OL #7

5 1 0
                                    

hollaa, welcome to the new chapter  'Our Light'!!

Happy reading.. 

Ketahuilah, menunggu bukanlah hal yang mudah.

✧(。•̀ᴗ-)✧

Plakk

Tamparan keras dilayangkan oleh Henry pada pipi kiri putri bungsu nya. Caila yang melihat hanya diam menatap iba kearah Safa. Menurutnya, Safa tak pantas mendapat hal itu.

"Bisa tidak sih, sehari saja, jangan buat saya marah?!" tanya Henry dengan emosi yang meledak ledak.

Safa hanya bisa diam, menunduk dalam, tak berani menatap wajah papa nya. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Sungguh, rasanya tetap saja sakit.

"Kamu dengar saya kan?! Apa kamu mulai tuli hah?!" cela Henry pada putrinya sendiri.

"Mas, sudah cukup. Jangan begitu. Safa ti—"

"Diam kamu!" bentak Henry.

Ini kali pertamanya, Henry membentak Caila. Sungguh, Caila amat terkejut mendengar Henry meninggikan nada bicaranya padanya.

Caila pergi tanpa sepatah kata, meninggalkan Henry juga Safa di ruang tamu.

"Pah."

"Loh? Derra? Kok kamu disini? Kamu kan masih harus banyak istirahat, sayang." ucap Henry lembut, mengelus rambut Derra pelan.

FYI, Derra sudah diperbolehkan pulang sejak 8 hari yang lalu. Tapi, dirinya masih belum boleh melakukan aktivitas yang berat, Henry menyuruh putri kesayangannya itu untuk homeschooling dulu.

"Papa kok bentak mama, tadi?"

"Ah, maaf. Papa tidak sengaja sayang, sungguh. Papa tidak bermaksud seperti itu. Maaf."

"Kenapa padaku? Minta maaf pada mama." suruh Derra.

"Iya, baiklah. Papa akan temui mama dulu ya. Kamu balik gih ke kamar, istirahat. Dan untuk kamu ... ." Henry menunjuk Safa dengan jari telunjuknya.

"pembawa sial! Kamu tidak boleh makan selama 2 hari. Itu hukuman kamu!! Paham?!"

"I-iya, pah."

Derra hendak menaiki tangga, menuju kamarnya. Tapi, Safa dengan cepat mencekal tangan kakak ketiga nya itu. Mendapat tatapan bertanya dari kakak nya, Safa memberanikan diri untuk bicara.

"M-maafin Safa ya kak, tadi Safa bener-bener ga tau kalo kakak ga boleh makan cokelat. Maafin Safa kak."

"Hm."

"Kakak ... maafin Safa?"

"Hm."

"Itu artinya iya, atau tidak kak?" tanya Safa polos.

Derra menghela napas panjang, "Iya."

"Beneran kak? Yeay!! Makasii kak Derra!"

Saking senangnya, reflek Safa memeluk Derra dengan erat. Derra terkejut tentu saja. Setelah tersadar, Safa langsung melepaskan pelukannya dan merasa canggung.

"Ah eh, maaf kak. Safa ga sengaja."

"Hm."

🌿🌿🌿

"Sial! Kenapa dia hanya mendapat bentakan, tamparan juga hukuman tidak makan selama 2 hari?! Seharusnya dia dihukum lebih keras dari itu. Tidak boleh makan selama sebulan, itu lebih baik. Kan dengan begitu, aku akan selangkah lebih dekat dengan apa yang sudah ku impikan! Arghh! Sudahlah, aku masih punya 1000 rencana untuk membuatnya pergi, dan hidupku akan sangat bahagia, hahahahahahaaa!!"

Our LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang