2. Daftar Ulang

229 45 0
                                    

Tokk.. tokk.. tok..

"Aldo? Katanya mau daftar ulang hari ini, nak?"

Sang pemilik nama memerjapkan matanya, tangannya meraba sisi kanan kepalanya, meraih benda pipih yang dicarinya dan menyalakan benda tersebut guna melihat waktu.

Aldo terduduk ketika waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi hari, merenggangkan tubuhnya dan mampir untuk mengisi daya ponselnya ketika ia hendak keluar.

Rutinitas paginya ialah bangun, dan membantu sang bunda membersihkan rumah agar bunda tidak terlalu capek. Ia segera bersiap karena pukul 7 nanti harus pergi ke kampus untuk daftar ulang.

"Bun, dasi merah Aldo dimana?" Ujarnya sedikit keras supaya dapat di dengar oleh bundanya.

"Di lemari kecil, engga ada?" Samar-samar ia mendengar jawaban dari bundanya, ia segera menggeledah lemari kecil yang dimaksud dan menemukan yang ia cari.

Hari ini, Aldo memilih jadwal daftar ulang sesi 1. Menggunakan setelan kemeja putih polos lengan panjang yang dimasukkan kedalam celana hitam formal, tak lupa dasi berwarna merah yang menjadi syarat wajib untuk melakukan daftar ulang.

Matanya terbelalak kala ia mengenakan arloji miliknya yang telah menunjukkan pukul 07.00.

"Shit- telat banget gue." Umpatnya segera membereskan dokumen-dokumen yang ntah sudah lengkap atau belum.

Ia segera meraih map merah transparan miliknya dan memasukkan seluruh kertas-kertas berukuran F4 itu kedalamnya.

"Bun, Aldo berangkat dulu, yaa!" Ujarnya cepat sembari meraih helm kesayangannya.

"Ati-ati!" Teriak sang ibunda.

Tanpa berpikir panjang, ia segera menjalankan motornya menuju kampus yang untungnya berlokasikan dekat rumahnya, hanya berjarak sekitar 1,7 km saja. Meskipun begitu, tapi kondisi jalan di perempatan tidaklah kondisional.

Perempatan yang kalau pagi selalu dipergunakan warga sebagai pasar itu kerap ramai kendaraan yang menyebabkan macet. Cukup membuat emosinya tersulut, namun ia harus marah pada siapa?

Sesampainya di kampus, ia segera mencari tempat parkir yang kosong untuk motornya. Bergegas berjalan menuju tempat yang dituju sembari terburu-buru.

"Duh, belum gue check lagi dokumennya, kalau ada yang ketinggalan bisa repot banget gue nanti. Check dulu deh sambil jalan." Ujarnya panik sembari memeriksa dokumen yang ada di map merahnya.

•••

"Duhhh! Harusnya gue kemarin ambil sesi 2 aja, jadi engga harus buru-buru begini, udah jam tujuh lagi, apa engga kena semprot kalau sampe telat." Gerutu Maudy sembari merapikan rambutnya.

"Gue bawa parfum engga sih tadi? Iya, kalau gak bawa bisa mati kebauan nanti yang deket gue! Check dulu deh, tapi kayaknya tadi bawa.." Ujarnya lagi sembari kini merogoh-rogoh tasnya.

"Gak ada lagi, disini kali, ya.." Ujarnya sembari kerepotan membawa map yang berisikan kertas-kertas yang telah diurusnya kemarin.

Maudy tak sempat memperhatikan jalan, toh diparkiran sudah sepi karna sepertinya ia sudah telat dan semua orang sudah berkumpul di tempat pengumpulan dokumen. Jadi ia tak perlu khawatir, pikirnya.

BRUGHH...

Namun tuhan mentakdirkan hal lain, kedua insan yang datang dari arah yang berlawanan dan sama-sama sibuk dengan dunianya itu tak menyadari bahwa mereka seharusnya berbelok ke jalan lain. Membuat keduanya bertabrakan.

Language of Love. - WinRina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang