3. Apartemen

3 1 0
                                    

Dan disini lah mereka sekarang apartemen milik Mahen yang sangat sunyi berbeda jauh dengan pasar malam yang ramai tadi. Wajar saja karena Mahen hanya tinggal sendiri.

"Bentar ya, kaka ganti baju dulu kalo mau minum ambil sendiri gapapa kan sayang?" Kiki mengangguk setelah mendengar perkataan Mahen.

Memang bukan pertama kalinya Kiki datang kesini, sudah sering ia berkunjung karena Mahen selalu mengajak Kiki mampir.

Setelah beberapa saat menunggu Mahen yang tak kunjung keluar kamar akhirnya Kiki berjalan menuju dapur untuk melihat dan mencari apa yang bisa ia makan atau minum.

Membuka kulkas yang ternyata isinya hanya ada air putih, "kulkas doang bagus isinya kebanyakan air putih"

Kalau di pikir-pikir memang Mahen ini sudah lama belum mengajaknya belanja untuk bahan-bahan dapur karena Mahen yang sedang sibuk-sibuknya. Biasalah mahasiswa akhir

Kiki mengambil satu botol air mineral lalu ia langsung meneguknya tanpa menuangnya kedalam gelas.

"Maaf yah gak ada apa-apa soalnya kaka belum sempet belanja." Mahen berjalan menghampiri Kiki.

"Gapapa ko, aku ngerti pasti lagi sibuk-sibuknya ya ngerjain ini itu, bang jef juga gitu soalnya." Kiki membalikkan badan melihat kearah Mahen yang sedang menghampiri nya.

Mahen mengambil air mineral yang tadi diminum Kiki lalu meneguknya tanpa rasa jijik walau itu bekas Kiki.

"Kalo gak salah masih ada mie instan." Mahen membuka lemari yang berada di atas Kiki. "Eh tapi gak boleh, nanti kakak dimarahin si Jefri dikatain gak modal ngasih adeknya mie instan." Namun Mahen masih celingukan mencari mie instan itu.

Disaat Mahen sedang sibuk mencari mie instan Kiki yang berada di bawah nya sangat gagal fokus karena melihat jakun Mahen, Kiki yang pendek dan Mahen yang tinggi itu membuat Kiki penasaran ingin menyentuhnya.

Karena rasa penasaran yang sudah memuncak akhirnya Kiki menyentuhnya, Kiki tersenyum saat melihat jakun Mahen bergerak ketika ia sentuh.

Seketika tubuh Mahen ambruk, ah tidak bukan ambruk terlalu lebay kalau ambruk, YA TERUS APA DONG?! ya begitulah pokoknya.

Dagu Mahen mendarat di bahu Kiki, Kiki yang melihat Mahen ambruk itu langsung kaget langsung memeluk Mahen.

"Kak? Kenapa? Kaka gapapa kan? Kepalanya pusing?" Kiki sedikit khawatir.

Modus itu si Mahen

"Gak boleh nyentuh jakun orang sembarangan sayang." Mahen memangku Kiki dan mendudukannya di meja agar tinggi keduanya setara, lalu Mahen memeluk Kiki dan menyembunyikan nya di ceruk leher Kiki.

Kan si Mahen modus kan kata saya juga

"Emang kenapa?" tanya Kiki penasaran.

"Pokoknya gak boleh ya." Mahen menurunkan Kiki lalu berjalan keluar dapur, meninggalkan Kiki yang sedang kebingungan penasaran.

Kini keduanya sudah berada di ruang tamu, Mahen yang sibuk dengan laptopnya dan beberapa lembar kertas lalu Kiki yang sedang asik menonton drama korea lewat ponselnya.

Satu jam berlalu satu episode drama pun sudah selesai, sebelum menonton episode berikutnya Kiki merasa lapar dan berusaha menahan agar perutnya tidak bersuara. Namun nyatanya semua sia-sia, cacing pun bergemuruh meminta untuk diisi, Kiki langsung memegang perutnya yang tadinya ia rebahan di sofa kini ia bangun sambil tersenyum menatap Mahen.

"Ko gak bilang kalo kamu lapar?" Mahen menatap Kiki.

Kiki hanya tersenyum tanpa menjawab, Mahen menggelengkan kepalanya lalu mengambil ponselnya dan memberikan ponselnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang