini, katanya tadi doang disuntiknya!" protes Bellisa menatap Justin yang hanya tersenyum.

"Tadi kan ambil darah, sekarang disuntik lagi buat infus Bel."

Bellisa segera menarik tangannya dari suster yang masih sibuk mencari titik nadinya, "suster jangan sentuh saya."

Sikap Bellisa yang seperti itu membuat suster itu terkekeh, begitupula dengan Justin yang sudah meledakkan tawanya.

"Maaf sekali nona, tapi nona harus menjalankan perawatan jika positif DBD, boleh saya lihat lagi tangannya?"

Bellisa menggeleng-gelengkan kepalanya, tak mau jika suster itu menyentuh tangannya kembali.

"Pelit banget sih lo Bel, punya dua tangan juga," ujar Justin dengan nada bercanda.

"Enak aja, kalo gue kasih tangannya nanti tangan gue sisa satu dong," Bellisa menatap Justin tak terima.

Bukan seperti itu maksud Justin, tapi, yaudahlah yang terpenting sekarang Bellisa sudah ingin menyerahkan tangan kirinya pada suster.

Suster itu sudah bersiap dengan jarum suntik, membuat Bellisa memejamkan matanya dan memeluk Justin erat.

"Ya tuhan ya tuhan, gue takut banget jusTIN AAAAAA SAKIT BANGET!" Bellisa meredam rasa sakitnya dengan menggigit bahu Justin.

Pemuda dengan celana abu-abu SMA itu mengaduh kesakitan, "Aduh Bel ngapain sih gigit bahu gue, mending gigit leher gue aja."

"IHHH, GUE LAGI SAKIT BISA-BISANYA YA LO!" Suara Bellisa naik satu oktaf setelah melepaskan pelukannya.

"Kalo ngga sakit berarti boleh dong?" goda Justin seraya menarik turunkan sebelah alisnya.

"JUSTIN!" Bellisa menutup kedua wajahnya dengan telapak tangannya, ia malu saat suster itu menggelengkan kepalanya sembari terkekeh melihat tingkah laku keduanya.

Setelah selesai, Bellisa menunggu kedatangan sang ayah untuk mengurus administrasi dan dipindah ke ruang rawat inap.

"Sini gue bantuin," Justin mengambil ikat rambut yang ada pada tangan Bellisa, ia membantu gadis itu mengikat rambutnya.

"Justin ini bener ngga sih, pacar lo sama Nicha katanya berantem di perpus," Bellisa menunjukkan tweet yang menunjukkan sekilas foto Nicha dan Salma sedang saling menjambak.

"Justin ini bener ngga sih, pacar lo sama Nicha katanya berantem di perpus," Bellisa menunjukkan tweet yang menunjukkan sekilas foto Nicha dan Salma sedang saling menjambak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet - Liskook AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang