Memilih Bus Ar(w)ah Pulang

30 0 0
                                    

Malam menunjukkan pukul 18.30, waktu dimana aku menunggu bus untuk pulang bekerja.
Malam itu terasa sangat lelah ditambah rintik gerimis hujan yang membuat kantuk ku tak tertahan.
Bastop ini memang ramai penumpang walaupun disaat hujan.
Namun tak terasa bastop ini semakin sepi karena banyak penumpang yang sudah naik bus nya masing-masing.
Ku lirik kembali jam tangan ku, ternyata hampir 10 menit aku menunggu bus ku datang.

"Baru pertama kali ini aku menunggu bus arah ku pulang selama ini." gumam ku.

Semakin lama dingin ini semakin menusuk tubuh, ditambah badan ku juga sudah sangat terasa lelah, ingin sekali ku jatuhkan tubuh ini dikursi bus.

"Sudahlah, lebih baik aku tunggu saja bus ku datang, lagi pula aku merasa sangat lelah jika harus transit naik bus lain dan menunggu lagi."  Pikir ku

itu sebabnya aku tak ingin menaiki bus lain walaupun searah dengan jalan ku.

Mata ku menoleh ke arah lajur bus, masih tak nampak bus ku datang.
Sudah lebih 15 menit dari biasanya, Aku masih berpikir positif, mungkin bus nya tak kunjung datang karena macet.
Ya, Jakarta dengan kemacetan nya walaupun  hujan deras.
Keadaan Bastop yang semakin sepi menggoyahkan keyakinan ku untuk tetap menunggu.
Tak lama bus sejalan pun tiba,
akhirnya saat itu ku putuskan untuk menaiki bus yang searah dengan jalan ku pulang.

***
Menaiki bus, ada banyak kursi yang tak terisi, dan aku memilih duduk di kursi bagian depan.
Ya, ini adalah kursi favorit ku, dekat dengan kaca dan pengemudi bus.

Kantuk ku datang, kuputuskan untuk memejamkan mata sembari mendengarkan lagu kesukaanku.
Saat itu memang tidur ku tak begitu nyenyak, tidur ayam lah istilahnya.
Masih ku dengar suara pintu bus terbuka saat berhenti di setiap halte.
Masih ku dengar pula suara orang-orang berbincang pelan dalam bus.

Tak butuh waktu lama, aku tertidur cukup pulas.
Namun sedikit tersadar saat terasa guncangan bus melewati jalan yang berlubang.
Samar-samar aku melihat dua orang wanita paruh bayah yang berdiri di dekatku, ku lihat kursi di depan ku masih ada yang kosong, hanya satu penumpang wanita yang duduk.
Menurutku mungkin memang dia tidak mau duduk atau sebentar lagi sampai di halte tujuannya.
Namun jika diperhatikan lebih dekat, orang di depan ku tak bergerak sama sekali, dengan rambut yang terikat cukup berantakan, terlihat dari satu sisi wajahnya yang sangat pucat.
Sadar merasa diperhatikan, tiba-tiba wanita itu menoleh, membuyarkan segala fikiran aneh  di kepala ku.
Dengan wajah pucat dan tatapan kosongnya wanita itu hanya menoleh tanpa mengucapkan  apapun.
Tak mau berfikir lebih jauh, ku alihkan pikiran buruk ku. Sampai disuatu halte, pintu bus terbuka tapi tak ku dengar lagi suara penumpang yang naik ataupun turun, tak ada lagi suara orang mengobrol di belakang ku.
Pikirku masih positif, mungkin memang karena sudah malam bustop semakin sepi.
Karena semakin malam, mungkin penumpang di belakangku pun tertidur.

Semakin ku perhatikan jalan, sadar ternyata belum pernah ku lalui jalan ini.
Setahuku aku tidak pernah melewati jalan ini, seingat ku bus ini tidak melewati jalan ini.
Ya, jalan yang tak pernah ku lihat selama aku pulang menggunakan bus.
Semakin ku perhatikan, laju bus mengarah ke sebuah terowongan besar dan panjang.
Sangat gelap, bahkan lampu di dalam bus terasa begitu remang.
Melirik ke arah luar kaca, yang kulihat hanya jalanan kosong dengan garis kuning disetiap sisi nya.
Kulihat dari jauh, sebuah halte ada didepan, hanya ada satu lampu yang menjadi penerangan nya, nampak dari bangunan nya sepeti halte yang sudah lama tak beroprasi.
Coba mengecek ponsel untuk memastikan lokasi ku, ternyata jaringan internet tak muncul saat itu. Baru kusadari juga, ternyata musik yang ku dengarkan saat pertama kali masuk bus, mati sedari tadi.
Mengecek lebih lanjut, sadar bahwa jam di ponsel ku tak berubah, menunjukkan pukul 19.42 sejak tadi.
Batavia. tampilan lokasi ponsel ku, ternyata ponselku masih menangkap sinyal sebelum bus masuk terowongan.

