Motor vespa matic berwarna abu-abu terang itu berhenti disebuah pekarangan rumah yang tidak terlalu luas, tapi cukup nyaman dan indah untuk dipandangi. Bagaimana tidak? Di sana dihiasi rumput-rumput hias yang dibentuk cantik, dipadu dengan bunga-bunga yang berwarna-warni. Grey mengedarkan pandangannya ke seluruh arah seraya melepas helmnya.
"Ini, lo semua yang urus?" tanya Grey pada Derrys. Ada setitik rasa kagum, mengingat Derrys tinggal sendiri, tapi perkarangan rumahnya begitu indah, rapih dan bersih.
"Ya terus, mau siapa kalau bukan gue? Dari awal gue pindah, tanaman itu semua udah ada kok. Jadi gue tinggal lanjutin nyiram aja kan?" ucap Derrys berbangga diri.
Derrys lantas merogoh tasnya. Mencari keberadaan kunci rumahnya. Setelah berhasil ditemukan dan membuka pintu, Derrys masuk. Diikuti Grey di belakangnya. Pupil mata Grey melebar seketika, kala melihat suasana rumah Derrys yang sangat lekat dengan rumah seorang musisi zaman lampau. Terdapat pemutar piringan hitam di sudut ruang tamu. Lengkap dengan rak yang menampilkan puluhan piringan hitam dan kaset di sampingnya.
Lukisan-lukisan unik bergambar alat musik atau sekedar notasi music bertengger dengan cantik di setiap dinding. Mata Grey teralih pada lemari kaca setinggi perutnya. Dimana diatasnya ada beberapa figura foto yang melengkapi nuansa indah ruangan tersebut. Grey mendekat, mengambil salah satu figura foto. Sebuah foto masa kecil yang membuat siapapun gemas melihatnya.
"Pipinya kayak mochi isi strawberry hahahaha," tawa kecil Grey.
"Jadi pengen mochi isi strawberry deh," gumamnya.
"Yaudah, nanti gue pesen lewat online!" tukas Derrys tiba-tiba. Membuat Grey tersentak kaget, karena kemunculan Derrys yang tanpa suara.
Derrys kemudian memberikan sebuah kaos yang terlipat dengan rapih. Bahasan tentang mochi isi strawberry teralih dengan kaos berwarna putih yang Derrys berikan. "Buat apa?" tanya Grey bingung.
"Seragamnya kan masih dipakai buat besok? Kecuali kalau lo emang punya seragam cadangan. Jadi lo mending ganti baju ini. Mungkin agak sedikit kebesaran, soalnya itu baju lama gue. Tapi masih bagus kok. Jarang gue pake!" jelas Derrys.
Rasanya aneh jika Grey menerima dan memakai kaos milik Derrys itu. Namun, perkataan Derrys benar. Lebih baik seragamnya dilepas dan dilipat dengan baik, supaya tidak kusut untuk dipakai besok. Tak dapat dipungkiri, Grey juga merasa kurang nyaman kalau harus memakai seragam seperti ini terus.
Akhirnya, Grey menerima kaos itu dan menggantinya di toilet. Grey keluar dari toilet dengan rambut panjang yang sedikit berantakan. Mungkin karena terkena angin saat di motor tadi. Penampilannya yang berbeda dari biasanya, membuat Derrys yang menunggunya di ruang tamu sejak tadi tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET EVER AFTER
Teen Fiction[Visual : Asahi Treasure & Liz Ive] Selain mimpinya, Derrys juga ingin membuktikan bahwa omongan musuh bebuyutannya itu tidak mendasar. Derrys percaya, dirinya akan menjadi musisi yang terkenal suatu saat nanti. Hal pertama, yang bisa Derrys lakukan...