2.Pasar Malam

14 11 14
                                    

Ka Mahen♡

Jadi kan?

Jadi dong

Temenin aku nugas yah🤣

Heum boleh

Oke aku lagi dijalan

Dijalan ko sambil balas chat? Awas nanti kenapa-napa

Ini lagi beli makanan kesukaan kamu

Ka:(
Ko baik banget sih:(

Dih apa coba, udah siap?

Udah dong😎

Semangat banget keknya

Ojelas kan kemaren kaka ngajaknya mau ke
pasar malam😌

Iya nanti kita kesana dulu tapi ga lama ya

Yeay

Otw

Hati-hati ayang♡
Read


"Kesambet lo senyum senyum sendiri" Jefri duduk di kursi sebelah Kiki. Keduanya sedang berada diluar rumah, duduk di kursi yang memang sudah tersedia.

"Dihh, komen mulu ni jomblo satu" Kiki merotasikan matanya.

"Mau kemana?" Tanya Jefri.

"Malmingan dong kan punya ayang" Kiki mengejek kakaknya.

"Izin bunda dulu" ucap Jefri datar.

"Udah daritadi izin sama bunda" Kiki kembali fokus pada ponselnya.

"Sama Mahen?" Tanya Jefri lagi.

"Ya masa sama abang" Kiki menatap Kakaknya yang ternyata sedang menatap dirinya.

"Udah deh mending gausah" Jefri memeluk Kiki. Membuat Kiki keheranan dan agak sedikit takut.

"Apa sih bang ah, ngeri tau ga kalo lo kaya gitu" Kiki berusaha menjauhkan tubuh kakaknya.

"Hati hati lo, kalo si Mahen macem-macem langsung bilang gue ya" Jefri masih memeluk adiknya.

"Apasi lo ah, lepasin bang, ini gue abis dandan ancur lagi elah" Kiki mulai pasrah.

"Lo mau dandan atau engga juga tetep aja jelek" Jefri mengacak-acak rambut Kiki hingga berantakan.

"AAAAA ANJmphh" Jefri membekap mulut Kiki agar tidak berteriak dengan bahasa kasar.

"Nanti bunda denger bego!" Jefri menoyor kepala Kiki.

"Gaada baik baiknya lo sama gue!" Kiki membereskan rambutnya.

"Mau keadaan lo bagimane juga si Mahen bakal tetep suka" Jefri kembali mengacak rambut Kiki. Memang minta ditampol sekali saudara Jefri ini.

Tin!

Suara klakson mobil menghentikan obrolan keduanya. Muncullah Mahen dari balik pintu mobil.

"Gue bawa adek lo ya" ucap Mahen saat sudah menghampiri kakak beradik itu.

"Ka, ish, liat. Aku udah rapihin rambut malah diacak acak sama Bang Jef" Kiki mengadu dengan muka cemberut.

"Najis so imut, lebay!" kesal Jefri saat melihat sikap adiknya sangat berbeda jauh ketika dengannya.

"Gue pinjem ya" izin Mahen lagi.

"Pinjem-pinjem lo kira adek gue barang apa!"

"Yaudah gue bawa main adek lo yang cantik ini ya"

"Jangan malem-malem pulangnya, mending gausah pulang kalo kemaleman. Tapi awas lo jangan macem-macem ya" Jefri menunjuk wajah Mahen untuk mengancam.

"Santai aja kali, kaya ga kenal gue aja lo" Mahen menepis tangan Jefri.

"Ya justru gue kenal lo! Makanya gue ancem lo! Awas aja kalo ampe bikin adek gue nangis"

"Bawel jomblo" Mahen menggandeng tangan Kiki agar segera pergi dari sana.

Kiki melambaikan tangan pada Jefri. Lalu memasuki mobil yang pintunya sudah dibuka oleh Mahen.

Keduanya meninggalkan rumah, melajukan mobil menuju pasar malam.

Tak butuh waktu lama mereka sampai di pasar malam yang sudah ramai dikunjungi, mungkin karena ini malam Minggu jadi kebanyakan orang yang datang berpasangan.

"Mau naik apa?" Tanya Mahen, digandengnya tangan Kiki agar tidak hilang.
Kali aja lagi asik jalan tiba tiba Kiki hilang.

Kiki mengedarkan pandangannya "aku mau naik itu". Kiki menunjuk wahana kora-kora.

"Yakin?" Tanya Mahen, dijawab anggukan oleh Kiki.

"Awas kalo nanti ketakutan" Mahen mulai berjalan menuju wahana kora-kora, dengan posisi masih menggandeng tangan Kiki.

"Aku berani ko, ngapain takut" Kiki bicara dengan percaya diri.

Mahen terkekeh mendengar penuturan Kiki yang sangat percaya diri, padahal Mahen tau kalo Kiki pasti akan ketakutan.


Benar saja, saat ini Kiki sedang memegang erat tangan Mahen.

Wahana kora-kora pun mulai berayun dimulai dari pelan hingga kecepatan nya bertambah.

"BANG WOY JANGAN KENCENG KENCENG ELAHH"

"BANG SAYA BELOM NIKAH NIH"

"BANG SAYA MASIH SAYANG NYAWA, BANG!"

"BUNDAAAAAA"

"BANG KO MALAH KETAWA SIH! PELANIN DONG"

"AAAAAAA"

"ANJING BANG, EH BUNDA MAAFIN KIKI KALO KIKI ADA SALAH"

Itulah teriakan Kiki karena kecepatan nya semakin bertambah.

Sedangkan Mahen daritadi hanya tertawa melihat Kiki yang sibuk berteriak, beberapa menit kemudian akhirnya selesai, mereka berdua turun dengan keadaan Kiki yang sedikit pusing.

"Masih kuat jalan?" Tanya Mahen, sambil memegang tubuh Kiki agar tidak oleng.

"Masih, tapi istirahat dulu ya". Kiki mengedarkan pandangannya "disana". Kiki menunjuk tempat bakso yang sedikit ramai.

Mahen mengangguk lalu merangkul pundak Kiki.

"Bang, dua ya" tukang bakso itu mengangguk, lalu Mahen duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia.

"Masih pusing? Mual?" Mahen mengelus rambut hitam Kiki.

"Engga ko, pasti abis makan bakso juga sembuh. Pokonya mau yang pedes, kaka ga boleh larang titik ini gaboleh ada bantahan apapun pokonya aku mau pedes" cerocos Kiki.

"Iya deh kali ini boleh" Mahen pasrah.

"Ini den baksonya" tukang bakso menyodorkan dua mangkok bakso yang masih panas.

Setelah meracik bakso dengan bumbu berupa saos,kecap,cuka dan sambal. Kiki mulai menyantap baksonya.

Tangan Mahen terulur untuk mengikat rambut Kiki yang sudah sedikit berantakan, karena naik kora-kora tadi.

"Makasih" Kiki menyempatkan berterimakasih.

Mahen mengangguk lalu menyantap baksonya.

Tak lama keduanya selesai, entah suka atau lapar yang jelas baksonya habis hanya tersisa sedikit kuahnya.

"Mau naik apa lagi?" Tanya Mahen.

Kiki menggeleng "mau pulang aja, katanya kaka mau ngerjain tugas?"

"Yaudah ayo" Mahen kembali menggenggam tangan Kiki.

PacaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang