Bab 3. Berhenti Kuliah

1K 76 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Follow akun Instagram:
@author_ilustrasi
@Cicika05

Tiktok: @Ilustrasi

-Happy Reading-

Pencarian pada tengah malam sampai dini hari membuat tubuh Haruka terasa seperti tidak ada tulang, sangat lemah, ketika disenggol pun akan mudah tumbang saking lelahnya.

Bagaiman tidak lelah. Sepulang dari menerima tantangan temannya, sampai rumah harus mencari kakak perempuannya yang menghilang dari rumah. Anging malam yang begitu sangat dingin benar-benar menusuk kulit putih nan mulusnya pada saat itu. Tapi, tidak membuatnya menyerah untuk menemukan Lavandulanya.

Lavandula julukan dari Haruka untuk kakak perempuannya, sebab setiap ia  sedih. Selalu Aliya memberikan bunga Lavender, di mana bunga tersebut konon bisa membuat pikiran lebih tenang. Nyatanya memang benar-benar membuat Haruka menjadi lebih tenang, tidak stres.

Sebab itu ia menyukai bunga Lavender, sampai ia jadikan pajangan di kamarnya. Agar setiap bangun tidur otaknya terasa fresh, setiap matanya menatap bunga ungu tersebut. Lavandula sendiri nama ilmiahnya Lavender.

Posisi Haruka tengah terduduk ditepi ranjang, matanya menatap jam weker biru di atas nakas. Jarum panjangnya berada di angka tiga, setelahnya ia sedikit menghela napas.

"Nanggung banget kalau ditinggal tidur, tapi aku sudah ngantuk juga. Alah tinggal tidur aja." Haruka meletakkan ponselnya di atas nakas lalu memposisikan tubuhnya menjadi terbaring di kasur.

Baru saja Haruka seperti memasuki dunia mimpinya, tiba-tiba tidak terasa suara alarm dari wekernya berbunyi sangat nyaring di sebelah kanan gendang telinganya. Ia langsung menyumpal telinganya menggunakan guling. Ini sangat berisik—mengganggu tidur nyenyaknya. Saking muaknya ia langsung melempar gulingnya mengarah jam wekernya. Benda itu terjatuh ke bawah lantai bersamaan guling birunya.

Senyum di bibir Haruka terbit. "Akhirnya berhenti juga suaranya. Ganggu orang tidur saja." Gadis ini melanjutkan tidurnya lagi dengan merubah posisi tubuhnya ke kanan.

Suara seperti benda sengaja dibanting membuat mata Haruka membuka lebar lalu mendudukkan tubuhnya. Suara berisik dari lantai satu membuat Haruka penasaran.

"Suara keributan apa sih itu? Masih pagi buta juga," ucapnya sembari menggaruk pipinya sendiri, dengan kondisi mata terpejam lagi.

Haruka menguap lalu membuka matanya kembali, mengondisikan pengelihatannya. Tangan kanannya meraba-raba sesuatu di atas nakas sembari menguap berkali-kali. Nah ketemu, tangannya mulai merasa menyentuh benda gepeng.

Haruka menekan tombol power benda gepeng yang berada di tangannya. Matanya membulat menatap layar ponselnya sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Mampus! Gue ada kelas jam sembilan lagi, malah ini udah jam sepuluh. Fiks telat ini aku." Gadis ini segera turun dari ranjang lalu meletakkan ponselnya ke tempatnya lagi.

"Aku kira masih subuh, ternyata udah jam sembilan. Kenapa nggak ada yang bangunin. Apes-apes."

Haruka terburu-buru langsung lari ke dalam kamar mandi. Mungkin efek kecapean, membuat seluruh badannya lelah sampai tidur sangat nyenyak.

¶¶¶

"Apa?! Ayah punya hutang ke mereka?"

Kedatangan dua laki-laki berbadan atletis mengenakan jaket kulit hitam membuat Fara terkejut bukan main kepada suaminya.

Lavandula [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang