Chapter Two.

268 68 28
                                    

haloo selamat siang,
ayo vote dulu sebelum membaca
ceritanya yaaa, jangan lupa
komen jugaa hehehe <3
happy reading semuanya!

***

Kantin sekolah ramai dengan siswa siswi yang menikmati waktu istirahat. Di salah satu sudut, Traksa, Abraham, Isaac, dan Baron duduk mengelilingi meja sambil bercanda dan berbicara. Di antara mereka, Traksa dan Isaac sedang makan, sedangkan Abraham sibuk menghisap rokoknya, mengabaikan peraturan sekolah yang melarang merokok di kantin.

Baron, dengan gayanya yang khas, tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda cewek-cewek yang lewat. "Eh, cantik! Mau duduk disini aja? Kapan lagi kan duduk di kelilingi orang ganteng begini" godanya dengan senyum genit. Beberapa cewek yang digodanya hanya tertawa kecil dan berjalan menjauh, sementara beberapa lainnya tersipu malu.

Isaac menggelengkan kepala sambil menyeruput minumannya. "Heh monyetnya dora, lo bisa berenti nggak godain cewek cewek? Lo nggak lihat muka ketakutan mereka di godain sama modelan kayak lo?"

Baron yang tengah sibuk mengedipkan mata kearah meja yang di tempati oleh beberapa siswa cantik kini menoleh kearah Isaac dengan wajah datar. "Mulut lo gua lemparin pake tempat tissue mau? Mana ada mereka takut, lo nggak lihat mereka sebenarnya mau duduk disini tapi karena ada lo pada, dia jadi gamau."

"Lah anjir, kenapa jadi takutnya sama kita?" Abraham yang tadinya sedang asik menikmati rokoknya kini menyahuti percakapan antara Baron dan Isaac.

"Soalnya muka lo pada kayak kakek sugiono HAHAHAHAHA" Jawab Baron, ia tertawa terbahak bahak dengan leluconnya sendiri sedangkan ketiga kawannya menatap Baron seolah ingin mencekik pemuda di depannya ini

"Tampang lo aja kayak kriminal begitu, Baronan alias buronan!" Balas Isaac yang berhasil membuat Baron menghentikan tawanya di ganti dengan wajah datar, hal itu mengundang tawa dari Abraham yang tak sanggup melihat ekspresi Baron.

"HAHAHA TUHKAN, MAKIN MIRIP BURONAN KAYAK GITU"

Isaac yang tadinya ingin ikut menertawakan Baron seketika mengurungkan niatnya saat melihat Traksa asik memakan makanan miliknya, "ANAK BANGSAT, MAKANAN GUA KENAPA DI MAKAN TRAKSA ANJENG?!"

Traksa dengan santai hanya membalas cengiran, mulutnya penuh dengan bakso yang berhasil ia ambil dari mangkuk Isaac.

"Cari mati si anying.." Gumam Abraham, memilih kembali menikmati rokoknya dari pada terlibat pertengkaran Isaac kali ini dengan Traksa. Isaac jika sudah berhubungan dengan makanan, pemuda satu ini siap membantai siapapun yang berani menyentuh makanannya.

"Yaelah, gua cuman nyobain satu bakso lo doang anjir" Kata Traksa.

"Kan lo bisa beli lagi bangsat, kenapa harus makan makanan gua?!"

"Takut kekenyangan, gua cuman mau nyobain satu aja biar perut gua puas soalnya tadi belum puas semangkuk doang." Mendengar perkataan Traksa tidak membuat Isaac luluh, ia bahkan bersiap mengambil garpu yang berada di mangkuk miliknya

"EH EH JANGAN PAKAI ITU ANYING, SEREM BANGET!" Panik Traksa saat Isaac mengangkat garpu tersebut seolah bersiap melayangkannya di wajah Traksa.

Baron yang sedang asik menontoni kedua temannya yang tengah berperang karena sepotong bakso milik Isaac, kini menyadari bahwa di meja mereka ada yang kurang, "Eh, si Rakabumi kemana? Perasaan tadi katanya buang air doang, kok kaga balik balik tuh anak?"

Abraham mengembuskan asap rokoknya dengan santai. "Gua juga nggak tahu, dari tadi gua lagi nungguin dia."

"Panjang umur bocahnya. Tuh baru muncul.." Celetuk Traksa, menunjuk kearah pintu masuk kantin dimana Rakabumi sedang berjalan kearah meja mereka.

PELUK ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang