Prolog

45 14 5
                                    

Kelas itu begitu kosong. Cukup kosong untuk dikatakan ruang kelas 12 yang biasanya penuh dengan canda tawa. Tembok biru pudar itu masih disana, tidak ada yang berubah dari 3 tahun lalu. Penataan, coretan diatas meja, hingga beberapa hiasan yang sudah ada dari angkatan kami, masih terpajang di sana.

Aku masih ingat suara yang berdengung di kepalaku, ketika para siswa lain riuh untuk memanggil namaku. Arani Sayandra, begitu ucapnya.

Even the smell of this room, still same like that time. Bebauan khas yang datang dari kantin, menembus sela jendela yang tidak begitu besar. Bau itu seolah berkeliaran dalam kepalaku. Membawakan suasana dimana kami masih disana. Bercanda tawa, bermain bersama, sampai serius mengerjakan soal matematika.

Beberapa kertas diatas meja menguatkan imajinasiku. Kami masih disana, dengan seragam abu putih, gemuruh suara dari berbagai kelas, sampai aroma enaknya mie sedaap goreng kala itu.

"Ez-" Aku terkesiap. Seolah bayangan dirinya baru saja menggenggam tangan mungilku. Menarikku ke dalamnya. Mengetahui bahwa semua itu hanyalah ilusi, yang terus bermain di kepala ku.

Mataku jelalatan, mencari hal yang entah apa. Mengulur waktu yang tidak jelas guna nya apa. Suara sepatu yang menyentuh lantai putih itu terdengar di seluruh ruangan, bergema dalam gendang telingaku. Empat bangku lengkap dengan mejanya tertata disana. Yang disusul dengan lima sampai enam bangku yang akan menjadi ekornya.

Aku berjalan diantara sela bangku ke dua dan tiga, lebih jelasnya di tengah. Jariku bergerak pada pojok meja, ke meja yang lain. Sebelum tepat berhenti di barisan bangku nomor empat.

Bangku dengan dua kursi yang sudah hampir tak layak di duduki, dengan meja penuh akan goresan tinta putih di atasnya. Menarik kembali diriku dalam kenangan berlorong tak berujung. Membuatku kembali terjebak dalam tahun 2021 hanya dengan melihatnya.

NOODLES! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang