15 : Baby bear

39 28 6
                                    

Kanaya tidak bisa lagi berkata-kata, dengan tangan gemetar ia mengambil ponselnya dan mencari roomchat dirinya bersama Gibran.

Kanaya tidak bisa lagi berkata-kata, dengan tangan gemetar ia mengambil ponselnya dan mencari roomchat dirinya bersama Gibran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceklis satu, itulah yang Kanaya lihat, tumben sekali ponsel Gibran tidak aktif. Laki-laki itu baik-baik saja kan? Kanaya jadi khawatir.

Kanaya memilih mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja belajar, ia memilih menyimpan benda itu di dalam laci meja belajarnya, untuk sekarang ia lebih memilih untuk tidur dan sejenak melupakan dunianya yang begitu kacau.

Di lain tempat, lebih tepatnya di mobil Gibran, ia akan berangkat ke sekolah sekarang. Laki-laki itu nampak gundah gulana karena sang Mama baru saja menyita ponselnya dengan dalih agar dia tidak bisa mengirim pesan kepada Kanaya.

"Akh, sial banget sih gue! Gue yakin pasti Kanaya wa, akhh gue harus apa coba," gumam Gibran kebingungan, ia saat ini berada di perjalanan menuju sekolah.

Seketika ia menjentikkan jemarinya setelah terlintas ide di otaknya itu. "Mang! Pinjem hp dong!!" pinta Gibran dengan suara yang diimut-imutkan.

"Pinjem hp? Buat apa Den? Aden nggak bawa hp emangnya?"

"Ponsel saya disita Mama, saya mau hubungi pacar saya."

"Wih, Aden punya pacar?"

"Woah, jelas dong, ya kali saya nggak laku, Mang."

"Pacar Den Gibran yang mana? Yang kemarin di ajak ke pantai itu?"

"Jelas dong Mang, gimana? Cantik nggak Mang?" tanya Gibran.

"Ayu tenan, Den. Aden pinter carinya, dilihat-lihat kayaknya baik juga."

"Ya dong, harus jelas bibit bebet bobotnya, paket lengkap nggak sih, Mang?"

"Paket lengkap banget, Den."

Gibran baru teringat sesuatu, ini kenapa mereka malah out topik sih. "Mang, ish alah malah ngajak ngerumpi, Gibran kan mau pinjam ponsel Mamang!"

Mang Dadang menepuk jidatnya. "Waduh, mamang lupa, maaf Den." Ia lalu mengambil ponselnya dari kantung celana. "Ini Den," katanya sembari memberikan benda pipih itu.

"Makasih Mang, pinjem dulu ya," kata Gibran setelah menerima ponsel milik Mang Dadang.

"Sok atuh, pake aja, Den."

****

Sekarang Kanaya sudah berada di sebuah jembatan yang biasa ia lewati ketika hendak pergi ke sekolah, suara lalu-lalang mobil maupun motor dapat ia dengar tetapi tidak mengurungkan niatnya.

Kanaya mulai merasa frustasi, nyatanya ia tidak bisa menerima semua keadaan ini, dia tidak sendiri, di dalam perutnya itu terdapat calon manusia yang tidak memiliki salah sama sekali.

Angin mulai menerpa wajah Kanaya, sejenak ia memejamkan matanya dengan bulir-bulir air mata yang mulai keluar, ia takut, sangat takut. Hidupnya kini benar-benar hancur.

Kanaya dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang