Hallo, sebelum masuk ke ceritanya absen dulu yuk! Kalian dari mana aja nih?
Dapat cerita ini dari mana?
Media sosial, atau rekomendasi dari teman?
Sebelumnya perkenalkan nama aku Tiara, kalian bisa panggil aku Tia, bunda, atau buna, itu terserah kalian yang penting jangan author ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap bab nya!
Follow ig :
04_tiaraaaa
aretha_aaaaa
samudra_kavindra_abraham
anthea_aaaCerita ini berdasarkan pemikiran Tia sendiri, jika ada kesamaan nama atau tempat, mohon dimaafkan
Oke, happy Reading!!
✨✨✨
Riuh suara kendaraan mengisi keheningan di malam itu, seolah menandakan bahwa ibukota tak pernah istirahat, angin sepoi-sepoi menerpa wajah seorang gadis yang tengah termenung dengan tangan yang bertumpu di dagu nya, ia adalah Aretha Yumna Almaira, gadis yang baru saja menyelesaikan Sekolah Menengah Atas nya.
Gadis berusia delapan belas tahun itu menghela nafas panjang saat bayang-bayang di masa lalu nya bermunculan. Masa SMA adalah masa yang paling ia suka, sebab pada masa itu ia begitu menikmati proses pembelajaran nya tanpa ada hal yang mengganjal di pikiran nya.
"Dek, udah siap?," tanya seorang pria berkaos hitam serta mengenakan celana selutut yang tak lain adalah Athar, sang Abang.
Aretha mengalihkan pandanganya kearah pintu, dimana pria itu berada, seulas senyuman tersungging dari bibir pria itu. Perlahan langkahnya mendekat kearah Aretha, tangan kekar nya mengelus pucuk kepala sang adik.
"Kamu yakin mau kuliah di Jogja? Nggak mau di Jakarta aja dek?," tanya Athar, merasa berat harus jauh dari berlian kecilnya.
"Jogja, adalah kota yang sangat Aretha impikan, bang!," sahut nya dengan seulas senyuman simpul.
Athar duduk di samping Aretha, matanya menatap hangat kearah sang adik yang sebentar lagi akan meninggalkan nya, ia masih mengingat saat-saat dimana mereka saling bercanda dan tertawa bersama. Kini, mereka sudah sama-sama dewasa, dan fokus mewujudkan mimpi nya masing-masing.
"Dek, denger pesan Abang ya, meski sekarang kita sudah sama-sama dewasa, sudah mempunyai jalan masing-masing untuk meraih mimpi, namun jangan sungkan untuk bercerita tentang hari-hari kamu lagi, Abang akan selalu menjadi pendengar terbaik saat dunia kamu sedang tidak baik-baik saja," ucap Athar, wajahnya memancarkan ketulusan yang amat dalam.
Inilah yang akan Aretha rindukan dari sang Abang. Pria itu selalu bisa menjadi pendengar saat dirinya merasa ingin di dengar, atau ingin berkeluh-kesah tentang hari nya.
Aretha tersenyum hangat, "Abang tenang aja, retha udah besar kok"
"Sebesar apapun kamu, di mata Abang kamu hanyalah gadis kecil yang masih butuh perlindungan"
Ucapan itu akan selalu Aretha ingat dalam benaknya, menjadi pengingat bahwa ada pria yang selalu menganggapnya anak kecil dan selalu butuh perlindungan.
Aretha mengangguk, menanggapi ucapan sang Abang. "Yaudah, yuk!"
Pria itu mengangguk kemudian menggenggam tangan mungil sang adik, membawanya pada kehangatan. Keduanya sama-sama menuruni tangga dengan tangan yang saling bertaut, sementara itu beberapa anggota keluarga lainnya tengah menunggu mereka sembari menatap bingung kearah dua saudara itu.
Zahira Bilqis, ibu dua anak itu menatap keduanya dengan senyuman yang mengambang dibalik cadar coklat yang ia kenakan.
