Melly Goeslaw - Promise
****
Matahari baru saja akan kembali ke peraduan ketika mobil SUV keluaran terbaru milik Marka memasuki parkiran Pantai. Kilau emasnya sedikit meredup karena langit yang tidak secerah biasanya, membuat bahu tegap milik Lelaki bermata tajam itu merosot. Ekspektasinya mengenai momen indah bersama Rayeela di bawah semburat jingga hilang sudah. Namun langkahnya tetap ia paksakan untuk membuka pintu penumpang, mempersilahkan Rayeela turun.
Melihat sorot mata Marka yang sedikit berbeda tidak seperti saat di perjalanan, alis tebal Gadis itu terangkat satu. Ia lantas ikut melihat sekeliling Pantai yang tidak seramai hari weekend. Hingga mata hazzelnya menangkap objek vital di sore hati yang kurang memuaskan mata, barulah ia sadar sebab Marka terlihat murung tiba-tiba.
Semburat jingganya kurang berpendar.
"Mau ke tempat lain aja, Ka?" Tanya Rayeela pelan saat Marka mengambil langkah lebih dulu namun terkesan sungkan. Gadis itu langsung berhenti ketika Marka menoleh kebelakang. "Aku lagi gak pengen denger suara ombak, pusing banget soalnya." Dalih Gadis itu.
Marka mengulum bibirnya. Lelaki itu tampak berpikir. Terlihat bola matanya bergerak kesana kemari seolah meniti keadaan yang bisa menjadi solusi. Sayang sekali kalau harus balik lagi untuk mencari destinasi. Waktu bersama Rayeela jelas akan sangat singkat. Harusnya semburat yang kurang berpendar bukan masalah besar, toh tujuannya untuk ketenangan.
Tetapi saat Rayeela mengatakan sedang tidak ingin mendengar suara debur ombak. Ketenangan mana yang akan melingkupi mereka nanti? Poin ke Pantai agar bisa mendapat maknanya kan mendengar debur ombak.
Menghela napas berat, Marka memutar badan menghadap penuh ke arah Rayeela. Mata hitamnya menatap lembut Gadis yang selalu menunduk kalau ia tatap itu. "Kamu mau kemana?"
Rayeela mendongak. Sadar Marka menghadapnya, Gadis itu menyerongkan badan ke arah lain-kemanapun asal tidak bersitatap dengan Marka. "Aku kurang tau juga. Tapi kalo mau nikmatin Pantai, gak masalah. Sayang kalo harus bolak-balik, kamu capek nyetir. Aku nggak bisa gantikan."
Ini yang gue suka, Marka bergumam dalam hati.
Rayeela adalah salah satu Perempuan yang rasional dan berperi kemanusiaan dari banyaknya Perempuan yang ia temui. Suka tidak suka, nyaman tidak nyaman-ketika sudah berada di depan mata ia tidak pernah membuang kesempatannya. Rayeela selalu bisa menghargai segala hal. Meskipun rasanya sangat menyiksa karena menekan diri sendiri untuk tidak berontak, Rayeela tetap melakukan itu semua.
Ibarat kata kaya Kuda di pasar malam, biarlah aku susah mereka tetap harus bahagia.
Tapi ini bukan soal Kuda.
"Senjanya lagi gak bagus di tambah mood kamu buat dengerin ombak juga kurang, kayaknya lebih baik menghindari Pantai dulu." Ujar Marka masih berusaha membuat Rayeela sama dengan persepsinya..
Rayeela menggeleng. Gadis itu menarik ujung hoodie hitam Marka menuju pintu masuk pinggir laut. Dengan enteng Gadis itu mengatakan, "Gak papa, senja sama Pantai mah nggak akan gagal berkolaborasi sekalipun pancarannya kurang."
"Tapi sama pikiran gak akan bisa berkolaborasi, Nou."
Rayeela menggeleng lagi. Gadis itu sekuat tenaga menarik hoodie Marka dengan si empunya yang masih berusaha membujuk mereka memutar haluan ke tempat lain. Keram karena terlalu kuat menarik, Rayeela berhenti lantas melepaskan cengkeramannya. Mereka berada di dekat bibir Pantai. Di tengah beberapa bule dan penduduk lokal yang sedang berjemur.
Kalau di lihat dari jauh, posisi mereka yang berhadapan dengan jarak pasti akan menimbulkan asumsi pertengkaran. Padahal, sebenarnya mereka sedang berusaha mencerna suasana canggung yang terjadi. Untuk Marka melihat bule sedang berjemur mungkin hal biasa. Tapi tidak bagi Rayeela. Selama bertahun-tahun suka mengunjungi Pantai, ia belum sekalipun berjumpa dengan para bule yang begitu berani. Maklum, mungkin saat itu ia mengunjungi Pantai Ancol yang gratis dari luar, bukan lingkup dalamnya. Jadi agak sedikit berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON
Teen FictionSemicolon;- (n.) simbol yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kekuatan untuk hidup. # Terlahir menjadi anak tunggal di keluarga yang super sibuk membuat Rayeela Nooura kehilangan jati dirinya. Setiap kali orang tuanya ada perjalanan bisnis ke lu...