Letters from Heaven [ON HOLD]

Page 01

Jika ada satu kalimat yang bisa aku ucapkan
pada ibu sebelum terlambat, itu pasti ...

"Aku sayang ibu, selalu, selamanya."

• • •

• • •

Ibu, ini Arlian.

Ibu apa kabar disana? Aku disini baik-baik saja. Orang-orang begitu baik memperlakukan aku, bahkan seseorang memberikan kue di pertemuan pertama kami. Dia meminta balasan berupa doa, katanya doa agar jalan hidupnya dipermudah. Itu juga yang buat aku kepikiran.

Ibu, apa aku boleh meminta doa dari ibu?

***

Sebagai pasangan suami-istri yang inginkan keturunan, berita kehamilan menjadi berita paling dinantikan. Mereka akan melakukan banyak hal agar bisa memiliki anak, mulai dari obat kesuburan, konsultasi dengan dokter, sampai di tahap mengadopsi anak karena ingin tahu rasanya menjadi orang tua.

Hal yang sama juga dilakukan Rhita dan suaminya, Pandu. Setelah menunggu hampir 10 tahun lamanya, akhirnya mereka dianugerahi seorang anak. Tidak ada yang bisa mengukur sebesar apa kebahagiaan yang mereka miliki saat kabar itu terdengar. Seolah telah menemukan permata di antara bebatuan.

Semuanya telah mereka lakukan, berusaha memberikan yang terbaik untuk putra pertama. Rhita mendekorasi kamar sebagus mungkin, lalu Pandu bekerja lebih keras untuk menyambut kehadiran anggota keluarga baru. Semuanya terlihat baik-baik saja, tentu saja, pada awalnya semua memang akan terlihat indah.

Namun, tidak ada yang bisa menjamin keindahan itu akan bertahan lama sekalipun kita selalu mengusahakannya.

Pandu meninggal, bahkan sebelum melihat bagaimana wajah buah hati yang selama ini ia nantikan. Kepergian sang suami yang tiba-tiba berhasil meninggalkan luka mendalam bagi Rhita, membuat seluruh kebahagiaan yang semula mengisi hari-harinya, kini ikut menghilang bersama raga Pandu yang terkubur dalam tanah.