Aku lah sang bintang

2 0 0
                                    

Yeay hari ini hari pertama ku memasuki bangku SMA, aku sungguh tak sabar menciptakan cerita indah untuk hari-hariku di sekolah. Aku tersenyum sendiri sembari merapihkan buku dan memasukkannya ke dalam tas.
"Assalamu'alaikum, Acha udah siap belum?" Terdengar suara Alya dari depan teras rumahku.
Aku bergegas keluar kamar dan disana aku melihat tante Ghina pun terlihat sedang berjalan menuju pintu dan langsung membukakannya.
"Tante, aku berangkat dulu ya?" Aku menyaliminya.
"Hati-hati ya!" Tante Ghina mengusap rambutku dan tersenyum.
Aku berjalan bersama Alya dengan penuh senyum percaya diri, sembari membayangkan hal-hal indah yang ingin aku jalani di sekolah nanti. Zahra? dia bertumbuh sama sepertiku, karena pada dasarnya dia adalah bagian dari diriku dalam wujud yang lain. Dia masih selalu menemani hariku kemanapun aku pergi.
"Senyum senyum sendiri, awas kesurupan gak sanggup aku angkatnya." Alya menepuk bahuku, membangunkanku dari lamunan.
"Enggak dong enak aja, aku yakin hari ini di sekolah pasti menyenangkan." Aku tersenyum menatap langit.
"Iya deh yang selalu bersinar." Alya tersenyum tipis melirik ke arahku.

Tibalah aku di depan gerbang sekolah, semua mata memandangku, ku merasa seolah tubuhku dikelilingi sinar yang memancar ke seluruh penjuru. Siswa laki-laki menatapku kagum dan siswa perempuan menatapku sinis. Aku hanya tersenyum manis memandangi mereka, bagaikan ratu sejagad berjalan berlenggok dengan anggunnya.
"Gimana nih calon idola? udah siap menjalani masa SMA yang mengasyikan?" Zahra yang sedari tadi bersamaku akhirnya bersuara. Aku hanya melirik ke arahnya sembari menaikkan sebelah halisku dan tersenyum, tentu saja aku tak bisa berkomunikasi dengannya terang-terangan, bisa-bisa semua orang menganggap aku gila.
"Eh kita liat daftar nama pembagian kelas yuk!" Alya menarik lenganku menuju kerumunan para siswa yang sedang melihat mading.
"Awas awas jangan ngehalangin, tuan putri mau lewat." Ucap salah seorang laki-laki di depanku sembari agak mendorong yang lain menyingkir.
"Dih lebay!" Timpal seorang perempuan dengan lirikan sebal.
"Silahkan tuan putri." Beberapa siswa laki-laki memberiku jalan untuk melangkah maju. Aku pun hanya mengangguk tersenyum, dan menarik tangan Alya. Aku mulai menelusuri nama dalam setiap kertas yang terpampang di mading. Akhirnya aku menemukan namaku dan Alya berada di kolom kertas kelas X-G. yaaah tepat sesuai keinginan ku, aku berada dalam kelas yang sama dengan Alya sahabatku.
"Yeay sekelas" Aku kegirangan memeluk Alya yang sedari tadi disampingku.
"Emang kamu masih berharap sekelas sama aku ya? Kayaknya tanpa aku pun kamu akan bahagia-bahagia saja." Alya tersenyum padaku, tapi raut wajahnya seperti bersedih.
"Ngomong apa sih? Kamu akan selalu jadi sahabat terbaik aku, jelaslah aku akan bahagia kalau selalu sama kamu." Aku merangkulnya erat.

Kami pun bergegas menuju kelas, aku memilih bangku kedua dari depan di tengah kelas, dengan Alya disampingku.
"Selamat bersenang-senang nona yang sudah jadi pusat perhatian." Ucap Zahra sambil menempelkan pipinya di pipiku.
"Apa aku hanya bisa membuat skenario indah untuk hidupku saja? Apa aku tidak bisa melakukan nya untuk Alya?" Aku berbisik melirik Zahra.
"Enggak bisa, kalau mau hanya dia yang bisa merubah dirinya sendiri, atau kamu bisa membantunya untuk merubah penampilannya perlahan." Zahra kembali tersenyum manis.
"Kenapa?" Aku menatapnya dengan sedih
"Ya, karena dalam kehidupan ini yang bisa merubah takdir seseorang hanyalah dirinya sendiri tentunya dengan izin yang maha kuasa, tapi Alya sahabat kamu gak memiliki kemampuan itu, salah satu alasannya adalah karena dia terlalu rendah diri, merasa paling tidak berharga, dan akhirnya itulah juga yang orang-orang lihat dari dirinya bahwa dia tidak berharga. Dan kamu gak akan pernah bisa merubah apa yang ada di fikirannya." Aku termenung sambil sesekali menatap ke arah Alya.
"Hai Ladies, kita bikin geng yuk! Yakin deh pasti bakal populer." Tiba-tiba seorang siswi cantik dengan tampilan sangat modis menghampiriku.
"Geng?" Aku menatap ragu kearahnya.
"Oh iya lupa, kenalin aku Renata!" Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum.
"Aku Nasya biasanya dipanggil Acha." Aku menggenggam tangannya dan bersalaman.
"gimana mau gak? seru nih pasti!" Ajak nya dengan antusias.
"Boleh, tapi Alya boleh ikut gabung juga kan?" aku melempar senyum padanya.
"Maksudnya temen sebangku kamu yang berkacamata ini?" Dia melirik tanpa senyuman ke arah Alya.
"Udah gak usah, kamu aja! Aku gak pantes cha." Alya menatapku dengan agak marah.
"Boleh aja sih, tapi ya aku gak yakin dia akan sepopuler kita, walaupun satu geng." Dia kembali melirik Alya.
"Yaudah coba aja dulu, nanti kita sama-sama ngelakuin hal seru, pelan-pelan Alya juga pasti bisa berubah kok!" Aku sungguh bersemangat, aku ingin sahabatku juga merasakan masa masa terindah di SMA.
"Ok, mulai hari ini kita adalah geng sweety girl, nih kenalin temen gue namanya Dara sama Helena."
Kami pun berkenalan satu sama lain, dan mereka pun kembali duduk di kursi masing-masing. Alya tampak kesal padaku, tapi aku punya rencana baik untuknya, aku ingin dia bahagia sama sepertiku, akan aku bantu merubah penampilannya perlahan. Aku sungguh menyayangi sahabatku ini, aku tak mau hanya berbahagia seorang diri sementara dia selalu menyendiri di sudut kehidupan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keajaiban Alam Bawah SadarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang