1. Perasaan yang aneh

209 44 12
                                    

Aria masih duduk termenung di pinggir kasur miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aria masih duduk termenung di pinggir kasur miliknya. Oh, bukan! Lebih tepatnya kasur milik Ahsan. Tapi ... bisa dikatakan miliknya juga nggak sih? Soalnya sekarang dia kan sudah berstatus sebagai istri Ahsan.

Alah, bodoh amat lah.

Di tangan Aria sudah ada gawai miliknya -yang nggak diapa-apakan setelah diaktifkan. Aria hanya memperhatikan pesan singkat yang satu persatu mulai masuk. Kebanyakan sih dari grup keluarga yang berisi saudara, dan sepupu Aria. Entah apa yang mereka bahas sampai isi pesan itu bisa tembus 300 pesan.

Aria menghela napas, bingung bagaimana cara membacanya. Bisa sakit mata dia nanti. Tapi meski demikian, Aria tetap membuka grup chat itu lalu membacanya di dalam hati.

Ngeteh dulu gak sih?

Defi: weitsss bagi dong foto-foto yang tadi

Imah: bentar, gue baru nyampe rumah. Mau bersihin muka, mandi, terus ganti baju dulu☺

Saniya: nggak sekalian nyuci piring, ngepel, dan bersihin rumah?

Imah: nggak lah. Kan ada pembantu. Ya kan @gea ?

Gea: inginku berkata lembut

Aria tersenyum kecil melihat perdebatan itu.

Saniya: mau langsung gas nggak @Aria ?

Gea: kudu, sih. Supaya nambah anggota kita

Imah: gue sih setujuuuuu

Defi: tapi lu jangan berisik, Aria. Nanti kedengeran mama sama papa mertua🤣

Aria mendengus pelan. Tidak terpikir akan melakukan apa yang sedang dibicarakan oleh sepupu dan saudaranya itu. Tapi ... kira-kira Ahsan pengin punya anak secepatnya atau nggak, ya?

"Kenapa belum tidur?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan Aria. Wangi sabun mandi dan juga shampo menusuk indra penciuman Aria. Wangi teh bercampur aroma citrus. Aria suka wanginya. "Kenapa?" tanya Ahsan saat melihat Aria hanya menatapnya cukup lama.

Aria mengerjap lalu berdeham pelan. "O-oh, itu ... saya lagi baca pesan masuk," jawab Aria sedikit gugup. Di dalam hati, dia merutuki dirinya. "Ng ... ngomong-ngomong kamu pake baju, gih."

Sebelah alis Ahsan terangkat. Dia sedikit bingung melihat tingkah Aria yang tiba-tiba terlihat gugup. Apa alasannya karena dirinya yang belum pakai baju dan hanya memakai handuk?

"Kenapa?"

"Apa nggak dingin kamu cuma pakai handuk begitu?" tanya Aria yang kembali mencoba fokus pada layar gawai yang tadinya sudah berubah menjadi layar hitam.

Ahsan tersenyum tipis. "Kalau aku dingin ... kan ada kamu."

Kening Aria mengernyit. Jangan pikir dia nggak tahu apa maksud laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya itu. "Dih!" ucap Aria refleks.

Seikhlas Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang