03 : Laki-laki yang sama

118 76 21
                                    

Pagi hari, seperti di hari-hari biasa, tidak ada yang begitu spesial hanya saja sekarang terdapat anggota baru dimana sekarang wanita yang notabennya ibu sambung dari Kanaya sedang memasak di dapur.

Jujur Kanaya tidak terlalu menyukai wanita itu karena dia seperti wanita yang  tidak baik-baik, Kanaya yang sudah rapih dengan seragam yang sudah melekat pada tubuhnya pergi begitu saja melewati ketiganya yang sedang sarapan.

"Kanaya, ayo makan bareng!!" teriak wanita itu dengan percaya diri.

Kanaya menghentikan langkahnya dan menoleh. "Kanaya nggak laper Tante, Kanaya berangkat ke sekolah dulu," ucapnya kemudian kembali melangkah pergi.

Dasar anak itu, menyebalkan sekali sih!

****

Sesampainya di kelas Kanaya duduk anteng di tempat duduknya, kelas mulai berisik ketika mereka melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah lewat jendela, sepertinya akan ada murid baru.

"Wih, gue denger-denger ada murid pindahan, mungkin yang naik mobil itu kali ya?" Ucap salah satu siswi.

"Maybe, katanya sih anak dari pemilik perusahaan yang cukup terkenal di Jakarta sih."

"Eh, serius lo? Kenapa anak orang kaya malah pindah ke sekolah swasta biasa aja kek gini?"

Siswi itu mengedikkan bahunya. "Entahlah, emangnya gue emaknya!"

Kanaya hanya mendengar ucapan itu tanpa minat, murid baru ya? Semoga saja bukan perempuan, karena bisa-bisa orang yang tidak menyukainya makin bertambah.

"Pagi semuanya, ayo duduk," ucap seorang guru yang baru saja tiba, itu adalah wali kelas mereka.

Sebelum kembali berbicara, ia menoleh ke arah Kanaya, wanita itu hanya merotasikan kedua bola matanya saat lagi-lagi melihat Kanaya yang mengenakan hoodie di dalam kelas.

"Oke, sebelum mulai pelajaran, ada yang mau ibu bicarakan. Hari ini kelas kalian kedatangan murid baru."

Seketika kelas menjadi berisik karena para siswi mulai berbisik-bisik.

"Bu! Apakah dia yang menaiki mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah?" tanya salah satu siswi.

Guru wanita itu nampak berfikir. "Betul sekali, tanpa banyak lama, kita panggil aja." Guru itu lalu menoleh ke arah pintu yang terdapat murid baru tengah berdiri di sana. "Silahkan masuk," ucapnya mempersilakan.

Murid baru itu masuk, seketika para siswi mulai heboh karena melihat visual dari murid baru yang ternyata adalah laki-laki, sementara Kanaya hanya biasa-biasa saja.

"Halo, nama saya Gibran Anendra Jaya, semoga kita bisa berteman dengan baik," ucapnya seraya tersenyum simpul.

Kanaya seketika membulatkan matanya, Gibran? Nama itu seperti nama anak laki-laki yang menolongnya 10 tahun yang lalu.

Mungkinkah dia laki-laki yang sama?

"Aduh Gibran, jangan senyum dong, nanti kalo gue pingsan gimana?" tanya seorang siswi yang tengah senyum-senyum nggak jelas.

"Pake BPJS," sahut murid laki-laki dibelakangnya.

"Ihh, diem lo!"

"Shutt, kenapa jadi kalian yang berisik sih? Diam!" Pinta wali kelas mereka.

"Gibran ada beberapa bangku yang kosong, kamu mau duduk di mana?" tanya wanita itu.

Gibran mengedarkan pandangannya, ia lalu menangkap satu kursi yang begitu membuatnya tertarik, ah tidak lebih tepatnya penghuni yang disebelahnya.

"Saya mau duduk di sana." Tunjuk Gibran pada kursi kosong disebelah Kanaya.

"Dengan Kanaya? Baiklah, silahkan ke sana, Gibran," kata wanita itu.

Kanaya? Namanya mirip perempuan 10 tahun yang lalu

Gibran mengangguk dan mulai melangkahkan kaki jenjangnya menuju kursi barunya, Kanaya nampak begitu kikuk ketika baru pertama kalinya ada yang mau duduk dengannya.

"Hai," sapa laki-laki itu ketika matanya tanpa sengaja bertubrukan dengan milik Kanaya.

Kanaya terdiam lalu mengalihkan pandangannya, ia begitu takut berinteraksi dengan orang baru.

Usai mengantarkan murid baru ke kelas, wali kelas 10 IPA 3 lantas keluar dari kelas dan digantikan dengan guru laki-laki yang mengajarkan mata pelajaran biologi.

****

Di jam istirahat seperti saat ini, seperti biasa Kanaya hanya berdiam diri di dalam kelas, sebenarnya ia ingin sekali pergi ke kantin untuk membeli makanan. Tapi apalah daya, ia aja tidak diberikan saku oleh Alden, pria itu tidak pernah lagi memberikan uang jajan setelah berhenti kerja.

Sementara di lain sisi, terdapat Gibran, siswa baru yang tengah di kerumuni banyak siswi di kantin. Jujur ia sangat risih dengan itu, bagaimana tidak? Niat hati ingin makan, justru ia malah banyak ditimpa pertanyaan yang begitu menjengkelkan.

Contohnya; ia berasal dari keluarga apalah, asal sekolah mana lah, anak ke berapa lah. Ah, Gibran sangat muak dengan pertanyaan itu.

Tapi yang begitu asyik adalah, ia mendapatkan banyak sekali cokelat dari siswi-siswi itu, tentu saja ia tidak akan menolaknya. Orang mana yang nggak suka sama cokelat di zaman sekarang, kan?

"Akh, makasih cokelatnya, btw gue mau ke kelas. Bel udah bunyi, thanks semua atas cokelatnya." Gibran berbicara terlalu buru-buru, sebenarnya ia ingin menjauhi para siswi itu yang membuatnya jadi tidak berselera makan.

Huh, menyebalkan sekali!

Sesampainya di kelas, ia mengelus dadanya, untung saja kelas masih sepi dan siswi-siswi tadi tidak mengikutinya sampai kelas. Dengan langkah santai, Gibran pun duduk di bangkunya yang dimana terdapat Kanaya sedang mendengarkan lagu melalui headset kabelnya.

"Nih buat lo," ucap Gibran dengan memberikan semua cokelat dari siswi-siswi tadi.

Kanaya sontak saja melepaskan headsetnya, ia lalu meletakkan benda itu di laci meja. Kemudian menatap bingung ke arah Gibran.

"Buat aku semuanya?"

Gibran mengangguk, Kanaya kemudian berkata lagi; "emangnya kamu nggak suka cokelat?"

"Gue sih suka, tapi kalo nyokap gue ngeliat gue pulang bawa jajanan dari luar, bisa kena omel gue," ucapnya sambil mengambil buku di dalam tas.

Kanaya mengangguk-angguk, ia lalu mengambil cokelat itu. "Makasih ya," ucapnya seraya tersenyum manis.

Gibran yang melihat itu spontan ikut tersenyum. "Sama-sama, kalau bisa diumpetin, nanti ada yang liat." Kanaya membalasnya dengan anggukan.

Baru saja Kanaya ingin menulis di bukunya, tetapi ucapan Gibran membuatnya terhenti.

"Eh ya, nama lo siapa?" tanya Gibran.

"Kanaya Maheswari," ucap Kanaya.

Gibran menganggukkan kepalanya. "Nama yang bagus, Kanaya."

Apakah, dia bocah yang gue tolong?

TBC

Gimana sama bab kali ini? Komennya dong!!

Jangan lupa untuk vote guys, biar tambah semangat buat update!!

Bye-bye!!

IG:
byubwerrymoon

Kanaya dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang