04

236 50 0
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

Jam pulang sudah tiba. Jisoo berjalan dengan malas menuju lift. Lift ramai sekali dan terlihat sesak. Ia terkejut saat melihat Jero ada di dalamnya tampak sedang bicara dengan Pak
Trisno. Jisoo hanya melemparkan senyum.

"Jisoo! Aku mau ambil barang yang aku titipin dong," kata Dita begitu melihat Jisoo keluar dari lift.

Tadi, Dita menitipkan sebuah kotak lumayan besar pada Jisoo. Katanya itu adalah hadiah yang akan diberikan pada sang kekasih yang kebetulan berada di kantor ini juga.

"Oh, iya...sebentar." Jisoo melepas tas ranselnya
dan mengambil kotak itu dari sana.

"Ini."

"Makasih banyak ya Jisoo, aku duluan. keburu orangnya balik. Dah." Dita berjalan cepat.

"Jisoo!" panggil Dio.

Jisoo menoleh."Ya?"

"Ini jatuh dari tas kamu," katanya sambil menyerahkan sesuatu. Ekspresi Dio terlihat
aneh.

"kamu bawa celana dalam cowok untuk apa, Ji?" tanya Kai yang ada di sebelah Dio.

Jisoo memerhatikan benda yang diberikan Dio baik-baik. la terbelalak, ini semacam bencana baginya. Celana dalam Jero terjatuh saat ia mengeluarkan kotak milik Dita tadi.

Lebih bencana lagi yang memergoki adalah
Dio dan Kai, dua pria paling mesum di sini.

"Eh, ini..." Jisoo bingung harus menjawab apa.

"kamu bawa ini untuk apa, Ji? Jangan-jangan untuk hadiah, ya?" kata Kai dengan tatapan genit. Dio pun memberikan tatapan yang sama.

"Hadiah yang... 'sesuatu' sekali. Berarti hubungan kamu dengan pria itu sangat dekat."

Jisoo merutuk dalam hati. Celana dalam Jero ia bawa ke kantor karena ia memang ingin ngerjain pria itu lagi. Tapi, pemecatannya hari ini membuat Jisoo lupa apa rencananya.

"Aduh, Jisoo. hati-hati dong kalau mau ngeluarin sesuatu." Tiba-tiba Jero muncul.

Jisoo mengerutkan keningnya,
sambil bicara dalam hati, "apa lagi ini!"

"Sepertinya Jisoo suka mengoleksi celana dalam pria, Pak."

Jero mengambil celana dalam itu dari tangan Dio. Lalu, ia tersenyum mengejek ke arah Jisoo. Gadis itu menunduk malu.

"Jisoo, seharusnya kamu enggak perlu balikin. Nanti saya ambil sendiri," kata Jero dengan suara lembut.

"Apa-apaan ini?" omel Jisoo dalam hati.

"Loh, balikin ke Bapak? Memangnya ini punya Bapak?" tanya Kai.

"Ini memang celana dalam saya. Kemarin tertinggal di kontrakan Jisoo." Jero mengerlingkan matanya dengan genit ke arah Jisoo.

Dio dan Kai bertukar pandang.

"Ya udah, saya duluan, ya. Banyak urusan." Jero pergi sambil mengusap puncak kepala Jisoo.

"Jisoo, pantesan kamu nolak cintaku. Ternyata selera kamu itu Pak Jero, ya," kata Kai saat Jero sudah pergi.

"Jisoo maunya sama Direktur."

"Oh, aku paham sekarang. Jisoo sukanya sama yang berbulu lebat gitu. Bulu aku juga lebat, Ji. tapi bulu yang bawah."

"Diam kalian!" teriak Jisoo kesal. Ia segera berjalan meninggalkan kantor. Ia benar-benar malu.

Begitu sampai di kontrakan Jisoo menangis sejadi-jadinya. Hari ini perasaannya hancur. Malu, kesal, benci, semuanya bercampur
jadi satu. Ia benci Jero, benci Kai, dan benci Dio.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnderW(e)ARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang