Tags: jaemren. enemy to lovers. fluff. local setting. jaemin as keenan. renjun as juno.
Kamis pagi adalah waktu paling menyebalkan bagi Keenan. Karena setiap Kamis pagi ia harus mengayuh sepedanya sejauh 1 kilometer, membawa Tupperware berwarna hijau muda yang ia letakkan di dalam keranjang sepeda antiknya.
Tujuannya cuma satu. Membeli bubur dari keluarga pedagang bubur ayam keturunan China yang sudah menjadi langganan ibunya bertahun-tahun lalu.
Tidak ada yang salah dengan mereka. Hanya saja anak si pedagang kelewat judes dan menyebalkan. Awalnya, Keenan masa bodoh dengan sikapnya yang menyebalkan. Tapi entah bagaimana, Jaemin malah tertarik dengan dengan si pemilik mulut pedas bak sambal cabai rawit bernama Juno-anak si pedagang bubur.
Keenan jadi memperhatikan gerak-gerik Juno yang seringnya memakai celana piyama kotak-kotak warna merah marun, dengan kaus abu-abu dan celemek hitam. Tidak matching. Tapi mungkin itu adalah gaya andalannya Juno saat berjualan dengan sang ayah.
Keenan pernah kena semprot gara-gara menumpahkan mangkuk sambal. Ayah Juno tidak marah, namanya juga insiden tak disengaja. Lain hal dengan Juno yang mencak-mencak dan mengomel sampai Keenan menghela nafas, bingung tidak tahu bagaimana caranya ia meminta maaf.
Tapi meski pernah kena semprot, Keenan tetap membeli bubur dari kedai Juno. Karena selain rasanya yang enak, ibu Keenan hanya percaya pada kebersihan di kedai bubur keluarga Juno yang memang sangat terjaga.
"Bubur satu, jangan pake kacang, kuah dipisah. Minta ekstra kerupuk ya, Koh."
Keenan memberikan wadah Tupperware yang ia bawa kepada Koh Huang-ayah Juno.
"Baru keliatan Nan, kemana aja?"
"Biasa, banyak tugas kuliah. Tapi sekarang sudah libur. Jadi baru sempet ke sini lagi."
"Sok rajin. Padahal nongkrong doang di kantin kampus."
Juno datang menghampiri sisi sang ayah, lalu mengambil Tupperware yang sudah berisi bubur, untuk ditambahi dengan kondimen.
Keenan menyeringai saja mendengar celotehan Juno. Kebetulan mereka memang kuliah satu kampus.
"Nongkrong juga ada gunanya, Jun."
"Halah-halah, paling juga godain cewek."
"Lah, emang kenapa? Cowok ganteng mah bebas." Keenan memancing.
"Gak sopan tahu."
"Bilang aja lo juga mau gue godain, Jun."
"Amit-amit. Nggak dulu deh. Lo jadi cowok terakhir di muka bumi juga gue ogah."
"Hati-hati kalau ngomong, nanti jatuh cinta."
Koh Huang hanya tersenyum mendengar adu mulut dua anak muda di dekatnya. Entah kapan dan bagaimana Keenan dan Juno bisa saling bicara, bahkan tahu kalau masing-masing kuliah di kampus yang sama.
Tapi si pedagang bubur tahu kalau ucapan keduanya tidak menyakiti, melainkan hanya saling menggoda satu sama lain, seperti sedang mengetes ombak laut sebelum melayarkan kapal.
"Wes, berantem mulu. Kamu siap-siap sana, Jun. Biar Mas Endang yang bantuin Baba."
"Widih, siap-siap ke mana nih?" Keenan kepo.
"Pacaran lah." Sungut Juno.
"Ada yang mau sama lo?"
"Heh, gini-gini gue cakep ya. Banyak yang naksir."
Keenan memasang wajah tak percaya, tapi Juno sudah masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa-gesa.
Keenan membawa Tupperware berisi bubur dan menambahkan karet untuk mengencangkan penutupnya. Ia lalu berdiri di samping sepeda antiknya cukup lama. Mungkin 10 menit Keenan berdiri sebelum ujung kaus di bagian lengannya ditarik dari belakang.
"Ayo."
Juno menyentuh lengan Keenan dan rasanya seperti memberikan sensasi elektrik pada sekujur tubuh Keenan.
"Koh, Keenan pinjem Juno dulu ya, mau pacaran."
"Ya, hati-hati. Kasih makan Nan, nanti Juno ngamuk kayak gorila."
"Siaaaap."
Juno hanya bisa cemberut dan naik di boncengan sepeda yang dikemudikan Keenan.
"Pegangan, Yang. Nanti kamu jatoh, Valentino Rosi mau ngebut nih."
Kamis pagi Keenan mengayuh sepedanya. Meski sebal karena harus bangun sangat pagi demi membeli bubur, tapi semua terbayarkan dengan senyuman manis si anak tukang bubur yang menaklukan hatinya.
⋆˚✿˖° 𐙚 ₊ ⊹ ♡ END ⋆˚✿˖° 𐙚 ₊ ⊹ ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Page
Fanfictionkumpulan drabble noren, jaemren, dongren yang sudah di publish di twitter @milkttalgistory.