Sore ini Helan sedang berada di apartemen Naren dengan wajah yang ia tunjukan 180 Drajat berbeda ketika tadi siang bertemu dengan sang sahabat.
"Kenapa muka Lo asem kayak gitu ? Bukannya tadi siang Lo seneng banget karena ngerasa PD bakal diangkat jadi karyawan tetap"
Mendengar ucapan dari Naren membuat Helan kembali memberengut.
"Gue gak jadi karyawan tetap diasana"
"Lah ? Kenapa ?" Naren mengerutkan kening merasa heran mendengar jawaban dari Helan.
"Apa karena tadi Lo telat masuk setelah istirahat ?"
Helan menggeleng
"Atau Lo bikin kesalahan pas kerja"
Helan kembali menggelang
"Lah terus kenapa ?"
Helan menghembuskan nafas lalu menjawab dengan wajah sedihnya
"Gue gak sengaja nyenggol direktur disana"
"APA!"
Maka mengalir lah cerita Helan tentang dirinya yang tak sengaja menyenggol Malvin hingga berakhir tidak jadi diangkat menjadi karyawan tetap, bahkan ucap terakhir dari pak Haris masih terngiang ngiang dikepala Helan.
"Helan sejujurnya sejak pertama kamu masuk kerja disini, saya langsung memutuskan bahwa kamu akan saya angkat menjadi karyawan tetap. Namun, entah apa yang kamu lakukan sehingga pak Yandi. menghubungi saya memerintah agar hari ini adalah hari terakhir kamu datang kemari. Saya sangat menyangkan sekali, namun jika ini perintah dari sang direktur saya tak punya kewenangan apa apa. Maka dari itu saya harap kamu bisa menemukan tempat yang lebih baik lagi"
*****
Mungkin hanya ditempat ini hati Malvin berfungsi. Meski wajahnya tak menunjukan ekspresi, meski dirinya tak meneteskan air mata seperti 4 tahun yang lalu, meski dirinya tak banyak bicara, namun hati kecilnya berbisik bahwa dirinya begitu merasa kehilangan.Sudah 4 tahun berlalu, namun nyatanya mengiklaskan tak bisa ia tebus dengan waktu 4 tahun itu.
Selama 4 tahun ini disetiap tanggal yang sama, yaitu ditanggal dimana sang bunda dilahirkan maka ditanggal itu pula Malvin, Jendan serta Jeffri akan sama sama datang ke tempat peristirahatan terakhir wanita yang paling mereka cinta dengan membawa masing masing setangkai bunga mawar. Mengucapkan ulang selamat ulang tahun lalu pulang kerumah utama dan melakukan makan malam bersama.
"Selamat ulang tahun Tessy" Jeffri berucap sambil meletakan setangkai bunga mawarnya sambil mengusap batu nisan sang istri dengan mata sendu.
Beranjak dari tempat Jeffri melirik kedua putranya
"Ayah tunggu dimobil"
Kini giliran Malvin yang memberikan bunga pada sang bunda namun ketika kakinya baru sjaa melangkah tiba tiba Jendan menghentikannya.
"Stop! Mulai dari sekarang setelah ayah ngasih bunga ke bunda, yang kedua ngasih itu harus gue, baru Abang terakhir. Soalnya kalo gue yang terakhir pasti Abang ninggalin gue sendiri. Makanya gue dulu"
Malvin menghela nafas pasrah dan menunggu Jendan yang akan mulai bercerita panjang kali lebar pada sang bunda.
Jika Jeffri memberikan bunga mawarnya sambil mengucapkan selamat ulang tahun maka Malvin hanya memberikan bunganya tanpa Mengatakan apa pun, namun berbeda dengan Jendan.
Jendan akan memberikan bunganya sambil menceritakan kehidupannya selama satu tahun yang ia jalani dan itu alasan mengapa Malvin selalu meninggalkannya dan lebih memilih menunggu sang adik didalam mobil ketimbang harus menunggu sambil mendengar ceritanya yang begitu membosankan.
Namun kali ini sepertinya Malvin terpaksa harus mendengarkan cerita keluh kesah Sang adik selama satu tahun ini.
"Hai bunda ini Jendan. Bunda baik baik aja kan disana ? Jendan baik baik aja kok disini. Bunda selamat ulang tahun ya. Semoga bunda selalu tenang disana. Bunda sering sering dong main ke mimpi Jendan,Jendan udah kangen tau! Akhir akhir ini bunda jarang Dateng ke mimpi Jendan! Bunda tau gak......"
Dan mengalir lah cerita yang mungkin jika ditulis akan membutuhkan kertas berlembar lembar.
"Kapan kapan Jendan bakalan bawa ana kesini. Jendan bakal kenalin ana ke bunda dan asal bunda tau ana itu gadis canti plus baik juga jadi bunda gak usah khawatir oke. Sama satu lagi bunda, sering sering datang ke mimpi Abang ya! terus marahin dia suruh cepet cepet nikah, biar Jendan sama ana bisa nikah cepet cepet juga. Soalnya kalo Jendan bilang mau duluan nikah pasti gak akan dibolehin sama ayah kalo Abang belum nikah dulu."
Mendengar kata kata yang keluar dari sang adik membuat Malvin menghela nafas lelah.
Jika Malvin adalah hasil dari didikan keras sang ayah maka Jendan adalah hasil dari kelembutan sang bunda.
"Ck! Cepetan!"
"Iya bentar! Bunda udah dulu ya ceritanya soalnya Abang udah keluar tanduk. kapan kapan Jendan kesini lagi ya ! Bye bunda"
Setelah Jendan beranjak dari tempatnya. Kini Malvin yang menghampiri gundukan tanah yang terawat itu.
Meletakan setangkai mawarnya tanpa mengatakan apapun, Malvin mengusap pelan batu nisan wanita yang ia cintai lalu beranjak pergi mendahului Jendan yang menunggu dirinya.
"Abang!"
Jendan berteriak dari belakang menyamakan langkahnya dengan sang kakak.
"Kenapa Abang gak pernah ngomong apa apa kebunda? Ya minimal kayak ayah gitu ngucapin ulang tahun"
"Gue ngomong kok"
"Ngomong apa ? Kok gak pernah kedengeran"
"Dalem hati"
"Ck!"
Merasa kesal dengan jawaban dari Malvin akhirnya Jendan mempercepat langkahnya mendahului sang kakak. Namun tiba tiba langkahnya terhenti karena ucapan dari sang anak sulung dari keluarga seron.
"Berhenti Deket sama gadis itu"
"Namanya Anastasya" Jendan berbalik menatap sang kakak dengan tajam
"Siapapun namanya. Ayah gak akan pernah suka"
"Gue gak peduli. Gue yang jatuh cinta, gue yang jalanin hidup gue, bukan Abang ataupun ayah"
"Berhenti keras kepala Jendan! Bunda udah gak ada, Lo gak punya tameng buat berlindung dari ayah! Asal Lo tau, kalo bukan karena wasiat terakhir bunda yang nyuruh ayah buat ngebebasin Lo milih jalan hidup Lo sendiri mungkin Lo udah jadi kayak gue. Lo Bakan diseret ke fakultas bisnis, dicambuk habis habisan supaya bisa jadi anak yang ayah mau, Lo bakal ditendang dan dipaksa bergaul dengan orang orang yang memuakan. LO BAKALAN KAYAK GUE! Jadi sebelum Ayah tau dan bertindak, gue harap Lo berhenti."
"Memang apa salahnya Anastasya. Dia gadis baik!"
"Bukan masalah baik engganya. Tapi masalah latar belakang yang dia punya!"
Malvin membuang nafas kasar. Meski Jeffry menuruti wasiat sang istri namun arti kebebasan memilih yang Jendan dapatkan itu masih harus berada dalam standar yang Jeffry mau juga. Dan memiliki hubungan dengan seorang gadis panti asuhan yang tidak menguntungkan bagi keluarga seron serta akan menjadi hal yang memalukan bagi nama besar seron tentu saja itu akan membuat Jeffri bertindak. Entah itu dengan menyingkirkan pusat masalahnya atau mengikat seseorang yang menimbulkan permasalahan itu. Dan Malvin tidak ingin Jendan menjadi seperti dirinya.
"Kalo soal latar belakang dia. Gue bisa ngarang cerita sesempurna mungkin kedunia. Kalo emang Abang sama Ayah setakut itu ana bakal mencoreng nama baik seron"
Malvin terkekeh kecil mendengar ucapan sang adik.
"Gue ingetin sama Lo. Jauhin dia, karena Lo bakalan nyesel seumur hidup. Lo tau ayah bisa ngelakuin apa pun yang dia mau. Jangan karena wasiat bunda Lo ngerasa aman dan bebas memilih. Nyatanya sampe sekarang tanpa Lo sadari, Lo masih dibawah kendali ayah. Meski Lo gak ngerasain itu secara nyata kayak gue"
"Sekali lagi dengerin gue baik baik. Berhenti sekarang juga"
Setelah mengucapkan terakhirnya Malvin langsung melangkah, meninggalkan sang adik dengan ketermenungannya memikirkan semua percakapan yang baru saja terjadi.
See you next part 🐯🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK PAPA
RandomTuhan selalu punya caranya sendiri untuk memberikan kebahagiaan pada umatnya, dalam bentuk apapun dan dengan cara bagaimanapun. Bahkan, ia dapat memberikaannya dalam bentuk yang tak teduga, dengan cara yang paling mustahil bagi manusia. Seperti hadi...