BAB 6: WE CALL THAT A BEST FRIEND

29 15 1
                                    

WE CALL THAT A BEST FRIEND
❤︎❤︎❤︎

Azzalin adalah sahabat masa kecil Cinta, dari kecil mereka bersahabat bermula dari Cinta yang sering dibully oleh sekelompok anak nakal yang sok berkuasa. Mereka membentak, menjambak, hingga memukul Cinta yang tidak patuh dengan perintah ketua geng mereka, Jyuni.

Saat itu Cinta baru saja pindah dari Amrican, gadis cantik berumur 8 tahun itu tertata rapi, dengan ponytail yang terikat tegak menampakkan fitur halus wajahnya yang anggun. Pakaian yang sesuai aturan dan bersih, ia sungguh taat.

Masuk ke koridor sekolah di lantai satu, Cinta dipandang sinis oleh beberapa siswi. Mereka merasa terintimidasi akan ke anggunan visual Cinta. Sedangkan yang lainnya tersenyum dan menyapa, menyambutnya dengan kehangatan. Koridor penuh dengan suara bisik- bisik siswi yang heboh dengan kedatangannya dengan Dava, dari yang menggosipkan hingga yang memuji.

Namun naas, nasibnya begitu buruk. Ia selalu menjadi bahan rundingan oleh siswi, terutama Tiana, Yuni dan Sera. Kini hari demi hari ia jalani dengan Bullyan dan caci makian. Selalu dimanfaatkan kepintarannya, disuruh-suruh mengerjakan tugas, diconteki dan masih banyak perilaku buruk lainnya.

Disaat itu Azzalin lah yang pertama kali maju untuk membela Cinta. Saat yang lainnya pura-pura tidak tahu dan menyembunyikan wajahnya, Azzalin lah satu-satunya orang yang peduli kepada Cinta. Ia berani melawan Tiana, Jyuni, Sera dan siswi lain yang merundung Cinta. Pembelaan kecil itu menumbuhkan keberanian dalam dirinya, ia mulai bisa memberontak walaupun tenaganya tidak sekuat siswi lainnya, ia kini menjadi orang yang berani.

Hari-hari berlalu begitu cepat, satu persatu siswi yang dulunya berani sekarang sudah ciut nyalinya. Ada Azzalin sekarang disisinya, ia tak perlu takut. Ada Azzalin disisinya yang siap membanting siapa saja yang berani menyakiti Cinta. Sejak itulah mereka berteman baik dan tidak terpisahkan. Azzalin 8 tahun sangatlah berani.

Cinta dan Azzalin selalu bersama, hingga mereka dipaksa berpisah karena Cinta harus pindah ke Amrican. Menuju perpisahan Sekolah dasar, mereka benar-benar terpisah. Pertemuan terakhir mereka berakhir dengan keduanya menitikan air mata, Cinta sudah menganggap Azzalin seperti saudara kandungnya sendiri begitu juga sebaliknya.

Kini mereka sudah bertemu, persahabatan mereka tidak renggang sedikitpun. Sama halnya seperti dulu, kebersamaan mereka masih hangat, canda tawa mereka masih sama, cara mereka melindungi juga tetap sama. Tidak ada yang berubah masih sama seperti dulu.

๑꒰❖✿❖꒱๑

Seorang laki-laki berjalan sendiri dengan pakaian khas ala old money nya. Ia mengambil langkah besar dan melihat-lihat sekitar berharap ada seseorang yang ia kenal disini. Matanya berputar-putar memandang setiap orang yang lewat.

Tidak jauh didepannya terlihat dua sosok gadis dari belakang, yang salah satunya seperti ia kenali. Ia mendekati secara perlahan dan menepuk bahunya secara halus. "Hai.. Azzalin?" ujarnya.

"kak?... Zavier?, huuuuuaaaaaaa lama gak ketemu." Azzalin langsung berhamburan memeluk kakak sepupunya itu. "kak.. lama banget gak ketemu, kakak sepupu terbaiknya akuuuu...." pemuda itu hanya terkekeh pelan, arah pandangannya teralihkan oleh gadis cantik di sebelah Azzalin.

Zavier melambaikan tangannya ke arah Cinta, " hallo nona, perkenalkan nama saya Zavier Harlen sepupunya Azzalin" ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah Cinta.

Cinta membalasnya dengan senyuman,"Cinta Major, temennya Azzalin." balasnya singkat.

Merasa tidak ada sambutan Zavier menarik kembali uluran tangannya, lalu membalas senyuman Cinta, "Salam kenal ya!" ia kini beralih menatap Azzalin. " Dek lagi shoping ya?, Sini Abang temenin. Kangen banget udah lama gak ketemu." senyum manisnya terukir lebar, ujarnya sambil menoel-noel hidung mungil Azzalin gemas.

Edelweis: Cinta Dan Samudra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang