mengertilah!

611 68 6
                                    

adara duduk di kursi teras rumah gibran, sembari melipat kedua tangannya. kepala adara sudah mulai pusing karena melihat gibran yang terus mondar-mandir di depan nya

gibran terus mengirimi jenny pesan untuk menyuruhnya segera pulang. tapi sayangnya chat nya tidak sama sekali tidak dilihat oleh sang adik, dari tadi ia ingin mengikuti kemana jenny pergi tapi ia malah kena amuk adara

bahkan dia tidak boleh menelfon jenny. chat? itu saja tanpa sepengetahuan adara.

"aduh puyeng kepala ku, liat kamu dari tadi mondar-mandir terus. duduk aja kenapa sih!" ucap adara sambil memijat keningnya

"gabisa by"

"duduk sekarang, atau aku pulang naik ojek sekarang!"ancam adara

gibran yang mendengar itu langsung duduk. dia takut adara benar-benar melakukannya, bukanya apa gibran tidak membolehkan adara untuk naik kendaraan umum!

nanti kalau tukang ojeknya genit, gimana? kalau semisalnya supir taksi nya ternyata perampok yang menyamar, gimana?

kan banyak tuh yang kasus-kasus seperti itu, bahkan ada yang meninggal karenanya. gibran tidak mau itu terjadi pada kekasihnya

mobil yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga. menampakkan jenny dan Irsyad yang turun dengan gembira nya, sedangkan gibran yang terbakar melihat itu, apalagi melihat genggaman tangan itu.

gibran melipat kedua tangannya, menatap tajam ke arah tangan Irsyad yang menggenggam erat tangan jenny

gibran berdehem "lengket banget tangan nya ya!" sindir gibran

keduanya terkekeh. dan bodoh nya Irsyad tidak menyadari tatapan gibran yang tidak suka akan hal itu.

"hehehe--" Irsyad terkekeh sambil menggaruk tengkuknya

gibran melotot ke arah Irsyad yang terus tersenyum. galak amat bang, pantes gak ada yang deketin jenny, udah ciut duluan kali mentalnya ngeliat gibran

"gak usah senyum-senyum lo! lepasin tangan adek gue." sentak nya

dengan cepat Irsyad langsung melepaskan tangan jenny, dan senyumnya perlahan memudar beralih ke ekspresi panik, takut, campur aduk deh pokoknya

perlahan adara beranjak dari duduknya. adara menenangkan luis dengan sabar tanpa harus ikut marah melihat ke posesif an seorang gibran luis Imanuel Darmawangsa

adara memegang bahu gibran lalu mengarahkannya untuk berhadapan dengannya. adara melihat mata gibran yang penuh rasa cemburu, tapi gibran masih tetap melihat ke arah Irsyad dan jenny

"luis lihat aku!" perintah adara

luis mengalihkan pandangannya ke arah adara, tapi masih dengan tatapan yang sama

"jangan menatapku seperti itu!" gertak adara

"iya" ucap Luis dengan lembut

hey lihatlah, elang dengan tatapan tajamnya bisa melunak dengan gertakan seekor kucing

adara menatap intens mata gibran. bukan kemarahan yang ia temukan tapi kecemburuan

"aku tau kamu sangat memanjakan jenny, kamu tidak bisa lepas dari dia, kamu selalu ada buat dia, kamu selalu memperlakukannya layaknya anak kecil" ucap adara

"dan kamu selalu menginginkan yang terbaik untuk nya, aku tau itu. tapi kamu tidak boleh mengekangnya ataupun merusak kebahagiaan nya" lanjut adara

"tapi--by" potong gibran

adara mengarahkan jari telunjuknya ke depan bibirnya "shttttt... aku belum selesai!" ucap nya

"iya, maaf"

My RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang