Beberapa hari kemudian...
Minggu pagi yang cerah ini, Derrys sudah berkutat di dapur dengan celemek milik neneknya. Kemarin malam, Gerald kakaknya mengantar tahu baso buatan neneknya hampir dua box penuh. Memang tahu baso ini adalah makanan kesukaan Derrys. Jadi kala ia menginginkannya, ia tinggal menggorengnya saja.
Pagi ini Derrys menggoreng tahu baso lebih banyak. Ia akan memberikannya ke orang lain. Ia harap, orang tersebut menerima niat baiknya ini. Derrys memilih wadah yang bagus menurutnya. Ia bahkan memisahkan sausnya di wadah tersendiri. Ia menyiapkan semua itu sambil sesekali bersenandung ria. Sudah membayangkan respon baik yang akan ia terima.
Setelah semuanya siap, Derrys tentu mengganti pakaiannya juga. Pakaian yang rapih namun tetap santai. Walaupun sudah mandi sejak pagi, Derrys tidak mau orang yang akan menerima makanannya itu mencium bau-bau gosong dari tubuhnya. Ia juga menata rambutnya ke belakang seperti biasanya.
"Huahh udah gak sabar pengen ketemu orangnya..."
***
Ting... Tong... Ting... Tong...
Baik Grey maupun Maya sama-sama melihat ke arah pintu utama. Siapa yang bertamu minggu pagi seperti ini? Sekeingat Maya ia tidak memiliki janji apapun dengan teman kantornya. Begitupun dengan Grey. Lantas siapakah yang bertamu ini?
Baru akan beranjak dari duduknya, Grey keduluan oleh Maya. "Biar Mamah yang bukain!" teriak Maya. Grey kemudian kembali duduk.
Maya kemudian membuka pintunya perlahan. Mendapati seorang remaja laki-laki yang tersenyum manis ke arahnya dengan sebuah wadah makanan di dekatnya. Maya agak sedikit kaget. Ia belum pernah melihat remaja laki-laki ini di lingkungan rumahnya.
Remaja laki-laki itu pun menyodorkan tangannya. Maya pun akhirnya menyodorkan tangannya juga. Remaja laki-laki itu membalas dengan mencium tangan Maya. "Halo, Tante. Perkenalkan saya Derrys. Yang ngisi rumah kosong di sebelah, Tan! Ini sebagai hadiah pindahan saya. Semoga Tante dan keluarga suka!" jelas Derrys dengan percaya diri.
"Rumah cat hijau yang udah lama kosong itu? Wah, ternyata kamu tetangga baru toh. Pantesan tante belum pernah liat kamu sebelumnya. Kok kamu sendiri? Orangtuamu di rumah? Nanti tante balas makanannya ya! Nanti di anter ke rumah!" respon Maya antusias. Melihat tampang Derrys yang lumayan dan manis.
Derrys menggeleng pelan. "Enggak, Tan. Saya tinggal sendiri."
Maya mendelik kaget. Ia jadi merasa bersalah atas ucapannya. Bisa saja anak ini memang tidak memiliki orangtua, pikirnya. "Maaf, tante gak bermaksud. Kalau kamu pindah ke lingkungan ini, berarti kamu pindah ke Pelita Jaya?" tanya Maya mengalihkan topik.
"Iya betul sekali, Tante."
"Wah, jangan-jangan kamu kenal anak tante. Anak tante juga sekolah di Pelita Jaya. Dia kelas 11. Namanya Grey. Apa kamu kenal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET EVER AFTER
Teen Fiction[Visual : Asahi Treasure & Liz Ive] Selain mimpinya, Derrys juga ingin membuktikan bahwa omongan musuh bebuyutannya itu tidak mendasar. Derrys percaya, dirinya akan menjadi musisi yang terkenal suatu saat nanti. Hal pertama, yang bisa Derrys lakukan...