Hampir dekat dengan halte, kembali ku pejamkan mata sambil terus ku coba bacakan doa doa setahuku dalam hati.
Masih dalam terowongan,ku dengar kembali pintu bus yang terbuka, dan saat itu mulai kudengar kembali suara penumpang yang naik namun tak ada yang turun.
Di pemberhentian selanjutnya suara pintu terbuka dan mulai terasa banyak penumpang yang masuk, sampai satu kursi di sebelahku pun terisi.
Hal itu terus berlanjut, dan mata ku masih terpejam, aku tak berani bergerak sampai dimana aku merasa laju bus mulai melambat, takut dan aku tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

" Turunlah, ini bukan bus arahmu pulang !."

Ku dengar bisikan suara wanita tua dengan suara yang berat.

Jantungku berdetak kencang, tubuhku bergetar mendengar ucapan itu.
Belum berani ku buka mata. Suara pedal rem yang mulai terdengar, menandakan bus akan berhenti di halte selanjutnya.
Teringat dengan bisikan wanita sebelumnya, kuputuskan untuk turun di halte itu,

"Permisi, permisi."
Ucapku gemetar

Tanpa banyak menoleh kanan dan kiri, aku mulai berjalan ke arah pintu keluar.
Berjalan menunduk dan penuh rasa takut, tubuhku bersenggolan dengan orang dalam bus, orang-orang itu lebih tinggi dari ku, terasa dari pundak ku yang bersenggolan dengan lengan bagian atas mereka.
Tanpa memperhatikan langkah dengan jelas, kaki ku tak sengaja menginjak kantong plastik cukup besar berwarna merah tak terikat, diperhatikan lebih dekat ternyata kantung itu berisi gulungan rambut dengan warna hitam legam.

"Cepat turunnn !".

Bersamaan dengan jantung yang semakin berdebar, terdengar suara lantang dan berat yang mengalihkan pikiranku.

Tak ku fikirkan lagi isi kantong itu, kaki ku segera melangkah menuju pintu keluar bus dengan napas yang tersenggal.

Turun dari bus, kaki ku terasa tidak menapak, tubuhku lemas dan bergetar.
Masih belum percaya dengan apa yang ku alami barusan.

"Kak, mau naik bus apa ?"
Tanya seorang wanita muda, yang menyadarkan ku.

Penglihatan yang semula gelap, kini samar terlihat lampu jalan dan beberapa kendaraan yang lalu lalang.

"Tidak naik bus"
Jawab ku lemas

Mulai ku lihat sekelilingku yang ternyata seperti biasanya.
Beberapa orang yang masih ada disana menunggu bus.

Berbeda dengan halte-halte sebelumnya nampak nya disini lebih terang.
Mata ku tertuju pada kursi di halte itu.

Tak lama duduk, bus sampai di halte itu.
Rasa takut ku kembali, namun saat pintu bus kembali terbuka ada banyak penumpang turun, rasa takutku seketika mereda.
Sambil menghela napas, suara obrolan di sekitar ku juga mulai terdengar kembali.

Menenangkan diri sejenak di toilet halte, ku putuskan melanjutkan perjalanan pulang dengan ojek online walaupun masih gerimis saat itu.

"Baru pulang kerja jam segini kak ?
Malem banget ya pulang nya."

Diperjalanan aku tak menanggapi pertanyaan Mas ojol itu
Sadar dengan keadaan ku, Mas ojol itu tidak memperpanjang pertanyaan dan hanya fokus pada jalan.

Sampai dirumah, tepat pukul 21.00  ibu ku menunggu didepan pintu rumah, mengkhawatirkan anak gadisnya yang baru pulang selarut ini.
Mengecek ponsel, ternyata banyak panggilan tak terjawab dari orang tua ku.
Aku tak banyak berbicara, dan kuputuskan langsung ke kamarku.

Ke esokkan harinya, aku tak bayak berbicara.
Bahkan pada keluarga dan teman kerja ku.
Hari berganti hari, sampai saat ini tak pernah ku ceritakan pengalam ku pada siapa pun.
Aku anggap itu hanya mimpi.

***
Terkadang masih terlintas di pikiranku bahwa mungkin bus yang ku naiki saat itu adalah bus pengantar ar(w)ah pulang.
Dengan jalur yang sama namun dunia yang berbeda.
Tidak ada batasan waktu disana, itu mengapa jam 19.42 tak berubah saat itu.
Sebuah guncangan kecil saat melewati jalan yang rusak itu mungkin adalah tanda dimana bus mulai memasuki dunia yang berbeda.
Lantas, untuk rambut yang ku temukan dalam kantung merah, apa artinya ?
Masih ku fikirkan hal itu

Setelah itu setiap kali menaiki bus aku tak berani lagi tertidur, selain takut halte pemberhentian ku terlewat atau kehilangan barang berharga, aku juga takut jika saat membuka mata, hal aneh kembali ku alami.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bus Pengantar Ar(w)ah PulangWhere stories live. Discover now