2

17 0 0
                                    

"What the fuck..."

Raia mengamati sekeliling. Didapatinya pemandangan yang 180 derajat berbeda dari tempatnya berdiri sebelumnya.

"Language."

"Ssst. Diem dulu, Zeshka."

"Gimana, have you made any decision?"

"Bawel ih."

"Well, karena gue udah bawa lo kesini, I won't accept any answer other than yes."

"Zeshka. Tolong banget. Jangan ngomong dulu."

Raia tidak tahu harus bilang apa. Tempat ini... menakjubkan. Tak seperti gubuk kecil tua tadi, kali ini ia menyaksikan bagian dalam sebuah kastil megah. Ia berdiri dibawah sebuah chandelier besar yang berkilauan. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Disekelilingnya, terdapat jendela besar dengan kaca patri warna-warni membentuk mosaik yang tampak sangat artistik. Di belakangnya, ada sebuah tangga besar yang menghubungkan tiap sudut kastil. Dirinya begitu terpukau hingga tak sadar, Zeshka telah memperhatikannya  sedari tadi.

"Mhm." Zeshka berdeham. Menarik kembali atensi Raia.

"Udah selesai ngeliatinnya?" Zeshka menaikkan alis.

"Uh, nevermind. Aku mau pulang, Zeshka."

"No you can't." Zeshka masih menahan Raia. Ia berusaha menggenggam lengan Raia.

"Zeshka. Hear me out. I'm trying to be realistic here. I don't even know apakah aku lagi mimpi sekarang, this whole place looks majestic, but I don't belong here. Kamu bisa cari orang lain, I can't help you out."

"But you're the one I've been searching for selama 200 tahun ini. And this is gonna be my last chance to turn everything as it was, Raia.

"200 tahun? You've gotta be kidding me?!" Raia terkejut mendengar pernyataan Zeshka.

"Listen. There are reasons why you should be helping me, but I can't tell you yet before you agree to help me."

"Lah mana bisa kayak gitu? Aturannya kalau mau minta tolong itu harus jelas. How am I supposed to help you kalau memang kamu belum bisa kasih clue?"

"I know, but that's the rules. I promise I'll let you know, but not now, Raia. Surely when the time comes, I'll tell you everything. Every detail of it. Mark my words, Raia."

Raia terdiam.

"Once again, gue berharap lo bisa bantu gue kali ini. Because this is ain't about my life. If only I can ask for others' help, I won't even bother you to come along. Kali ini aja, habis itu, lo bisa balik ngejalanin hidup kayak biasanya."

Zeshka terdengar tulus.

Dalam hati, Raia bingung. Dari sekian banyak manusia di bumi, mengapa harus dirinya yang terlibat dalam urusan lelaki yang baru ia kenal. Moreover, alasan lelaki itu sangat tidak masuk akal. Akan tetapi, hati kecil Raia tidak tahan ingin membantunya. He must've been going through a lot.

"Fine. Aku bakal bantu," Raia menjawab tanpa melihat lawan bicaranya.

"Wait, what?" Zeshka mengerjap.

Raia mengangguk.

"Aku bakal bantu kamu."

"You sure?"

"Do I have to print out my answer?"

"Thank you, Raia. Thank you, thank you, thank you. I knew you'd definitely say yes."

Something Magical - Jake SimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang