Cerita ini mengkisahkan tentang pengantin muda Thai-Indonesia yang wanitanya adalah orang Indonesia asli dan prianya seorang bangsawan Mom Luang keturunan Indonesia
Tentu saja Nao dan Melynda harus berkumpul sarapan bersama keluarga. Yang Melynda takutkan saat ini adalah kakek dari Nao yang terlihat galak, jutek, dan ternyata kakeknya Nao tidak menyukai dirinya.
Nao yang melihat wajah takut istrinya pun menenangkannya, "Tenang aja sayang, kakekku tampangnya doang galak tapi beliau baik kok".
Tibalah saatnya sarapan bersama, seorang kakek Nao bernama Pakorn Kanokphon Chawakorn yang memiliki sifat tegas, berwibawa, namun ia begitu baik kepada istri cucunya namun tetap saja membuat Melynda ketakutan.
Nao dan Melynda menyapa Pakorn, "Arun sawat khab bpuu".
"Arun Sawat kha bpuu Pakorn".
Pakorn tersenyum melihat Nao dan Melynda, "Arun sawat".
Nao duduk di kursi yang dekat dengan Pakorn sementara Melynda duduk disampingnya. Pakorn melihat raut wajah Melynda yang ketakutan bertanya pada Nao suaminya, "Nong Nao ada apa dengan istrimu?".
Nao yang melihat raut wajah Melynda pun tersenyum jahil dan mengatakan pada kakeknya, "Dia takut karena dia kira khun bpuu galak".
Tiba-tiba Pakorn tertawa. Hal itu membuat Melynda ketakutan.
"Be relax Melynda" kata Pakorn, "Jangan takut pada grandpa, lagu pula Grandpa suka jika kamu menikah dengan Nao".
Melynda menarik nafas lega. Ternyata Pakorn sangat baik memang casing wajahnya saja yang jahat tapi beliau tidak sejahat itu.
"Khob khun kha" Melynda lega.
"Baiklah kamu boleh makan yang kamu suka, karena kamu sudah menjadi istri sah Nao maka kamu boleh menambahkan lagi makananmu" kata Pakorn ramah ke Melynda.
Nao menggoda istrinya, "Tuh kan gak galak".
"Ya aku kirain soalnya beliau kukira gak suka aku".
Nao jadi teringat perkataan sang kakek sebelum ia menikah.....
Flashback On.
Sebelum perjodohan dimulai, Nao dan Pakorn berbincang-bincang soal pacar Nao. Karena yang tahu Nao dan Melynda pacaran hanya kakeknya.
"Nao, sepertinya bpuu lebih merestui kamu menikah dengan Melynda pacarmu. Melynda gadis itu lucu" kata Pakorn.
"Oh iya? Kukira bpuu tidak suka dengan Melynda" kata Nao.
Pakorn tertawa mendengar perkataan cucunya, "Tentu tidak, justru bpuu malah suka dengan Melynda, dia sangat baik. Jadi kalau kamu menikah dengannya tentu bpuu akan senang" kata Pakorn, "Seharusnya memang kamu yang menentukan kamu yang mengatur jodohmu bukan orang tua yang mengatur jodohmu".
"Yah mau bagaimana lagi bpuu, aku hanya pasrah saja" kata Nao.
Dan ternyata Nao dijodohkan odengan pacarnya sendiri. Tentu saja Pakorn senang dan bersorak, "Yes! Sesuai ekspektasiku".
Flashback Off.
Nao tersenyum sendiri mengingat sang kakek yang begitu senang mengetahui bahwa Nao menikah dengan pacarnya sendiri pastinya seorang kakek akan merestui pilihan cucunya bukan?
Pakorn yang melihat Nao tersenyum sendiri pun bertanya padanya, "Cucuku? Apakah kamu baik-baik saja?".
Melynda juga kebingungan, "Are you okey paksu?".
Nao tersadar, "Eh gak apa-apa kok yank".
Lalu Nao berbicara pada kakeknya, "Aku tidak apa-apa bpuu".
Tiba-tiba Pakorn menyadari jika cincin Nao tidak ada di jarinya, "Nao kemana cincin pernikahanmu? Bpuu tidak melihat cincin milikmu".
Nao tersenyum. Ia membuka kerahnya dan menarik seuntai kalung emas putih berbandulkan cincin pernikahannya.
"Memang aku jadikan cincin ini bandul kalung. Aku khawatir orang-orang akan membully istriku yang kucinta karena dia menikah denganku" katanya membeberkan alasan menjadikan cincin pernikahannya bandul kalung yang melingkari leher putih Nao.
Pakorn hanya mangut-mangut. Ia menghargai keputusan Nao untuk jadikan cincin itu sebagai bandul kalungnya, "Yahh mungkin untuk keamanan istrimu juga. Lagipula jika istrimu dibully, bpuu akan maju paling depan membela istrimu kamu tak sendirian nak".
Nao tersenyum dan ia berkata pada istrinya, "Tuhh kakekku malah jadi garda terdepan buat kamu lhoo".
