Warning!
-Tidak disarankan untuk yg belum cukup umur (13+)
-Mengandung hal yg dapat membuat ketidak nyamanan.
-Mengandung hal sensitif, terutama menyangkut ruang pribadi seseorang.Don't forget to vote, thanks a lot ᰔᩚ
Happy reading ૮ ˶ˆ꒳ˆ˵ ა
ノ*.✧。゚+
05.01
Alarm milik [Name] berbunyi, memicu alam sadar gadis itu. Ia dengan cepat mematikan alarm tersebut dengan gumaman pelan "Berisik."
Ia berjalan dengan gontai ke arah komputer miliknya, mengecek kembali kamera pengintainya.
Ia berdecak kesal kala dirinya menyadari kameranya sudah dirusak oleh Rin tadi malam "padahal itu kamera mahal, dodol."
Ia segera mematikan komputernya lalu beralih ke ponsel miliknya, ia beralih untuk memeriksa kamera ponsel Rin.
Segera setelah ia membuka kamera ponsel Rin, layarnya tidak menunjukkan aktifitas apapun, melainkan hitam legam dan roda memutar di tengahnya. Menandakan Rin belum menyalakan ponselnya pagi ini.
Dengan cemberut tipis, [Name] akhirnya melemparkan ponselnya kembali ke tempat tidur, ia pun menarik handuk miliknya dan segera pergi mandi. Bersiap untuk kelas pagi.
****
Ia menghantam gadis di bawahnya dengan keras, menimpa serta menghujani gadis itu dengan beribu pukulan.
Ia mengeluarkan semua rasa dendam dan amarahnya, menghilangkan kesadaran gadis itu hingga darah segar mengalir ke dari hidung dan dahi Zera.
Melihat itu, pikirannya tersadar "Tuhan, hampir aja gue bunuh orang"
Ia melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya lalu segera pergi meninggalkan tubuh Zera yang bercucuran darah.
"Awas aja lo."
****
Kini [Name] tengah duduk didepan laptop miliknya, fokus mengerjakan tugasnya, merangkai beberapa kata hingga kalimat demi sebuah aplikasi baru.
Dirinya berdecak kesal selagi otaknya tak dapat memproduksi kata lagi, ia kehilangan keinginannya untuk berpikir. Yang ada dipikirannya hanyalah Rin cepat membuka blokirnya.
Ting
Dering ponselnya, menyebabkan [Name] menoleh ke arah bar notifikasi, Rin mengirimkan pesan seperti yang diprediksinya.
Gadis itu segera tersenyum tipis melihat notifikasi itu, ia terlalu senang untuk tidak membalas pesan Rin.
"Kan bener, dibuka bloknya" Ia tertawa geli pada dirinya sendiri, memikirkan betapa memprihatinkannya kondisi Zera saat ini. Tapi yang jelas itu bukan urusannya.
Disisi lain, Rin sungguh kesal akan perilaku [Name], ia sontak mengirimkan pesan ke grup circle-nya.
"Ada yang kenal [Fake Name]?" Tanya Rin langsung, sebetulnya Rin hanya mengenal [Name] dengan nama palsu.
Secara kebetulan, ada seorang gadis jurusan teknik sipil yang memiliki nama tersebut, padahal [Name] tidak berniat untuk berpura-pura menjadi gadis itu.
Gadis itu kebingungan mengapa segerombolan primadona univ mendatanginya beramai-ramai. Jantungnya berdegup kencang saat Rin menghantam meja di hadapannya.
Rin datang hanya untuk memberikan pelajaran pada gadis itu, tapi tindakannya hanya berujung malu karena salah target.
Temannya pun bersorak menertawakan Rin berganti-gantian, sungguh memalukan datang beramai-ramai hanya untuk orang yang salah.
"Kalo gue jadi lo sih udah berhenti ngampus, Rin!"
"Lagian ga pastiin dulu sih!"
"Emang si [Fake Name] ngapain lo sih sampe seemosi itu hahaha!"
Seluruh ledekan itu hanya membuat Rin semakin frustasi.
"Cie salah orang ya, sayang? Emang enak?" Ledek [Name] juga melalui WhatsApp.
****
Insiden Zera tentu tidak menghentikan [Name] sama sekali, ditambah Rin belum mengetahui identitas aslinya membuat [Name] semakin nekat.
Berganti hari, semakin banyak kamera tersembunyi yang [Name] tempelkan ke jaket Rin.
Begitu pula dengan Rin, ia tidak menaruh curiga kepada siapapun. Karena menurutnya, adalah hal yang wajar jika seorang gadis sengaja mendempetkan diri padanya saat berada di kantin. Dirinya bahkan terbiasa akan hal itu.
Seperti biasa, kerjaan [Name] sepanjang hari hanyalah menatap layar monitornya yang menampilkan aktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh Rin.
[Name] kembali menyunggingkan sebuah senyum begitu Rin menyebutkan nama Milo dengan nada yang lucu.
Betapa manjanya Rin terhadap kucingnya sungguh membuat [Name] gemas, ia berharap dirinya bisa bertransformasi menjadi Milo saat itu juga.
Tetapi kesenangan [Name] tersebut hanyalah mimpi buruk untuk Rin. Setiap kali ia menemukan kamera tersembunyi itu, dirinya terasa seperti dihujani 1.000 tombak.
Sudah kesekian kalinya Rin memblokir nomor [Name], tapi betapa liciknya gadis itu memiliki beribu nomor lain untuk menghubungi Rin.
[Name] bahkan tanpa ragu menyebutkan letak kamera yang ia letakkan pada Rin. Terdapat 5-6 kamera tersembunyi di baju Rin, belum lagi kamera ponsel dan cctv apartemen Rin yang ia sadap.
Rin mengumpulkan seluruh kamera yang [Name] sebutkan letaknya, betapa merindingnya sekujur tubuh Rin ketika melihat kumpulan kamera kecil itu.
Ia bahkan merasa mual memikirkan [Name] telah melihatnya berpakaian setiap hari. Ini bukan lagi tentang rasa malu, tapi gila.
****
Halooo sekian lama aku udah ga up, maaf yaa udah buat kalian nunggu (╥﹏╥)
Fyi karakter [Name] disini aku buat sebagai anak tunggal kaya yaa, that's why dia bisa beli banyak kamera yang katanya mahal, laptop, komputer, dan sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker || Itoshi Rin x readers
Romance[Name] menatap layar monitornya yang menunjukkan beberapa ruangan apartemen Rin, matanya menangkap kepada salah satu ruangan dimana Rin berada. Ia menyunggingkan senyum tipis sambil terus menatap layar monitornya. "Akan kubuat kamu jatuh cinta apapu...