Prolog

471 30 20
                                    


Seperti hari-hari biasanya, hari ini aku kembali menatap rumah minimalis bercat putih itu. Hal yang paling pertama ku lakukan sebelum berangkat ke sekolah.

Saat aku menyadari, bahwa sang pemilik rumah belum menampakkan batang hidungnya. Aku pun kembali bergegas menuju ruang makan untuk sarapan.

"Morning, sweetheart. How was your sleep?" Sapa ibuku, tersenyum manis sambil mengoles selai cokelat ke panekuk panas yang baru saja ia buat. Aku tersenyum melihatnya.

"Great, mom! How about you?" Ia kembali tersenyum. "Just like you." Ucapnya yang sibuk menyiapkan makanan. Tak lama kemudian aku melihat papa yang di susul oleh adik ku, berjalan menuju ruang makan.

Setelah memakan panekuk lezat buatan ibu, aku pun berpamitan dan bergegas menuju sekolah. Bisa ku lihat, Skylar sudah menunggu ku dari tadi. "Aku kelamaan ya?" Tanya ku.

Ia terkekeh. "Tidak kok. Aku baru datang 5 menit yang lalu." Aku hanya membentuk mulut ku 'O' lalu mengambil sepeda, yang ku parkirkan di dekat taman kecil di rumah ku. Aku sengaja tak memakai mobil ataupun supir, karena jarak rumah dengan sekolah sangatlah dekat.

Ngomong-ngomong, Skylar itu adalah sahabat lelaki yang kupunyai. Kami telah bersahabat sejak kami berada di TK dan kebetulan rumah ku dan rumah nya bisa di bilang berdekatan. Maka dari itu aku selalu bersamanya saat pergi maupun pulang sekolah.

Kami pun sampai di pintu gerbang sekolah. Kami segera memarkirkan sepeda kami di tempat parkir khusus sepeda yang tak jauh dari koridor tempat penyimpanan loker. Setelah itu, kami bergegas mengambil beberapa buku yang ada di loker kami. Lalu, berjalan ke kelas kami.

Saat bel berbunyi, aku dan Skylar menuju kantin. Kali ini aku mengambil lasagna, salad dan puding cokelat berukuran sedang. Aku pun mengambil tempat duduk paling ujung. Tempat duduk favorit ku, Skylar dan tentunya Bella.

Ohya, Bella adalah satu-satunya sahabat perempuan yang kupunya. Aku mengenal Bella sejak SMP, itupun berkat Skylar.

Tak lama kemudian Bella pun menghampiri kami sambil membawa nampan berisi pasta, kentang tumbuk serta beberapa buah beri-beri an. "Hai!" Sapanya antusias. Aku hanya melambaikan tangan ku, lalu tersenyum.

Kami pun menikmati makanan kami sambil di selingi oleh tawa dan canda. Hari ini, aku cukup tak banyak bercanda-tawa, karena aku sedang ingin fokus membaca buku yang baru saja ku beli kemarin.

"Hei, Bella! Skylar!" Teriak seseorang yang membuat telingaku bising. Aku mendongak melihat siapa orang tersebut dan ternyata ia adalah Niall Horan.

Aku pun menyadari bahwa sedari tadi aku mengabaikan perkartaan nya, yang di buktikan oleh tangan nya yang melambai-lambai didepan wajah ku. "Hei..?" Ucapnya membuyarkan lamunanku.

"K-kau kenapa duduk disini?"

"Tempat disamping mu kosong. Maka dari itu, aku duduk disini. Kau keberatan?"

Aku menggeleng. "Ng.. tidak kok, aku ke kelas dulu ya! Sampai jumpa nanti Sky, Bel dan Niall!"

Bisa kudengar Skylar memanggil-manggil namaku. Namun, tetap saja ku acuhkan. Aku sedang tidak ingin berada di dekat Niall. Kau tau? Jantung ku selalu berdegup cepat, jika berada didekat nya. Itulah mengapa aku ingin menjauh darinya. Bisa-bisa aku kena penyakit jantung, karena nya.

Setelah pelajaran selesai, aku pun segera membereskan buku-buku ku. Lalu bergegas menuju loker ku untuk menyimpan beberapa buku, agar tas ku tidak terlalu berat. Saat aku membalikkan badan ku, Skylar hadir dengan senyuman nya itu.

"Apa aku mengganggu mu, tuan putri?"

"Tepat nya apa aku 'mengagetkan' mu, tuan putri?" Ia tertawa.

"Hahaha, maafkan aku ya?"

"Tidak." Ia pun mengerucutkan bibir nya yang membuat ku tertawa terpingkal-pingkal. Ia terlihat aneh sekaligus lucu, jika seperti itu.

Ia menatap ku geram. "Apanya yang lucu?" Aku tersenyum sambil menggeleng.

"Terserah. Um.. bagaimana kalau kita ke Green Park? Sebagai tanda minta maaf ku?" Aku berpikir sejenak lalu memutuskan untuk menerima ajakannya itu.

Kebetulan Mrs.Helen tidak memberi kami--siswa kelas biologi--tugas tadi. Jadi nya aku bisa pergi ataupun bersantai sejenak.

Aku membaringkan tubuh ku di atas hamparan rumput sambil melihat ke atas langit yang sangat cerah. Tak lama kemudian Skylar datang membawa 2 cup eskrim vanila.

"Thank you" gumam ku sambil mengambil salah satu eskrim yang ia bawa. Ia pun mengambil tempat duduk disebelah ku sambil menatap lurus.

Aku terus melahap eskrim vanila ku. "So, about Niall. Do you really love him?" Aku melihat ke arahnya sebentar.

"Skylar.. Do you know what is love means?" Ia tersenyum sebentar lalu terkekeh. Hei, memang nya aku salah ya?

"Are you a teenager, Ken?"

Aku menatapnya geram, lalu mencubit lengannya. Ia menjerit, "Aw! What was that for?" Aku menatapnya sinis.

"For saying, are you a 'teenager' Ken?" Ucapku sambil menekan kata teenager. Apa maksudnya? Aku ini memang benar-benar seorang remaja kan?

"Oh, my baby Kennedy. I'm really sorry for that. Hahaha, ok so you dont know what is love means, huh?" Aku mengerucutkan bibir ku sembari menggeleng.

Skylar pun menjelaskan definisi dari cinta, secara detail. Tak semua hal bisa ku serap karena terkadang aku tidak memperhatikannya. Terlalu asik menatap pemandangan yang ada di depan ku ini.

Pepohonan yang tumbuh sangat besar serta istana Buckingham. Selain itu, aku juga terkadang memikirkan Niall. Entah mengapa aku bisa memikirkannya.

".. Dan satu lagi, Ken. Hal yang sangat penting yang harus kau ingat seumur hidupmu. 'Jika kau menyukai seseorang, namun orang tersebut tidak menyukaimu. Jauhilah orang tersebut. Tetapi.." Ia menggantungkan kata-katanya.

"Jika kau sudah terlanjur cinta dengannya. Maka kau dalam masalah besar'."

Aku menyipitkan mataku. "Masalah besar..?" Tanya ku tak mengerti dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Susah untuk mu melupakannya." Ucapnya sambil menunduk. Skylar terlihat sedih..? Ya sepertinya ia sedang bersedih, karena ia menyentuh sesuatu di dekat matanya yang kuyakini ialah sebuah air mata.

Astaga, aku tak tahan melihat Skylar sedih seperti ini. Ia adalah sahabatku yang sudah ku anggap sebagai kakak sendiri. Skylar selalu ada di saat aku sedih. Ia yang selalu menenangkanku dan sekarang giliranku yang menenangkannya.

Aku pun merangkulnya, lalu mengelus-elus punggungnya. "Sky, kau ada masalah apa? Kau bisa bercerita ke aku, kok. Aku tak akan bocor ke siapapun itu." Ia melihat ke arahku sebentar, lalu tertawa.

"Tidak, kok. Kau tak usah khawatir denganku. Tapi, berjanjilah dengan ku, Ken. Bahwa kau akan selalu bersama ku. Kapan pun dan dimana pun itu." Aku mengangguk.

"Aku akan selalu menemanimu, Sky. Aku akan selalu ada didekat mu. Mau saat kau sedih, ataupun saat kau senang." Ucapku sambil memeluknya. Ia memelukku kembali.

Aku curiga dengan, Skylar. Bukannya aku tak mempercayainya. Tapi, tak biasanya ia seperti ini. Maksudku, jika ia punya masalah ia pasti akan menceritakannya kepadaku. Tetapi, sekarang ia tak ingin memberitahuku tentang masalahnya. Ada apa dengannya?

[A/N];
Ini di apus aja apa di lanjut? Aniweii, ini lagi gabut jadinya gini, heheh. Ive been posted this fanfict like 3 times.

But no one's vote so i deleted it ha. Oiya tolong ya buat para readers untuk vote + comment! Gpp kalo comment doang, bcs i really need it! :D

Imagination ➳ HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang