(02) Same but different

46 6 0
                                    

“Chizu-chan?” Yuzuru berdiri dibibir pintu, memanggil saudarinya yang sedang sibuk dengan kayu setinggi kepalanya yang digunakan untuk belajar memukul. Gerakannya terlihat begitu cepat tapi tepat.

Tak mendapati atensi Chizu, ia pun berjalan mendekatinya. Jika tidak salah, perempuan itu sudah mulai berlatih sejak tengah hari hingga matahari pun kini mulai tenggelam. Sedari bangun, Chizu belum menelan apapun kecuali air putih, hal itu membuat Yuzuru tak bisa tidak khawatir pada keadaannya.

“Chizu-chan,” anak lelaki itu kembali memanggil saat sudah berada tepat dibelakangnya, membuat gerakan memukul terhenti.

Tapi Chizu tetap tak bersuara.

“Chizu, kau bahkan belum sarapan. Ayo aku temani untuk makan,”

“... Aku tidak mau,” Chizu bersuara tanpa intonasi.

Begitulah Chizu yang saat itu berusia delapan tahun. Sosok monster kecil yang mempunyai obsesi besar pada sebuah pertarungan, yang tidak seharusnya dimiliki anak sepantarannya.

“Kau harus, Chizu, kau tak mau nanti malam muntah-muntah lagi, kan? Lambung mu itu sudah rusak, sebaiknya jangan dibuat tambah rusak,”

“... Aku tidak peduli,” acuh tak acuh saja ia menjawab, tanpa nada, tanpa melihat pada lawan bicara. Hanya fokus menatap batang kayu dihadapannya. “Pergilah Yuzuru, kau mengganggu latihan ku.”

“Makan atau aku seret?” Yuzuru sama sekali tidak marah atau jengkel, hanya saja anak lelaki itu memang buruk berkomunikasi apalagi dalam membujuk Tuan Putri.

“Tidak keduanya, kecuali jika kau memang bisa menyeret ku,” perempuan itu kembali memukuli kayu.

Oke, sekarang Yuzuru mulai jengkel, Chizu memang tidak seharusnya di berikan kata-kata manis, jika ingin Chizu menuruti suatu perkataan mesti di beri ancaman.

Putar otak .. putar otak .. kira-kira apa yang bisa di gunakan untuk mengancamnya?

Yuzuru berpikir keras.

Oh..?!

“Hei, Chizu,”

“Apasih? Kenapa belum pergi juga?” Chizu menjawab dengan malas, lalu bergumam, “Aku ingin cepat-cepat bisa menguasai Invisible Attack, sialan.”

Kojima berkata, jika ia terus-menerus mengasah kecepatan, mungkin empat tahun kedepan ia akan mendapat tingkatan yang terkenal dengan nama kecepatan dewa, bisa juga dipanggil seperti yang Chizu katakan.

Yuzuru menulikan telinganya, ia melipat tangan diatas dada, tersenyum miring, “Kau juga tahu bukan? Ayah ingin fisik kita kuat, tetapi bagaimana kalau aku bilang kau punya lambung yang lemah, ya~”

“Menu makan hari ini apa, ya? Tiba-tiba aku merasa ingin makan ayam goreng~” Chizu langsung berbalik, meski tersenyum lebar tak dapat dipungkiri wajahnya terlihat menahan umpatan.

Saudaranya tersenyum lebar, tentu senang berhasil membujuknya. Ia pun menggenggam tangan kecil Chizu dan menariknya berjalan beriringan menuju tempat makan.

“Tadinya ngga ada ayam, sih. Tapi aku sudah bilang kepada tukang masak untuk diam-diam memasak ayam untukmu,”

“Ah, benarkah? Ayo cepat kita makan sebelum aku memukul mulutmu yang bocor itu,”

Yuzuru pun tertawa kecil. Sudah lama rasanya mereka tak berinteraksi hangat seperti ini lagi.

——

“Heihh? Kok ayamnya dingin?” Chizu cemberut, menoel-noel paha ayam goreng yang ada di piring makannya.

“Makanya, kalau sudah dingin harus langsung dimakan, kalau tidak nanti berubah jadi es makanannya,” Yuzuru memasukkan potongan sushi kedalam mulutnya, bergurau pada adik kecil yang ada didepannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Project Monster [Lookism]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang