Bab 2

11 2 0
                                    

Sesampainya di rumah, Grey langsung membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Setelah itu ia berjalan ke ruang makan. Memakan makan siang yang sempat ia beli saat di perjalanan pulang tadi. Siang-siang begini, Grey hanya sendirian di rumah. Kalau ia malas memasak untuk makan siang, ia memilih untuk membelinya saja.

Grey hanya tinggal bersama ibu tirinya, Maya. Biasanya Maya akan pulang saat hari sudah gelap. Maya adalah seorang karyawan tetap sebuah perusahaan investasi. Tidak seperti cerita ibu tiri yang ada di film atau dongeng, Maya menyayangi Grey layaknya anaknya sendiri.

Saat pulang, Maya pasti membawa makan malam untuknya dan Grey. Pagi harinya, Maya tentu akan menyiapkan sarapan dan segala keperluan Grey. Maya juga akan mengantar Grey ke sekolah sebelum ia berangkat ke kantor. Rutinitas seperti itu lah yang Grey hadapi setiap harinya.

Setelah mencuci alat makan bekasnya, Grey kini memilih berdiam di kamarnya. Ia duduk di meja belajarnya yang langsung berhadapan dengan jendela. Menatap langit sore yang kian menguning. Ia teringat tentang kartu nama yang diberikan Derrys tadi.

"Miracleboy?" gumamnya. Gadis yang sering disapa Ge itu kemudian membuka laptopnya.

Grey membuka website x-sing di laptopnya. Mencari pengguna miracleboy, yang diyakini sebagai nama samaran Derrys di x-sing. Grey terkejut kala menyambangi profil milik Derrys. Jumlah pengikut Derrys tidak jauh berbeda dengan dirinya, pikir Grey. Padahal pengikutnya lebih banyak dua kali lipat dari pengikut Derrys.

Awalnya Grey hanya melihat-lihat celotehan Derrys disana. Namun, jarinya terhenti saat melihat unggahan Derrys meng-cover sebuah lagu tepat seminggu yang lalu. Grey merogoh tas sekolahnya, seperti sedang mencari-cari sesuatu. Ternyata Grey sedang mencari sebuah kunci.

Kunci tersebut adalah kunci salah satu laci yang ada di meja belajar Grey. Grey tidak pernah lupa menguncinya, dan selalu membawa kunci itu bersamanya. Setelah mendapatkan kunci itu dari dalam tasnya, Grey kemudian membuka laci. Mengeluarkan earphone dari dalam laci itu.

Grey mulai penasaran dengan suara Derrys. Ia memakai earphone tersebut dan mulai mendengarkan lagu yang Derrys cover pada unggahan terakhirnya. Selain suara Derrys, yang membuat Grey ingin mendengarkannya karena Derrys meng-cover lagu milik Nadin, salah satu penyanyi kesukaan Grey. Bagi Grey, hanya segelintir orang yang bisa menyanyikan lagu miliki Nadin dengan baik.

'Nadin Amizah - -star.'on

Lend me your palm
I have brought you a star
As bright as who you are
But not enough as lovely as what you are

They can grant me a wish
And guide me home when I have to
But you're the on
Iy one I pray for and the sanctuary
I will go back to
I might have to return you to the sky tonight
But now it feels like you make everything alright
I might have never told you but with you
Feels like everything is right

Tanpa sadar, Grey memejamkan matanya. Menikmati apa yang tengah ia dengar saat ini. Grey akui, Derrys termasuk orang yang berhasil menyanyikan lagu milik Nadin, seperti yang ia sebutkan tadi. Derrys bisa menyanyikan lewat versinya sendiri dan Grey menyukainya.

"Lo jangan ngira gue orang yang gak tau apa-apa. Gue yakin lo itu Babykitty kan? Suara kalian sama persis. Asal lo tau, gue itu fans nomor satunya Babykitty. Jadi gue tau mana suara Babykitty yang asli!" ungkap Derrys.

"Ternyata omongannya bukan hoaks. Dia bener-bener seseorang dari bidang musik," monolog Grey. Teringat kata-kata Derrys di ruang musik tadi. Ternyata ucapan Derrys bukan hanya bualan semata. Pantas saja ia sangat percaya diri saat mengungkapnya Grey adalah babykitty.

"Apa gue bener-bener harus pertimbangin tawaran dia?" lanjut Grey. Pikiran berkutat saat Derrys mengajaknya menjadi partner sebuah grup duet.

