Part 4 Barbie rekondisi

66.1K 4.8K 86
                                    

Pada akhirnya Duta, Vella, Bagas, dan Renata tetap berkumpul di foodcourt mall, namun bukan di lantai 5, melainkan di lantai dasar.

Bagas dan Renata yang tak mengetahui apapun, menyimak setiap detail cerita Vella. Sementara Duta memijat pelipisnya pening sambil berkali - kali meneguk bir kalengan yang dibelinya.

"Sadin kerja jadi SPG dan dia nangis cuma karena boneka Barbie, menurut kalian seperti apa kehidupannya sekarang?" Rena mencoba menganalisa sederhana. "Papanya adalah mantan perwira TNI dan mamanya setahu gue masih menjadi dosen dan keluarga mereka punya usaha rumah makan dan udah punya beberapa cabang. Sejak dulu, keluarga Sadin keluarga kaya. Dan nggak masuk akal kalau sampai Sadin jadi SPG dan meratapi boneka yang harganya tak seberapa."

Vella mengangkat bahu tak tahu, "Itu yang gue lihat, nggak tahu deh kejadiannya sebelum gue datang." Vella malirik Duta yang sibuk sendiri dengan pikirannya.

"Ta, Duta.. " Panggil Bagas, Duta menoleh malas. "Apa kalian tadi sempat ngomongin sesuatu, atau kalian malah sempat berantem?"

Duta menggeleng pelan, "Tidak ada. Hmm.. kami hanya.." Duta menghela nafas, tak melanjutkan perkataannya. "Gue duluan." Duta bangkit dari duduknya, dan pergi tanpa memunggu jawaban.

"Mereka itu aneh, apa masih belum ada yang tahu kenapa mereka putus?" Pancing Renata lagi.

"Bukannya karena sadin tidak mau LDR?"

"Yakin sesimple itu?" Rena memancing penasaran. "ini semua aneh, tahu tidak. Sadin menghilanh sesaat setelah Duta pergi. Sadin menghilang, benar - benar hilang."

"Pasti ada yang mereka sembunyikan."

Sepanjang perjalanan tak henti - hentinya Duta memikirkan apa yang baru saja terjadi. Sadin dan segala perubahannya. Fisik Sadin tak sesegar dulu, kulitnya pucat dan badannya kurus. Sadin lebih emosional dan sorot matanya tak terbaca. Meskipun Duta sudah mengaku telah mempersiapkan segala kemungkinan terburuk, tetap saja saat menghadapinya tak semudah saat merencanakannya. Jujur Duta tak siap dengan segala perubahan Sadin. Duta ingin Sadin yang dulu, Sadin yang ceria dan tak mau lepas darinya.

***

Tidak seperti pegawai kantor yang mendapat jatah 2 hari dalam seminggu untuk libur. Sadin hanya mendapatkannya sekali saja, dan itupun harinya digilir. Tidak tentu selalu hari sabtu atau minggu. Itulah yang menjadi dilema, karena sekolah pastinya juga libur dan bagaimana dengan Mika? Sadin tentu tak mungkin membawanya bekerja.

Sadin bersyukur karena ada tante Diana, wanita tua baik hati itu bersedia menjaga Mika sampai Sadin pulang kerja. Wanita yang tinggal tepat didepan gang itu mungkin merasa kesepian setelah ditinggal suami meninggal dunia dan anak -anak di luar kota. Sadin tidak khawatir karena tante Diana sangat menyayangi Mika.

Sebelum berangkat kerja, Sadin mampir ke rumah tante Diana untuk menitipkan Mika. "Dia kenapa? Lemes sekali." Meskipun tak protes ataupun menangis, Sadin tahu bahwa diamnya Mika adalah bentuk kekecewaan bocah itu.

Sadin mengelus rambut Mika sayang yang masih dipeluk tante Diana. "Mainan barunya rusak, dia masih sedih."

"Ohh... cuma mainan, sayang. Nanti pasti dibeliin Bunda lagi." Tante Diana mencoba memberi pengertian. "Nanti nenek ajak jalan-jalan ke taman, mau?" Mika hanya mengangguk. Lalu tante beralih lagi pada Sadin yang ikut-ikutan sedih. "Ya sudah, kamu berangkat sana. Mika aman sama Tante."

"Aku tahu, Tan" Sadin mengangguk, "maaf selalu ngerepotin."

"Kamu ini ngomongnya gitu terus, sudah sana pergi. Habis ini Tante mau ajak Mika jalan - jalan ke taman, siapa tahu lihat bunga - bunga dan main disana dia bisa kembali ceria."

Mika - Malaikat KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang