Voices In The Ocean : Cursed Man, Zale Merville [End]

Bab 47 : Lengah

⚠️WARNING! INI HANYA CERITA FIKTIF BELAKA. KALAU ADA KESAMAAN DALAM NAMA DAN TEMPAT KEJADIAN, MOHON DIMAAFKAN. SAYA SAMPAIKAN SEKALI LAGI, CERITA INI HANYA FIKTIF!⚠️

Guys, votenya dong! Jgn jadi silent readers anjay.

Kalo ada yg blm vote, vote dulu yaa sayang💕 🔪
___

"Kenapa kau tiba-tiba mencari ku, Tuan Peterson?" Pertanyaan terkesan sinis terlontar sarat bercampur kekesalan mendalam, sebab orang di depannya ini ternyata menemuinya yang entah tahu dari mana. Tak ayal, kedatangan orang ini susah dia endus maksudnya sedari awal.

Dimitri mengedikkan bahu, sikap acuhnya terlihat jika malas menjawab pertanyaan Myra barusan, padahal instingnya sendiri 'lah yang menemukan keberadaan Myra berada. Kini dengan santainya Dimitri, alias Rikkard, mengangkat salah satu kakinya ke atas meja di hadapan Myra. "Nyonya Pamela hidup dengan bergelimangan harta dan kekuasaan melimpah dari Tuan Delmare. Tapi, kau justru menikmati kesengsaraan ini secara sepihak."

Jelas Dimitri tahu siapa sosok di depannya ini. Di masa lalu atau sekarang, Myra tetaplah wanita yang mudah terpengaruh, buktinya, Myra meliriknya dengan tajam. Tanda emosinya terpancing sebagian. "Jemma hidup bebas, terutama saudari anda. Mereka berada di masa kejayaannya tanpa adanya anda di dalam sana, sebab, benalu akan menjadi parasit menyebalkan bagi para orang-orang itu."

Brak!

"Tutup mulutmu! Katakan saja tujuanmu kemari!" bentak Myra amat jengah seraya menggebrak meja, lalu menunjuk wajah pongah Dimitri. Sungguh dia sangat memuakkan.

Di atas kepalanya seolah ada asap mengepul, membuat Dimitri tertawa kecil. Sudah sepantasnya seorang penjahat di kehidupan orang-orang berhati kotor seperti Myra tidak hanya kebanyakan berpikir dan membuang waktu saja, inilah tindakan tepat bagi Dimitri untuk membalas Zale. Tak pernah terpikir seumur hidupnya mengikhlaskan, ternyata kedengkian serta iri selalu jadi pemenangnya.

Kembali pada perbincangan membosankan bagi Myra. Dimitri menarik kakinya 'tuk turun, sambil memandang Myra penuh arti. Ya, kali ini juga mesti berhasil. Setidaknya Zale semakin tersiksa jika berjauhan dengan Jemma atau mungkin-berpisah alam sekalian? Wah, imajinasi dan ekspektasi Dimitri tengah melambung tinggi!

"Jemma sangatlah cantik, saya menginginkan gadis itu. Sayangnya, ada Nyonya Pamela dan Tuan Delmare di dekatnya, terutama seorang pria berambut putih panjang. Sampai sini, saya tahu anda telah memahaminya," terang Dimitri secara lugas. Padahal seluruh perkataannya tadi ialah kebohongan semata.

"Ck, kau mau aku menjadi bawahanmu, begitu?" sahut Myra kurang terima.

Kepala Dimitri menggeleng pelan sembari mengernyitkan wajahnya, namun seketika tersenyum ramah. "Tidak, anda salah. Saya hanya ingin bekerja sama. Apa lagi anda butuh bantuan saya pastinya, karena tak mungkin bagi anda yang sendirian ini, mampu menghadapi orang-orang itu, bukan?" ucapnya langsung mengenai poin penting.

"Cukup ikuti cara saya bekerja, maka anda dapat memiliki seluruh aset milik keluarga Delmare seutuhnya. Ah, jangan lupakan satu hal. Berikan Jemma pada saya dengan kondisi hidup-hidup, selebihnya, tentu terserah anda sendiri. Bagaimana, hmm?" lanjutnya mengeluarkan segala upaya.

"Memang-apa rencanamu, huh?" tanya Myra ketara gengsi.

Senyum mulai mengembang lebar di bibir Dimitri. Beginilah maksudnya, Myra senjata pertama dan terakhir. Jika terjadi kesalahan mengenai strategi yang telah disusun berantakan, Dimitri sudah memikirkan hal tersebut, semua telah diatur sedemikian rupa agar berjalan lancar. Walau sialnya, hanya mempunyai satu pion usang.

🐬

Helaan napas panjang terdengar di telinga sang ibu, membuat tangan yang semula bertekstur kasar berubah menjadi selembut dan sehalus sutra itu mengusap lengan kekar anaknya. Penderitaan demi penderitaan mereka lihat langsung, seolah mereka melupakan bagaimana cara Tuhan atau dewa memperbaiki takdir manusia tanpa campur tangan keduanya, namun mereka merecokinya terus-menerus sejak dulu.