🦋02. Ghost

56 18 4
                                    

"Rumah ini agak berhantu jadi agak murah, tapi itu tergantung kepercayaan masing-masing, sih." Seorang pria berkemeja kotak-kotak itu berdiri di depan rumah minimalis yang akan dijual.

Shenna menurunkan kacamata hitamnya sekadar untuk mengintip bangunan yang akan dia beli. Tidak terlalu besar dan sedikit kuno, tapi tidak masalah karena bersih dan terawat. Mereka sudah mati-matian membersihkan tempat ini sebelumnya demi menjual properti angker.

"Oke, bantu saya pindahan, ya?" Shenna mengenakan kacamatanya lagi, lantas jemari lentik itu melepaskan koper kepada pria yang lebih dewasa darinya.

"Deal?" tanya si penjual rumah tidak percaya.

"Emangnya kenapa, sih?"

"Ah enggak, maksudnya untuk tinggal sendiri dan seorang cewek. Kamu berani?" tanya pria itu. Shenna mendecak lalu melepas kacamata dan menatap gamblang pria yang baru dia kenal dari situs jual beli rumah.

"Emang ada yang lebih menakutkan dibanding Ibunya nikah lagi tapi nggak ngajak? Bapaknya juga gak tau di mana? Pacarnya selingkuh sama temenku sendiri? Terus masuk koran mingguan karena bertindak konyol di panggung?" tanya Shenna. Si agen properti menjadi merasa terintimidasi dia hanya berani menggeleng dan menyetujui bahwa hidup Shenna adalah yang paling menakutkan di bumi ini.

***

"Hantu, hantu apa rupanya?" tanya Shenna lantas merebahkan dirinya di atas ranjang. Bangunan ini memang sedikit lembab dan seram, ukiran kayu jati di sana dan sini membuat aksen coklat tua yang kuno semakin kuat.

Shenna akan merapikan barang-barangnya setelah punya suasana hati yang baik.

Tiba-tiba Shenna teringat pada sebuah cerita usang tentang tempat ini. Katanya, penghuni rumah ini selalu akan dipeluk oleh seorang perempuan berwajah rusak. Dengan wajah penuh belatung dan nanah.

"Aaaaa!!!" Shenna berteriak membayangkan bahwa dia akan dipeluk oleh makhluk seperti itu. Dia berhambur keluar dan menabrak seseorang yang sedang berlalu di jalan setapak.
Shenna tidak memperhatikan jalan saat berlari, bahkan gadis cantik berkepang dua itu tidak berani membuka mata.

"Shenna? Kenapa kamu lari?" Tunggu, ada yang mengenalinya bahkan di pinggiran kota?

Shenna membuka mata, hal pertama yang dia lihat adalah sebuah wajah tampan dengan pahatan sempurna. Hidung bangir yang dihiasi tahilalat, memberikan aksen manis. Rambutnya bagus, alisnya tebal, dan bahkan dia sekarang tersenyum menampilkan gigi rapi yang unik. Shenna akui dia terpesona.

"Kok kamu kenal aku? Kamu siapa? Hantu di rumah itu?" tanya Shenna. Siapa tahu ada cerita terpendam tentang rumah ini dan hantu lain adalah lelaki tampan berkulit pasi seperti ini?

"Berhenti bercanda." Pemuda tak dikenal itu memungut kembali mawar-mawar yang bertebaran di jalan lalu memberikannya pada Shenna.

Dengan ragu Shenna mengambil bunga dari orang asing ini. Mau tidak mau Shenna sudah terhipnotis, gadis dua puluh tahun itu sudah terperdaya toh jika dibawa ke alam lain Shenna rela. Cara mati yang estetik dibanding dipeluk hantu berwajah rusak.

"Kamu suka mawar putih juga, 'kan Shenna?" tanya pemuda itu lagi.

"Kamu baca koran ibukota tentang aku, ya?" tanya Shenna sedih.

"Kamu masuk koran?"

"Lebih baik kamu nggak tahu." Shenna berbinar memandangi beberapa tangkai mawar putih yang sudah tidak berbentuk bucket lagi. Gadis itu mencium aromanya lalu tersenyum mungkin dia hampir lupa aroma mawar.

Yola sering dapat bunga dan Shenna tidak pernah sekali pun dalam hidupnya.

"Perut kamu bunyi, Shenna." Shenna memang belum menelan apa pun selain air matanya yang tak sengaja turun ke mulut dari kemarin.

"Eh?" Shenna pun terkejut saat dia diajak masuk ke rumah yang terletak tak jauh dari rumahnya. Bentuk rumah tidak begitu berbeda jauh, tapi suasananya berbeda. Ada bunga-bunga tumbuh di halaman rumah.

Gadis itu mengamati beragam tumbuhan cantik yang mengitari kediaman pemuda seusianya ini. Ada yang tinggi, rendah, merambat. Shenna suka suasananya.

"Ayo masuk," ujar pemuda yang saat diterpa sinar matahari semakin seperti cahaya surga. Shenna tidak pernah sesemangat ini sebelumnya.

"Kalingga, kamu bawa siapa?" suara wanita menginterupsi kebahagiaan Shenna.

"Shenna?" tanya wanita muda itu lantas muncul dari dapur.
Setelah mematikan kompor dia menghampiri keduanya, ada tatapan bersalah dan tidak enak yang terpancar di mata.

"Maaf, ya, Mbak? Maafin Kalingga." Shenna tidak mengerti kenapa harus ada adegan minta maaf? Hei, Kalingga baru saja memberikannya bunga. Ngomong-ngomong akhirnya Shenna mengetahui nama si pemilik paras rupawan itu.

"Lepasin Mbaknya ya? Dia bukan Shenna."

"Saya Shenna, kok, Kak. Shenna Kalandra." Lalu ketiganya terdiam.

***

Angel tidak habis pikir. Bagaimana ini bisa terjadi? Shenna Kalandra benar-benar sosok yang sering diceritakan adiknya kala ia melakukan kunjungan dan dia benar-benar ada di dunia ini.

Bahkan ciri-ciri fisik dan juga kesukaannya terhadap bunga tidak terbantahkan bahwa memang gadis itu bernama Shenna.

Mereka berbincang banyak hal di ruang makan. Kalingga benar-benar terlihat normal.

"Kalingga nggak gila, dia istimewa," gumam Angel.

"Kalingga?" panggil Shenna setelah selesai melahap sepiring nasi dengan kawanan lauk pauk enak yang Angel siapkan.

"Ya?" tanya Kalingga sebagai bentuk jawaban.

"Di rumah depan itu beneran ada hantunya?" tanya Shenna, Angel menggeleng karena geli dengan pertanyaan gadis itu. Shenna seperti benar-benar keluar dari buku catatan Kalingga, kelakuannya sama.

"Bukan hantu, monster."

"Haaah?" Shenna menutup mulutnya karena kaget.

"Ada monster macan berekor sembilan dan setiap ekor adalah ular."

"Haaah?" Lagi, Shena semakin membekap mulutnya sendiri.

Angel merasa lucu, dua-duanya orang gila.

FantasickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang