"Capek juga ternyata, harus beresin rumah, masak, cuci baju, cuci piring." Keluhnya sambil membersihkan piring terakhir yang sedang dicucinya.
Shiren mengambil sabun cuci tangan, lalu mencuci tangannya dengan sangat bersih dan membuatnya kembali wangi.
"Emm, wanginya." Ucapnya sambil mencium aroma tangannya yang sudah sangat wangi.
Lalu ia melihat sekelilingnya yang tidak menemukan Jendra, setelah makan selesai pria itu langsung menghilang dari hadapannya.
"Jen? Jendra?" Panggil nya.
Ia melangkahkan kakinya saat mendengar sebuah suara dari ruang olahraga milik pria itu.
Shiren tersenyum saat melihat Jendra yang kini sedang mengangkat sebuah barbel.
Tuk Tuk Tuk
Ketuknya pada pintu yang membuat pria itu langsung menoleh kepadanya, Jendra meletakkan barbel miliknya, lalu berjalan menghampirinya.
"Gue mau keluar ketemu sama Melda dan Gisa boleh kan?" Tanya Shiren.
"Ngga." Jawab Jendra.
"Loh kenapa? Lo ga bisa larang gue buat ketemu sama temen-temen gue Jen." Ucap Shiren.
"Bantuin aku olahraga." Ucap Jendra.
"Itu kan ada alat olahraga, ngapain lo minta bantuin gue, olahraga sendiri, percuma beli alat kalau tetep gue juga yang jadi alat lo." Ucap Shiren.
"Bantu aku Sit Up." Ucap Jendra meminta bantuan.
'Sit Up? Jen, lo pasti mau modus kan?' Ucap batin Shiren menebak-nebak.
"Oke gue bantuin lo, tapi abis ini gue mau ketemu sama temen-temen gue, dan lo ga boleh larang larang." Ucap Shiren meminta perjanjian, yang diangguki oleh Jendra.
Jendra menarik tangannya untuk ikut masuk kedalam ruangan itu bersamanya.
Jendra sudah menyiapkan sebuah matras untuknya melakukan Sit Up. Ia membenarkan posisinya, lalu meminta Shiren untuk berjongkok.
"Gue harus nahan kaki lo iya kan?" Tanya Shiren.
"Pinter." Ucap Jendra sambil mengelus kepalanya.
Jendra kembali pada posisinya, lalu mulai mengangkat setengah tubuhnya nya, Shiren yang tidak memegang kakinya dengan kuat membuatnya sedikit kesulitan.
"Jen, lo bisa ga sih? Kalau ga bisa udah deh, jangan pake Sit Up Sit Up segala." Ucap Shiren sambil berusaha menahan senyumnya.
"Pegangnya bukan kayak gitu, lutut kamu nahan kaki aku, tangan kamu juga tahan kaki aku, kayak gini." Ucap Jendra sambil mengarahkan.
"Pegang yang bener." Ucap Jendra lagi.
"Ck, sama aja gue pegang gimana juga, coba lo bisa ga?" Ucap Shiren.
Jendra kembali menurunkan setengah tubuhnya, mulai dari perut hingga kepala.
Jendra menatap Shiren yang kini sedang tersenyum kepadanya, ia menaruh tangannya dibelakang kepala, lalu mulai mengangkat setengah tubuhnya itu.
Shiren kembali memasang wajah datar, saat Jendra begitu dekat dengannya dan terus menatapnya dengan tatapan yang sangat berbeda.
Shiren menelan ludahnya saat pria itu terus semakin dekat kepadanya, bahkan saat Jendra mengangkat setengah tubuhnya lagi hidung mereka sudah hampir bersentuhan.
"Tunggu." Ucap Shiren sambil melepaskan pegangannya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Jendra saat Shiren beranjak berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Untuk Anak Manja (End)
Teen FictionLagi Revisi ya, kalau berantakan harap maklum... "Wtf! Sialan! Brengsek! Kenapa bisa gue bertransmigrasi ke tubuh si antagonis, cuman gara-gara tabrakan sama tiang listrik?" Kesalnya. "Kenapa gue harus masuk ke novel yang ga jelas alurnya gimana? Gu...