Rakabumi berjalan beriringan bersama keempat kawannya untuk menuju kamar inap yang di tempati oleh salah satu teman mereka. Langkah kaki Rakabumi seketika berhenti, membuat keempatnya ikut berhenti sembari menatap keheranan kearah Rakabumi."Kenapa berhenti?" Tanya Isaac.
"Kalian duluan aja, nanti gua nyusul." Katanya. Saat ingin beranjak pergi dari sana, tangan Rakabumi di tahan oleh Abraham,
"Mau kemana?"
"Ngerokok bentaran."
Tanpa menunggu jawaban dari Abraham lagi, Rakabumi langsung pergi begitu saja meninggalkan mereka yang masih diam di tempatnya menatap kepergian kawannya.
Baron yang berada di sebelah Abraham langsung merangkulnya, "Udah, biarin dia sendiri. Dia butuh waktu sebelum ketemu Jonathan."
Traksa pun ikut menatap Abraham, "Ayo?"
Akhirnya Abraham menghela nafasnya. Kemudian mereka berempat pun melanjutkan jalannya untuk segera menuju ke kamar Jonathan.
Sedangkan di sisi lain, Rakabumi duduk di bangku taman rumah sakit, rokok menyala di tangannya. Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan asapnya mengalir keluar perlahan, mencoba menghilangkan stres yang menghimpitnya.
Sementara ia asyik menikmati rokoknya, ponselnya bergetar di saku. Rakabumi meraihnya dan melihat nama Leonard muncul di layar. Tanpa ragu, ia mengangkat telepon itu dengan wajah penuh amarah.
"Gimana? Lo udah lihat hadiah dari gua belum?" Mendengar suara Leonard di seberang sana membuat darah di tubuh Rakabumi seketika mendidih
"Bajingan. Urusan lo itu sama gua bangsat, berani beraninya lo nyentuh temen gua."
"Raka, Raka, lo ini gimana sih? Dalam permusuhan itu kita harus tahu cara menjatuhkan lawan sendiri untuk dapat kemenangan, dan caranya adalah kita harus tahu kelemahannya. Nah, kelemahan lo itu adalah temen temen lo."
Rakabumi mengepalkan tangan kirinya, berusaha menahan emosi yang memuncak. "Harusnya dari awal gua musnahin lo, Leo. Gua nggak mau punya musuh banci kayak lo."
"Lo pikir dengan nyelakain temen gua adalah ide yang keren? Lo banci, Leo. Lo itu takut berhadapan langsung dengan gua makanya lo cuma bisa nyentuh temen gua sebagai balas dendam lo kan?"
"Gua. Nggak takut. Sama lo, bangsat." Rakabumi tersenyum miring mendengar nada suara Leonard yang mulai terpancing emosi karena ucapannya
"Pengecut. Hadapin gua langsung, bajingan! Jangan mainnya dari belakang lo, laki bukan?"
Terdengar tawa mengejek dari Leonard, "Weshh, santai aja, bro. Lo pasti lagi kalut kalutan sekarang karena temen lo masuk rumah sakit karna lo, kan? Lo ngerasa bersalah karena permusuhan kita bikin celaka teman teman lo." Jika saja Rakabumi mendengar Leonard mengatakan ini tepat di hadapannya, ia pastikan pria itu akan mati saat itu juga.
"Gua bakal lumpuhin satu persatu temen lo, bangsat. Setelah itu gua bakal ngelumpuhin lo. Gua mau lo lihat temen temen lo menderita karena lo."
Rakabumi tertawa sinis mendengar ancaman Leonard, "Leo, lo lupa lagi ngancem siapa sekarang? Gua, Rakabumi. Bersumpah bakal ngehancurin lo sehancur hancurnya, lebih dari apa yang lo lakuin ke temen gua, brengsek. Jangan pernah lo tunjukkin wajah lo di depan gua atau gua bakal bunuh lo detik itu juga. Gua masih mau ngelihat lo hancur dan menderita."
"Inget kata kata gua!"
Tanpa menunggu respon dari Leonard, Rakabumi langsung mematikan telfon tersebut. Ia tidak mau membuang tenaga untuk meladeni pria bajingan seperti Leonard.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELUK ASA
Fiksi PenggemarBagaimana jika kamu bertemu dengan seseorang yang membuatmu tahu apa itu jatuh cinta di saat yang paling tidak terduga? Rakabumi Ethan Abiyaksa jatuh cinta pada Jihan Aruna Syakeèla, gadis ceria yang mencuri perhatiannya di taman rumah sakit saat ia...