Aku bukan tipe wanita yang mudah patah hati.
Aku bukan wanita yang mudah marah dan
menangis.
Karena tak pernah kubuka hatiku dan sakiti diri sendiri untuk ucapkan selamat tinggal.
Aku tak pernah memiliki hubungan seperti ini,
Bahkan aku tidak pernah benar-benar
merasakan jatuh cinta.
Banyak orang menyatakan cinta tulus padaku,
Tapi itu tiada artinya bagiku.
Aku telah hilang akal, aku kehilangan semuanya.
Dan jauh di lubuk hatiku aku kan tenggelam
dalam air mata.
Aku hilang pegangan, apa yang terjadi?
Aku telah tersesat di kegelapan,
Aku merasakan sesuatu yang sangat
menyakitkan.
Semuanya sungguh berbeda.
Rasanya aku hanyalah korban,
Aku mencoba pergi dari kehidupan,
Tapi kenapa aku tidak bisa?
Semua kesakitan yang kurasakan kenapa harus seburuk ini?
Tapi apapun yang terjadi, aku takkan pernah
melihat siapapun. Menangis?
Ya itulah hal yang selalu aku lakukan, lalu apa lagi sekarang?
Apakah itu terjadi saat hari pertama kita?
Karena sungguh menyakitkan untuk
mengingatnya.
Mungkin karena dirimulah aku membenci semua yang ada didiriku.
Dan kutahu jika aku sudah kotor.
Harusnya tak kubiarkan kau mendekapku,
Harusnya aku bisa melawanmu,
Tapi kenapa aku tidak bisa?
Bagaimana aku bisa sampai di sini bersamamu?
Aku tak pernah tahu dengan semua yang terjadi padaku.
Aku kesakitan dan kau pun tahu itu.
Lalu kenapa kau hanya menatapku dengan
tatapan seperti itu?
Menatapku disaat aku terus menangisi hidupku.**
Semburat sinar sang surya mulai memasuki setiap celah tirai yang berada di ruangan tersebut. Lebih tepatnya sebuah kamar tidur yang sangat besar tapi buruk. Kamar itu sangat berantakan dengan barang-barang yang pecah dan berserakan di sembarang tempat. Tepat tengah kamar itu terdapat satu ranjang ukuran King dengan dua manusia yang tengah berada diatasnya. Tapi anehnya seorang gadis yang berada diranjang itu menatap kosong kedepan, dia terduduk dengan tangan memegang selimut yang membungkus tubuhnya. Awalnya hanya sunyi senyap tapi setelah memasuki menit ke lima pria yang berada disamping gadis itu membuka mata, dari sana terlihat sepasang mata hazzel yang sangat memabukkan dengan siluet matahari yang membuat keduanya semakin sempurna.
Pria itu menguap lantas dia menampilkan seulas senyum kearah gadis disampingnya, "Good morning baby."
Gadis itu masih terdiam ditempat, dia masih menatap kosong kedepan tanpa memperdulikan pria disampingnya yang sudah terbangun dan memberikan ucapan selamat pagi tadi. Tiba-tiba setetes air mata jatuh begitu saja di atas wajahnya yang cantik tapi terdapat beberapa luka lebam. Apa yang terjadi?
" Are you okay babe? " Pria itu memposisikan dirinya hingga duduk disamping gadisnya. Dia menyentuh lembut pundak gadis tersebut.
"Jangan sentuh aku bajingan!" Gadis tersebut menepis tangan besar yang berada di pundaknya, kemudian dia bangkit dari ranjang dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya.
"Kau mau kemana, jalang?"
"Kau memanggilku jalang? Dasar bajingan keparat, kau membuatku seperti ini dan sekarang kau memanggilku jalang?" Suara gadis itu mulai meninggi dengan mata cokelat terangnya yang terus menatap tajam kearah pria itu.
"Aku berhak melakukan apa yang aku inginkan kepadamu, Sherene!" Pria itu bangkit dari ranjang dan berjalan mendekat kearah gadis yang bernama Sherene tersebut.
"Kau tidak punya hak sama sekali akan diriku, kau tidak ada hak untuk melakukan apapun pada diriku, bahkan kau tidak punya hak untuk menyentuh tubuhku!" Teriak Sherene jengah.
"Benarkah? Kau lupa jika kau sudah sah menjadi Mrs.Bieber? Ya Sherene kau istri sahku, istri sah dari seorang Justin Bieber."
Sherene terkekeh, dia menatap Justin dengan tatapan jijik. "Dan kau lupa Justin, jika aku sangat membencimu dan tidak pernah mencintaimu sama sekali. Ah ya kau juga lupa jika kau adalah seorang pria bajingan!"