Happy Reading 🤍
Semenjak bersama Keenan, Zeandra jarang meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Sekarang, dunianya hanya untuk Keenan. Seperti hari ini, sepulang bekerja, Zeandra menyempatkan diri mampir membeli es krim sebelum pulang ke apartemen.Begitu pintu unitnya terbuka, aroma rumah yang familiar menyambutnya. "Halo, selamat malam," ucapnya sambil melepas sepatu.
"Mama!" Keenan langsung berlari ke arahnya dengan wajah ceria.
Zeandra tersenyum, mengangkat kantong belanjaannya sedikit. "Mama bawa es krim."
Mata Keenan berbinar. Ia melompat-lompat kegirangan sebelum meraih tangan Zeandra, menariknya menuju ruang keluarga. Tawa kecil keluar dari bibir Zeandra melihat antusiasme anaknya yang begitu polos.
Mereka duduk di sofa, menikmati es krim sambil mengobrol ringan. Setiap suapan terasa lebih manis karena senyum Keenan yang tak terbendung.
"Naan udah makan belum?" tanya Zeandra, menyelipkan helaian rambut di belakang telinga.
"Udah," jawab Keenan singkat, terlalu sibuk menikmati es krimnya.
"Suster udah makan juga?" Zeandra menoleh pada Suster Ida yang sedang membereskan mainan yang berserakan di lantai.
"Oh, saya sudah, Bu," jawab Suster Ida ramah.
Zeandra mengangguk. "Oh yaudah, kalau gitu, Naan, Mama mau beli makan dulu ke Lengkong, boleh ya?" tanyanya, meminta izin.
Keenan mengangguk antusias. "Boleh!"
Zeandra mengusap kepala anaknya sebelum beranjak ke kamar untuk berganti pakaian. Ia memilih celana panjang hitam yang agak longgar dan kaos putih lengan pendek. Untuk menambah kenyamanan, ia melapisi dengan cardigan rajut berwarna hitam. Rambutnya ia rapikan sedikit. Dengan tampilan ini, sulit membayangkan bahwa dia sudah menjadi seorang ibu di usia 23 tahun.
Sesampainya di Lengkong Food Street, Zeandra hanya membeli makanan untuk dirinya sendiri. Setelah itu, ia mampir sebentar ke minimarket di bawah apartemen untuk membeli beberapa camilan untuk Keenan.
Saat sedang memasukkan beberapa camilan ke dalam keranjang, sebuah suara menginterupsi dari samping.
"Banyak banget belanjanya."
Zeandra menoleh sekilas. Seorang laki-laki berdiri di sebelahnya, tersenyum ramah.
"Oh iya, buat stok," jawab Zeandra santai, lalu kembali memilih camilan.
"Wildan." Pria itu mengulurkan tangan.
Zeandra hanya melirik tanpa menjabat tangannya. "Zeandra," ucapnya singkat, memilih menjaga batas.
"Tinggal di GAA juga?" tanya Wildan.
Zeandra mengangguk. "Iya."
"Tower mana?"
"Tower C," jawabnya lagi, singkat.
Wildan tersenyum. "Oh, satu tower sama aku. Gimana kalau pulang bareng?"
Zeandra menghela napas kecil. "Makasih, tapi aku buru-buru mau pulang," katanya sopan, menolak.
Wildan masih belum menyerah. "Oh, aku juga udah. Cuma beli sabun aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Of Love (REVISI)
ChickLitSemuanya berawal ketika Zeandra dipindah tugaskan ke Bandung, yang mengubah kehidupannya secara drastis. Hidupnya menjadi sangat epik ketika ia harus berurusan dengan atasannya yang menurutnya annoying. Adu mulut seringkali memecah ketenangan, membu...