Hari ini Jingga pergi menemani Ayara di playground, sedangkan bibi sedang berada di dapur. Di ruang tengah Haidar fokus dengan laptopnya sedangkan Ray hanya melamun, tampak memikirkan hal yang rumit.
"Ka, Ray izin pulang ke rumah Papa yah?" -kata Ray membuka pembicaraan, membuat Haidar langsung mengalihkan pandanganya.
"Ayo, gue bayarin utang Papa lo." -kata Haidar, Ray menggeleng.
"Engga ka, Ray setuju nikah sama orang yang Papa pilih." -jawab Ray, membuat Haidar panas dingin.
"Lo serius Ray?" -tanya Haidar, Ray hanya mengangguk pelan.
"Ayo kita temuin Papa lo, gue bayarin semua utang Papa lo." -ajak Haidar, Ray menggeleng.
"Ka, aku sendiri aja ya?" -Kata Ray.
"Disini ada gue Ray, kenapa lo milih sendiri?" -tanya Haidar.
"Ka, rumah Ray jauh. Ray ngga mau ka Haidar kenapa-kenapa." -jelas Ray, Haidar menjawab "Gue juga ngga bisa liat lo kenapa-napa Ray."
"Tapi jangan bawa Papa ke penjara ka, kasihan Papa." -minta Ray, Haidar menggeleng.
"Papa lo itu salah Ray, dia ngga ngasih lo nafkah, dia judi dan main perempuan." -jelas Haidar.
"Tapi, aku cuma punya Papa ka. Semenjak mamah meninggal, Papa seolah-olah kehilangan separuh hidupnya." -kata Ray dengan suara yang semakin pelan.
"Kita temuin Papa lo dulu, dan liat respon Papa lo. Kalo dia ngelakuin tindak kekerasan gue laporin, deal?" -tanya Haidar, Ray mengangguk.
Tak lama, suara pintu utama terbuka dan terdengar suara langkah kaki, Jingga dan Ayara baru saja sampai rumah. Aya tertidur lelap di gendongan Jingga, Haidar dengan sigap mengambil alih Aya untuk dibawa ke kamar.
"Tante mau minum? Ray ambilin ya." -kata Ray lalu pergi ke dapur untuk mengambilkan minuman.
"Ray harusnya ngga usah loh, kan kamu tamu disini." -kata Jingga setelah Ray datang membawa minuman.
"Ray ngga enak, masa cuma diem aja." -kata Ray.
"Tante, sebelumnya makasih banyak ya udah ngijinin Ray buat nginep disini. Maaf waktu Ray pindah Ray ngga ngehubungin tante ataupun yang lain." -ucap Ray membuat suasana terasa berbeda.
"Sama-sama Ray, ngga apa-apa tante ngerti. Tante juga masih nganggep kamu kaya anak Tante sendiri, Tante juga mau berterimakasih karna kamu dulu mau temenan sama Asha padahal dia susah banget loh buat percaya ke yang namanya temen." -jelas Jingga.
"Alasan Ray pindah juga karena itu tante, Ray takut nanti ada perasaan dari aku dan Asha yang merusak hubungan pertemanan kita." -kata Ray membuat Jingga tertawa.
"Justru yang galau waktu kamu pindah itu Haidar, bukan Asha." -kata Jingga, Ray bingung.
"Ka Haidar?" -tanya Ray, Jingga mengangguk.
"Dari awal kamu masuk kerumah ini, Haidar udah tertarik sama kamu. Makanya dia selalu maksa Asha buat ngajak kamu main dirumah." -jelas Jingga membuat Ray paham.
"Terus hadiah dari Asha?" -tanya Ray,
"Itu dari Haidar, maaf ya caranya Haidar cemen banget. Sekarang mungkin udah beda, dia udah dewasa dan paham cara mendekati wanita." -kata Jingga, Ray mengangguk paham.
"Tante, Ray izin pulang ya? Ray mau ketemu Papa." -kata Ray tiba-tiba, Jingga memegang tangan Ray.
"Kamu yakin keputusan yang kamu pikirkan udah tepat Ray? Tante cuma ngga mau kamu salah ambil langkah." -kata Jingga.
![](https://img.wattpad.com/cover/282633656-288-k493575.jpg)