Malam ini adalah malam dimana mereka sekeluarga akan mengantarkan Aretha, si bungsu yang telah dewasa itu menuju Jogja, tempat yang akan Aretha gunakan untuk menempuh pendidikannya serta menjadi jalan untuk menggapai mimpi nya.
"Nyaman banget kayaknya," cibir Zahira, dibalas kekehan anggota keluarga lainnya.
"Udahan dulu pegangan tangan nya, takut keburu tengah malam nanti berangkat nya," timpal Arumi, istri Athar yang baru melahirkan buah hati mereka, beberapa hari lalu.
Aretha terkekeh, mereka pun melepaskan genggamannya, Aretha menghampiri Arumi, gadis itu memeluk kakak iparnya. "Kakak beneran nggak mau ikut nganterin Retha ke Jogja?"
"Kakak kamu baru aja melahirkan nak, takutnya nanti malah nggak kuat di jalan, Arumi belum bisa menempuh perjalanan jauh," bukan Arumi yang menjawab, melainkan Zahira.
"Iya, lagian nanti ponakan kamu siapa yang jaga?"
Timpal Arumi, membuat Aretha mencebikkan bibirnya, kesal. Namun sedetik kemudian Aretha mengangguk, ia mengerti dengan kondisi kakak iparnya itu.
"Kamu beneran nggak mau ikut?," tanya Athar, cemas akan sang istri.
Arumi menggeleng, "Iya! Lagian di sini aku nggak sendiri kok, ada bibi juga yang nemenin, iya kan bi?"
Seorang wanita yang disebut 'bibi' oleh Arumi itu mengacungkan jempolnya, memberi pembenaran.
"Bilang aja nggak mau jauh-jauh," ucap Aretha, mencibir kelakukan pasutri di depannya
Athar melirik sinis kearah Aretha, "Bilang aja iri! Makannya cepet nikah biar bisa kayak gini juga"
"Dih, nanti ya liat aja kalau Retha udah punya pasangan, Retha akan lebih bucin dari kalian"
Begitulah drama keluarga mereka setiap harinya. Zahira dan Arumi yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah semuanya siap, mereka pun berangkat. Suasana malam itu cukup ramai, dengan suara kendaraan yang melintas. Langit terhampar luar dengan bintang-bintang yang menghiasi nya membentuk titik-titik terang di angkasa, bulan bersinar, memancarkan cahaya nya, seolah ikut mengantarkan Aretha ke kota tujuannya.
Sepanjang perjalanan itu, tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Aretha, Zahira, dan Athar fokus terhadap pikiran nya masing-masing. Aretha menatap kearah jendela, melihat gedung-gedung tinggi, serta lalu lalang kendaraan dengan alunan musik yang terdengar dalam mobil.
Memori-memori masa lalu menghantui pikiran Aretha sampai suatu kejadian di masa lalu yang membuatnya trauma itu muncul. Dulu, Aretha sempat memakai cadar namun karena sebuah kejadian akhirnya gadis itu melepaskan cadarnya.
Tanpa ia sadari matanya mulai terpejam, siap mengantarkan nya pada alam bawah sadarnya. Beberapa jam berlalu, hingga sebuah tangan mengguncangkan tubuh Aretha.
Gadis itu menggeliat, perlahan matanya terbuka, hal yang pertama ia lihat adalah sebuah rumah bertuliskan kost khusus putri, Aretha mengerti, kini mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Ayo nak, bangun! Sekarang kita udah sampai di kost kamu," ucap Zahira, wanita itu sudah bersiap-siap untuk keluar dari mobil.
Aretha mengangguk, gadis itu melihat jam tangan nya yang menunjukkan pukul tiga pagi. Dalam keadaan setengah sadar gadis itu turun dari mobil, ia mendapati Athar yang tengah berbicara dengan satpam kost tersebut.
"Welcome to Jogja!,"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Kota Jogja
Teen FictionYogyakarta merupakan kota penuh keistimewaan, yang di dalamnya terdapat simbol-simbol sejarah serta keindahan yang mampu membuat orang terpana, hingga mendapatkan julukan daerah istimewa. Maka tak heran jika banyak orang ingin tinggal di tempat inda...