Grey termenung menatap earphone kirinya yang sudah ia lepas. Sejujurnya, dari hati kecilnya ia mau menerima tawaran Derrys. Baginya ini semua suatu kesempatan langka yang tidak mungkin datang dua kali. Terlebih ini semua juga sejalan dengan hobinya yang sangat menyukai bernyanyi. "Tapi, Mamah Maya..."

***

Malam ini, Maya pulang lebih telat dari biasanya. Tadi, di kantornya tiba-tiba ada rapat mendadak yang harus ia hadiri. Ia sudah membeli kwetiau goreng kesukaan Grey untuk dirinya dan tentu saja untuk Grey. Sebelum menyiapkan semuanya di meja makan, Maya membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Saat kwetiau goreng sudah tersaji, Maya melangkah menuju kamar Grey. Ia mengira pasti Grey sudah tertidur karena ia pulang terlalu larut. Sebenarnya Maya tidak tega untuk membangunkan Grey. Namun, bagaimanapun Grey belum makan malam. Maya takut hal itu akan berpengaruh kepada kesehatan Grey.

Maya membuka pintu kamar Grey perlahan. Mendapati Grey berselimut rapat membelakangi pintu kamarnya. Maya melangkah perlahan-lahan menuju ranjang Grey. Ia kemudian duduk di tepi ranjang. Mengelus lembut kepala anak gadisnya itu yang tertutup oleh selimut.

"Sayang, mamah udah pulang. Maaf mamah pulang terlambat hari ini," lirih Maya seraya menepuk pelan tubuh Grey untuk membangunkannya.

"Sayang, mamah beli kwetiau kesukaan kamu. Ayo kita makan malam dulu," lirih Maya lagi. Grey tidak kunjung terbangun dari tidurnya. Membuat Maya mau tidak mau mengeluarkan sedikit tenaga lebih untuk membuka selimut dan membalikkan posisi tubuh Grey.

Plakkk

Maya menampar keras Grey tepat pada bagian pipi kala ia mendapati Grey tertidur menggunakan earphone. Grey langsung terbangun detik itu juga dan segera melepas earphone yang terpasang di telinganya, lalu menyembunyikannya. Ia lupa melepas earphone tersebut karena terlalu hanyut dalam suara Derrys.

"APA-APAANN GREY?! KAMUU DENGERIN MUSIK?! KAMU UDAH GAK SAYANG SAMA MAMAH?! KAMU BENCI MAMAH?! KAMU MAU MAMAH M*TI, GREY?!" teriak Maya histeris.

"Enggak, Mah... Grey bisa jelasin semuanya, Mah...," lirih Grey dengan suara gemetar. Menahan tangis.

Ia bangun dan ingin menenangkan Maya. Namun, Maya terus mundur seperti tidak ingin di dekati Grey. Saat langkahnya sudah habis, karena sudah berada di pojok ruangan, Maya berjongkok memeluk kedua kakinya sambil menyembunyikan wajahnya.

"ARRRRGHHHHHHH!! AKU BENCI MUSIKKK!! AKU BENCI MUSIK GREY!! AKU LEBIH BAIK M*TI DARIPADA HARUS BERURUSAN SAMA MUSIK GREYY! GAK BISAA GREYYY!" histeris Maya.

Grey menggelengkan kepala. Tangisnya kini pecah karena mendengar ucapan Maya. Ia masih berusaha memeluk Maya untuk menenangkannya, tapi Maya masih tetap menolak. Grey kemudian berlari ke kamar Maya. Mengambil kotak obat Maya disana.

Sejujurnya ia tidak ingin melakukan ini pada Maya. Namun, supaya Maya bisa meminum obatnya, Grey harus sedikit melakukan tindakan fisik. Ia memaksa Maya meminum obat sambil terus menangis. Tak beberapa saat setelah Maya menelan obatnya, Maya menjadi tenang.

Grey mengantar Maya ke kamarnya. Menidurkan Maya secara perlahan dengan tangisan pilu yang tidak kunjung reda. Rasanya sangat menyakitkan tiap kali melihat penyakit Maya kambuh seperti ini. Grey kemudian menyelimuti Maya yang sudah memejamkan matanya itu.

Rasa bersalah menyeruak begitu hebatnya pada hati Grey. Setelah hampir satu tahun lamanya, penyakit Maya tidak kambuh, kini malah kambuh akibat ulahnya. Grey mengelus punggung tangan Maya yang sudah tertidur itu sambil terus mengucapkan kata maaf.

"Mah, maafin Grey..."

***

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA ❤️

BIAR AKU SEMANGATT ❤️

TERIMAKASIH SUDAH BACA ❤️

SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA SELALU ❤️

SWEET EVER AFTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang