4. Tragedy

209 33 1
                                    

"Kayaknya jodoh dah sama lo." Aryudha meletakkan minumannya diatas meja.

Aldo mengerutkan dahinya, "Ngaco lo."

"Enggak, gue serius." Aryudha menggeleng dan merubah nada bicaranya.

"Iya, gue tau lo serius, tapi jangan bawa-bawa gituan. Gue aja engga kenal sama dia." Aldo menanggapi sembari menyeruput minuman dengan rasa taro miliknya.

Beberapa hari setelah kejadian yang dialaminya saat COD lemari, ia mengajak Aryudha untuk bertemu dan berbincang, sekaligus menceritakan pengalamannya beberapa hari yang lalu.

Dan di sinilah mereka, di cafe yang jaraknya tidak jauh dari kampus.

"Gue pernah denger omongan sih, kalau orang yang engga saling kenal tiba-tiba ditemuin semesta selama beberapa kali dalam kurun waktu yang singkat, pasti ada maksud tersendiri." Jelas Aryudha.

"Ga paham gue maksud lo apaan." Aldo masih memasang mimik wajah yang sama.

"Lo kalau ketemu stranger sebanyak dua kali, berarti bakalan ada 'cerita' menarik antara lo berdua kedepannya." Ujar Ryudha sembari membenarkan posisi duduknya.

"Lah, kita sama temen-temen sekelas di kampus juga dong? Bakalan ketemu tiap hari malah." Aldo menyimpulkan asal.

"Ck, ya.. sebenernya ada benernya juga sih. Soalnya kita sama temen sekelas nanti 'kan bakalan bikin journey yang menarik juga." Aryudha menjawab dengan malas.

"Tapi bukan itu maksud gue anjir." Sambungnya cepat.

"Alah, lupain aja." Aldo memalingkan wajahnya dari Aryudha.

"Lo kenapa engga tertarik banget sih?" Ryu menatap Aldo penuh selidik.

"Emang engga tertarik, lagian apaan coba. Gue ngajakin lo ngobrol disini tuh cuma buat berbagi cerita, tapi lo malah bikin statement engga jelas." Ujar Aldo dengan nada kesal.

"Iya, maafin gue deh." Aryudha akhirnya mengalah.

Aldo kembali memalingkan wajahnya, netranya kini menatap pemandangan di bawah sana, ramainya pemotor dan pengguna mobil di jalan raya membuat jalanan malam ini semakin padat.

Matanya menyipit kala ia menyadari sesuatu.

"Ryu, liat deh cowo jaket coklat sama item itu." Ujar Aldo sembari memberi kode.

Ryudha mulai celingukan mencari sosok yang diberitahu ciri-cirinya oleh Aldo, hingga netranya menangkap kedua orang tersebut di bawah sana. Tengah duduk diatas motor mereka, dilengkapi dengan helm full face.

"Yang pake helm full face itu? Kenapa?" Tanya Ryudha.

"Kok mereka disini? Tadi.. pas gue berangkat, gue kaya dibuntutin sama mereka." Tanya Aldo.

"Lah? Lo dibuntutin mereka?" Tanya Aryudha sembari memajukan duduknya.

Aldo mengangguk, "Tadinya gue engga mau kepedean, tapi pas gue ngelihat mereka tetep stay di bawah sana, bahkan engga turun dari motornya, gue jadi curiga."

"Jangan balik dulu deh, tunggu mereka pergi aja. Seminggu lagi ospek, takut ada apa-apa." Saran Aryudha.

"Duh, jangan sampe deh. Gaada duit gue, duit gajian gue udah habis buat beli laptop." Ujar Aldo sembari mengelus-elus dadanya.

Aldo memutuskan untuk tetap di cafe bersama Aryudha, hingga akhirnya kedua pemuda yang dimaksud Aldo pergi meninggalkan lokasi parkir. Aryudha tetap mencegah Aldo untuk buru-buru dan menunggu beberapa saat hingga suasananya kondisional.

"Udah lima belas menit, gue balik deh, ya? Nyokap gue udah nyariin juga." Ujar Aldo sembari melirik notifikasi di ponselnya.

"Lo yakin gak mau nungguin bentar lagi?" Tanya Aryudha.

Language of Love. - WinRina.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang