Edward terus saja menangis dan aku megusap air matanya dengan lembut. Dia menggenggam tanganku, terus menatap kedua mataku.
"Jangan lupakan aku"
"Edward Emir...., aku tidak mudah melupakanmu begitu saja"
"Aku tau. setiap kali kamu merasa sedih… dan sekarang aku tidak ada di sampingmu, biarkan wajahku yang tampan ini menjadi alasan kamu tersenyum" Kita berdua langsung tertawa. Sherina izin untuk bicara berdua denganku.
"Tak masalah bila kamu malu untuk mengungkapkan nya, yang penting dia tahu betapa kau mencintainya"
"Dia sudah tau itu?"
"Ya, dia sudah menyadarinya" aku hanya mengangguk menanggapinya. aku tidak berharap, karena Edward sudah menjadi milik Sherina.
"Bila ada yang mencintaimu, dia harus mencintaimu juga bagaimanapun dirimu, kau akan dicintai tanpa memandang apa pun. Tapi jika kamu dicintai karena ada yang lain darimu, itu bukan cinta, melainkan perjanjian. Di dalam cinta itu tidak ada perjanjian. Cinta itu haruslah menerima apa adanya" aku memeluk erat Sherina dan memintanya untuk terus berada di sisi Edward jangan membuat dia kecewa apalagi sedih.
Aku menyerahkan topi miliku ke Sherina agar dia selalu mengingat ku.
Ibu memanggilku, pesawat akan terbang. Edward berlari sekali lagi dan mencium dahi ku untuk terakhir kalinya membuat diriku memejamkan mata dengan nyaman.
Aku melambaikan tangan ke arahnya dan Sherina dengan Sherina dan Edward yang tangan mereka yang saling bergenggaman tangan dan meyenderkan kepala mereka.
6 TAHUN KEMUDIAN
"Arlo..!"
"Bentar ayah!"
"Kamu akan terlambat untuk masuk ke sekolah sayang" Edward, sedang memakai sepatunya dan akan bersiap siap untuk bekerja, Arlo Jacob Emir putra sulungnya itu sedang memakai seragam sekolahnya.
Apakah setiap hari mereka bertekar seperti itu? Ya, karena sifat mereka yang sama.
"Ayah akan mengantarkan ku ke sekolah kan?"
"Kamu bersama bibi Sara dulu, Karena hari ini ayah akan ada meeting mendadak" Ucap Edward dengan wajah meminta maaf.
"Ayah berucap seperti itu tidak satu kali, tapi berkali kali" Edward memeluk sang anak dan terus meminta maaf sampai kakaknya, Sara datang.
"Edward, Apakah kamu meeting setiap hari, Arlo sedang butuh ayahnya" Sara bingung, Setelah 2 tahun kematian Sherina, Edward tidak bersungguh sungguh mengurus sang buah hati.
"Aku—"
"Aku sudah bosan dengan alasan tak jelas mu itu"
"Arlo, kita ke sekolah sekarang ya sayang" Ucap Sara, Sara pun menggandeng tangan Arlo dan keluar dari apartemen Edward
Edward berjalan, menatap foto mendiang almarhumah sang istri yang terpasang di dinding apartemenya.
"Kenapa hidup ini terasa berat bila tak ada kamu Sherina?" Pria yang berusaha tak menangis itu, akhirnya mengeluarkan air matanya.
Di jalan Sara selalu melirik ke arah Arlo yang murung, tapi memang kenyataannya anak itu selalu murung. 'Edward sungguh keterlaluan'.
"Kamu mau es krim Arlo?" terlihat Arlo sedang memikir dan akhirnya dia mengangguk.
"All right, ayo kita beli es krim" Sara pun berhenti di supermarket terdekat dan membeli es krim untuknya dan Arlo
Akhirnya mereka berdua sudah sampai di depan sekolah Arlo, Sara tersenyum dan mengelus rambut keponakannya itu. 'Kenapa wajah mereka semirip itu?'.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DAN PERSAHABATAN
Novela Juvenil[ON GOING] Aku melihat dia untuk pertama kalinya , dan saat itu juga aku jatuh cinta Ya, bener. aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri saat aku pertama kali melihat dia. wajah tampannya, tingkahnya, sikap baiknya yang membuatku nyaman di sampingny...