00

58 10 4
                                    

Pagi yang cerah matahari terlihat bersinar hangat, angin pagi terasa lembut menerpa wajah, burung-burung bernyanyi seakan senang menyambut pagi hari . Namun tidak dengan Asha, pemuda berusia 20an itu terlihat tidak bersemangat untuk masuk kedalam tempat kerjanya. Apalagi saat ia tahu bahwa bos tempat ia bekerja akan datang mengunjungi tempat mereka.

Tempat Asha bekerja adalah sebuah restoran cabang, jadi bos mereka hanya datang beberapa kali untuk melihat lihat dan memantau kemajuan restoran.
Hal ini membuat semua orang menjadi sibuk menyiapkan kedatangan bos mereka. Apalagi saat mereka tahu sang bos akan membawa calon istrinya untuk dikenalkan kepada mereka.

Asha tidak terlalu tahu bagaimana rupa sang bos, dikarenakan ia masih menjadi karyawan baru ditempat ini. Namun Asha berharap bosnya bukan orang yang buruk seperti dipikirkannya.

Asha kembali menghela nafasnya. Ia benar-benar lelah saat ini walaupun ia hanya mengerjakan beberapa pekerjaan yang tidak terlalu berat, namun itu sudah sangat merepotkan baginya.

Hingga para karyawan disuruh untuk berkumpul agar bisa menyambut bos mereka yang akan segera datang. Teman Asha yang berdiri disebelahnya mulai menarik tangan Asha agar segera cepat berkumpul, "Shaa ayok." Dapat Asha lihat binar bahagia dari mata temannya tersebut.

"Kenapa sih Ji? Ngapain harus buru buru sih, liat orang lain, santai aja tuh," Asha terlihat kesal dengan temannya tersebut.

Sedangkan Eiji malah terkesan tidak peduli, ia malah menyeret Asha sambil berlari menuju kerumunan karyawan yang sudah berkumpul.

"Ya makanya, lagian lo harus lihat muka pak bos, dia ganteng loh walaupun udah punya pasangan," Eiji terlihat begitu bersemangat, walau nada bicaranya diakhir terdengar kesal.

Setelah mereka berkumpul, benar saja, terlihat beberapa orang yang masuk kedalam restoran ini. Sayangnya Asha tidak begitu bisa melihat mereka dikarenakan matanya yang rabun dan juga beberapa orang yang menghalangi pandangannya.

Hingga suara riuh mulai terdengar oleh Asha, "Sha lo ikut gak, katanya pak bos bagi bagi hadiah nih." Eiji kembali menarik tangan Asha.
Senyum senang yang malah terlihat seperti Joker mulai nampak di wajah Asha. Aduh, pak bos baik deh, dari tadi kek bilangnya.

Namun saat giliran mereka untuk mengambil makanan yang dibagikan oleh bos mereka, senyum Asha tiba tiba luntur seketika.

Dapat ia lihat wajah orang yang menjadi bos ditempat ia bekerja adalah orang yang dia sukai ketika SMA dan yang paling parahnya pasangan orang tersebut adalah mantan temannya dulu. Mata mereka langsung bertemu disaat itu juga.

Bangsat

"Loh Asha, lo kerja disini yaa?" Itu Alby temannya waktu SMA dulu, cowok manis yang mukanya pengen banget Asha cakar cakar.

'lo ga liat apa kalo gue pake seragam disini, buta ya anjing,' ucap Asha didalam hatinya. "Hahaha iya, kebetulan keterima kerjanya disini," lain dihati lain pula yang diucapkan.

"Wahh, bagus dong," binar bahagia terlihat dimata Alby. "Ya udah sini gue punya sesuatu buat lo," Alby dengan semangat menarik tangan Asha menuju tempat yang lebih sedikit karyawan yang mengumpul.

Sedangkan Asha yang tangannya ditarik lagi memberi kode kepada Eiji untuk membantu. Namun sayangnya orang yang Asha beri kode malah menyengir canggung kearahnya.

"Nah, jadi gini, mungkin sekitar dua minggu lagi gue kan bakalan nikah sama Reon, lo datang ya," Alby tersenyum manis sambil menyerahkan undangan pernikahan kepada Asha.

'Apaan anjing, gue gak bakal datang bangsat, lo penghianat anjing' lagi lagi perkataan itu hanya bisa Asha ucapkan dalam hati. "Iya, nanti bakal gue usahakan datang kok," Asha membalas perkataan Alby sambil tersenyum paksa.

"Bagus deh kalau begitu, ngomong ngomong lo kerja sebagai apa disini," Alby tersenyum manis namun dimata Asha itu malah terlihat seperti senyum mengejek dirinya.

"Hah, oh gue jadi tukang cuci piring," Asha bangga? Oh jelas yang penting mah halal.

"Ehh, gitu yaa," Alby kembali tersenyum. "Mungkin gue gak bisa bantu lo, tapi ini ada sedikit buat lo," Alby mengorek isi tasnya dan kemudian menyerahkan segepok uang kepada Asha.

'wah emang anjing lo.' "Loh, gak usah, gue bakalan dapet gaji dengan usaha gue sendiri kok," walaupun Asha ini suka uang tapi tetap aja dia gak bakal terima kalo cuma buat rendahin dia.

"Asha, gue minta maaf ya soal dulu," nada bicara Alby terdengar seperti rasa bersalah dan suaranya pun aga memelan. "Tapi lo gak berubah ya Sha, mungkin kalau kita bisa sama-sama dari dulu sampai sekarang gue bakal tetap suka sama lo," senyum Alby kembali mengembang diwajahnya itu.

Hah??

Ini Asha gak salah dengar kan? Tadi si anjing ini ngomong apa. "Lo bilang apa tadi?" Arsya masih tidak yakin dengan omongan Alby.

"Dulu sebenarnya gue pernah suka sama lo"

'wah anjing, apa muka gue seganteng itu kah dulu'  senyum joker mulai terlihat lagi diwajahnya Asha.
Tidakkah kamu sadar Asha, bahwa wajahmu mungkin lebih manis daripada Alby.

~•~

Asha berjalan pulang dengan muka yang bisa dibilang tidak jelas, hari ini benar benar hari yang melelahkan. Setelah restoran dibuka, pelanggan langsung menyerbu masuk.

Belakangan ini restoran tempat Asha bekerja sedang buming diperbincangkan orang orang. Hal ini membuat Asha harus bekerja maksimal untuk mencuci perlengkapan yang sudah terpakai.

Namun sepertinya hari ini kesialan selalu melengket padanya. Ketika ingin mengambil piring yang kotor Asha seketika jatuh dikarenakan lantai yang licin, lalu kemudian ketika ingin meletakkan peralatan yang telah dicuci, ia secara tidak sengaja menjatuhkan beberapa piring dan gelas.

Hal itu menyebabkan sudut kaki yang saat itu hanya menggunakan sandal menjadi berdarah. Belum lagi ia harus mendengar amarah manajernya, saat tahu Asha menjatuhkan beberapa piring.

Hahh~

Ini adalah helaan nafas yang kesekian kalinya Asha keluarkan hari ini. Dan sekarang Asha harus berjalan kaki untuk pulang. Sebenarnya Asha mau saja pulang dengan transportasi umum untuk menghemat tenaga, tapi itu tidak bisa ia lakukan. Uang yang Asha miliki harus ia simpan untuk kebutuhan hidupnya, belum lagi untuk kebutuhan adiknya yang masih kecil itu.

Kalau saja sejak dulu Asha belajar dengan baik, mungkin saja hari ini ia sudah bisa hidup enak dengan adiknya.

Guk, guk
Grrrr

Belum selesai Asha menghayal tentang hidupnya, ia harus dikejutkan dengan anjing yang terlihat ingin menerkam Asha.

Tentu saja, dengan insting yang mengatakan kalau anjing itu bahaya Asha dengan sisa tenaga yang ia miliki berlari dengan kencang. Sesekali ia melihat kebelakang dan masih menemukan anjing itu tetap mengejarnya.

Dan ketika sampai di persimpangan yang terlihat agak sunyi, Asha langsung saja menyebrang tanpa memerhatikan kendaraan yang akan lewat.

Dan ketika ia hampir sampai di seberang jalan, Asha dikagetkan dengan sebuah motor yang melaju cepat kearahnya. Belum sempat Asha berlari untuk mengindari motor tersebut.

Bruk

Asha lebih dulu tertabrak, tubuh Asha terpelanting setelah menabrak kendaraan tersebut. Kepalanya membentur trotoar dan hancur. Akhirnya secara perlahan Asha meninggal ditempat.

Begitu pula dengan orang yang menabrak Asha ikut meninggal ditempat dikarenakan berkendara secara kencang tanpa menggunakan helm.

Sedangkan anjing yang mengejar Asha hanya melihat dua mayat tersebut lalu kemudian berlari pergi.

TBC

Haloo ini pertama kalinya aku nulis wattpad, jadi mungkin kalau ada typo atau sesuatu yang tidak sesuai boleh dikatakan. Terimakasih ^_^

different Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang