Bandung

2 0 0
                                    


Sudah banyak cerita yang aku tulis tetapi aku bingung antara melanjutkan atau berhenti. Tapi, karena menulis menjadi hobiku aku akan menuliskan cerita dan pengalaman baru. Mungkin cerita ini banyak sama nya dengan yang sudah-sudah kalian baca. Tapi aku harap kalian menerima cerita ini dengan senang hati dan menikmati dikala kalian sedang merasakan fase ini. Tidak ada campur tangan siapapun, dan tidak ada plagiat dari pihak manapun. ini adalah cerita yang sekedar aku tulis untuk menghibur saja. terima kasih. Selamat membaca. Satu lagi, aku harap kalian mendukung ku ya;)

🪐 Saturnus ini akan menemani kita saat sedang membaca cerita ini.

"Gue tadi ketemu sama kating, behh ganteng banget Fad," kata Mora setelah Fadila keluar kelas beberapa menit yang lalu.

"Siapa namanya?"

"Alfa Ganera, tapi gue bakalan panggil dia Ganera."

"Heh! baru aja ketemu, udah ada nama panggilan. Agak laen kau ya?" Begitulah jawaban Fadila cewek Sumatera yang menjadi sahabat Mora.

Mora hanya menyengir, kira-kira Ganera ada pacar tidak ya? Tapi, zaman sekarang mana ada yang jomblo pasti semua sudah memiliki pasangan masing-masing hanya Fadila dan Mora saja yang belum dapat, padahal Fakultas Bahasa ada ribuan umat tapi, satupun tidak dapat. Mungkin mereka dapat tidak satu fakultas ataupun tidak satu kampus jadi positif thinking saja.

Keduanya menyusuri koridor kampus dan berakhir duduk di kantin untuk menunggu kelas selanjutnya. Ngomong-ngomong, hari ini adalah hari yang sangat mengejutkan, kata Fadila mereka sekelas dengan anak semester lima, karena mereka belum mengambil mata kuliah sastra daerah jadi mereka semua mengambil semester ini di kala Mora dan Fadila masih semester dua.

"Fad, kapan ya kira-kira kisah kita kaya di ftv-ftv, ketemu kating terus pacaran, study date, pokoknya semuanya ada datenya."

"Kau, pikirkan aja kuliah nggak usah mikir aneh-aneh, kalau pun dapat itu bonus untuk kita. Kau pikir kau aja yang pengen? awak jugalah, udah lama pula nge jomblo sepi hidup ini."

"Hahaha, gue pikir lo bakalan nasehatin sampe kita sadar kalau itu nggak penting ternyata kita sama aja." Mora memukul tangan Fadila sambil tertawa bersama.

Terkadang memang seperti itu, ada waktunya untuk berbicara hal yang penting ada waktunya untuk bercanda. Tidak semua perlu di seriuskan, apalagi sedang di fase dimana semua orang capek dan semua orang punya masalah sendiri. Jadi, tidak semua perlu di seriuskan ikuti alurnya sampai semua orang sampai pada titik yang mereka inginkan. Semangat!

"Mie ayam kampus, rasanya mantep," ujar, Mora sambil mengunyah mie ayamnya. Jujur saja rasanya mie ayam di kampus ini sangat enak tidak ada tandingannya.

"Ayam kampus juga mantep2 Mor."

"Eh mulut, kayak nggak di sekolahin aja," tegur Mora.

"Tapi, emangkan?"

Mora mengangguk tanda setuju, "kita nggak boleh gitu, jangan kemakan isu kalau belum ada bukti nyata."

"Alah, sok bijak kali kau," akhir Fadila.

Setelah selesai jam terakhir, hari sudah mulai gelap tetapi pemandangan langit sangat indah, seolah menyimpan banyak makna tersirat dan hanya orang-orang tertentu saja yang mengerti. Mora berharap kehidupannya akan tetap seperti langit senja, yang kehadirannya tidak ditunggu tapi diabadikan. Karena, siapapun yang melihat mereka akan memotretnya, Fadila contohnya si penyuka senja.
Eh... jadi ke inget seseorang.

"Fad, gue nebeng ya hehehe mager jalan soalnya."

"Gass, tapi kawanin aku bentar ke atm, udah habis duitku, mati kelaparan nanti kan gak lucu."

"Mati tanam, apa susahnya?" kata Mora dengan logat Sumatera.

Keduanya pergi dari parkiran kampus dan menikmati sore yang indah meskipun lima menit saja, sebenarnya bank tidak terlalu jauh dari kampus. Tapi, mereka berdua memilih untuk keliling menyusuri fakultas-fakultas lain. Sore yang indahkan? Apalagi dengan pacar pasti akan sangat bermakna.

"Gilak Fad, fakultas kedokteran anjay." Mora melihat fakultas yang sangat bagus lebih bagus dari fakultas lain. Gedung yang tinggi dan sangat mewah tapi mereka berdua belum pernah masuk ke sana.

"Bagus kali, Gilak, tapi pantes aja lah, orang Ukt nya pun bisa beli pajero sama umroh tiap tahun, lah kita apalah."

"Yang penting kuliah aja udah syukur banget."

Setelah keduanya mengelilingi kampus, mereka berdua sampai di atm, Mora menunggu di motor sedangkan Fadila mengantri untuk menarik uang. Begitulah episode-episode yang akan di jalankan selama di perantauan. Seru tapi tidak seru, mau bagaimanapun tetaplah bersyukur, mengejar pendidikan itu penting bahkan sangat lah penting.

Bandung, tempat yang amat-amat romantis, sejuk dan indah siapapun yang ada di sini pasti sangat betah. setiap menyusuri jalannya, pasti teringat pada Film yang berjudul Dilan 1990 yang menciptakan Bandung dengan segala bentuk cerita senang dan sedihnya dengan seorang pujaan hati milea. Ah, keingat Dilan jadi ingin mendapat Dilan versi kuliahnya Kak Ganera juga tidak apa. hehehe.

"Kalau lo nggak ke Bandung lo nggak bakalan ketemu sama gue kan Fad?" tanya Mora random, soalnya dari tadi tidak ada percakapan keduanya karena asik melihat sudut kota Bandung.

"Kau juga, gak bakalan ketemu sama aku. Bersyukur kau cepat ketemu kawan kek aku."

"Iya bersyukur sekali, semoga tetap seperti ini ya Fad, lo, gue, dan Bandung. Abadikan setiap momen karena suatu hari nanti kita bakalan pisah."

"Dalam kali ya pembahasannya, masih semester dua udah mikir kesana, udahlah nikmati aja dulu. Belum ketemu sama cowok Bandung lah awak."

Mora hanya tersenyum mengiyakan Fadila, sebelum memikirkan perpisahan lebih baik menikmati momennya. Tidak semua harus di pikirkan tapi semua harus berpikir. Bandung, tolong selalu menyertai ya, Mora dan Fadila harus abadi, harus sampai esok, lusa, dan seterusnya.

Fadila sudah pergi dua menit yang lalu, sedangkan Mora masih berada di depan kosnya melihat banyak sekali anak kucing yang lucu-lucu, sebelumnya tidak ada kucing di sini siapa yang memeliharanya? bukannya pemilik kos melarang untuk memelihara hewan takutnya ada yang risih? Ah entahlah, Mora tidak mau berpikir lagi dia sudah lelah, kasurnya pasti sedang merindukannya.

Vot+men

2083Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang