Versi lain: Chapter-14 [END]

773 46 0
                                    

🍀🍀🍀🍀🍀
.
.
.
.


"Jadi apa yang ingin kalian diskusikan dengan kami?", tanya Elvan memulai percakapan mereka setelah selesai makan malam bersama. "Apa kalian sudah menemukan penawar untuk virus itu?",

"Sayangnya tidak, kondisi bumi saat ini sudah parah. Jikalau pun menemukan penawar, itu sudah terlambat. Cara satu-satunya adalah kita pindah ke planet lain yang sudah dijadikan tempat tinggal baru para manusia yang selamat. Semua manusia yang masih selamat dari wabah itu, dijemput dan dikirimkan ke sana. Bisa dikatakan hanya kita yang tersisa di sini. Aku menunggu supaya kalian semua datang sebelum akhirnya pergi dari sini", ujar Givan menjelaskan.

"Jadi kita akan ke luar angkasa?", tanya Tivan polos yang sebenarnya masih belum mengerti dengan topik pembicaraan. Semua yang mendengar pertanyaan Tivan sontak saja terkekeh gemas.

"Iya Vana",

"Memangnya kapan kita akan berangkat?", kali ini Celsa lah yang mengajukan pertanyaan. "Pagi ini, karena saat siang. Bumi dan seisinya akan diledakkan",

🍀🍀🍀🍀🍀

Menidurkan tubuhnya di atas kasur, kemudian menghela nafasnya. Menatap dinding dinding langit, sembari memikirkan kenangannya selama tinggal di bumi. Tersenyum kecut, ia kemudian tertawa kecil, bukan tawa yang disebabkan oleh kebahagiaan, melainkan tawa seseorang yang terdengar putus asa.

"Pada akhirnya pun, bumi akan dihancurkan. Tidak masalah Tivan, ini bukan tempat dimana nenek dan kakakmu tinggal! jangan menangis", ujarnya untuk menenangkan dirinya sendiri.

Tok tok tok

"Masuk saja", balas Tivan yang kemudian bergegas, menghapus air matanya yang sempat mengalir. Tidak lama, pintu terbuka dan memperlihatkan sosok pemuda dengan rambut pirangnya.

"Boleh aku bicara dengan mu? kumohon, Tivan", pinta pemuda yang tidak lain adalah Farrel. Ia datang ke sini, untuk menemui pujaan hatinya seorang.

"Baiklah, hanya sebentar, aku sudah mengantuk!", jawab Tivan. Ia amat kesal dengan pemuda di hadapannya itu, pemuda yang sudah menyebabkan bumi dan seisinya hancur.

"Terimakasih", ucap Farrel.

"Jadi apa mau mu?", tanya Tivan. Dengan sabar, ia menunggu kata-kata yang akan diucapkan Farrel. Tentunya dengan perasaan kesal yang tidak pernah hilang.

"Maafkan aku, aku tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikannya dari mu. Aku tau kau pasti sekarang membenciku, aku tau itu. Waktu itu, aku tidak sengaja membuat virus itu, aku sudah mengurung objek eksperimen ku dengan seaman mungkin, tapi ada rekanku yang berkhianat melepaskan objek eksperimen ku, ia bunuh diri setelah melakukan itu entah apa niatnya. Tivan, maafkan aku, kumohon jangan membenciku, aku mencintaimu sejak pertama kita bertemu. Aku tidak sanggup jika kau membenciku, tapi aku mungkin memang pantas dibenci, maafkan aku dan aku akan segera pergi, terimakasih telah mendengar ucapanku", ucapnya panjang lebar.

"Kau tidak butuh jawabanku?", tanya Tivan begitu Farrel berbalik hendak meninggalkannya.

"Bukankah sudah jelas, kau pasti membenciku setelah semua yang telah aku lakukan", ujar Farrel tanpa membalikkan badannya. Ia tidak sanggup untuk menatap manik silver Tivan yang menatapnya dengan tatapan kebencian.

"Aku tidak pernah membencimu", gumam Tivan lirih. Farrel yang masih dapat mendengar itu, segera tertegun di tempatnya.

GREPP..

Tivan memeluk Farrel dari belakang. Membuat Farrel yang masih tertegun di tempatnya, kini berbalik ke arahnya.

"Apa kau sungguh tidak membenciku?", tanya Farrel penuh harap yang terlihat jelas di binar matanya.

"Ya, aku hanya kesal karena kau tidak memberitahu ku kebenarannya sejak awal", balas Tivan. Farrel segera memeluknya erat, ia bersyukur karena Tivan tidak membencinya.

"Terimakasih banyak, aku mencintaimu Tivan Rizanaya", ujar Farrel disela-sela pelukan mereka.

"Aku.. juga", gumamnya lirih.

🍀🍀🍀🍀🍀


Beberapa orang nampak berkumpul bersama untuk menikmati sarapan pada pagi hari ini. Nampak meja makan yang terhidang banyak sekali lauk pauk yang tentunya lezat. Serta perbincangan hangat dari orang-orang itu.

"Tidak terasa ya. Besok, tahun akan berganti kembali", ujar Tivan membuat mereka mengangguk. Banyak sekali kenangan yang sudah mereka habiskan selama ini.

Ini adalah hari terakhir mereka ada di bumi dan dapat melihat bumi sebelum bumi benar-benar dihancurkan. Siapa yang tidak akan sedih, jika tempat kelahirannya harus dihancurkan begitu saja? tentunya mereka sebagai manusia biasa juga merasa amat sedih. Bagaimanapun, banyak sekali kenangan yang sudah mereka habiskan di bumi ini.

"Kau benar. Hei, setelah sampai di sana, kita tetap akan berkumpul seperti ini kan?", tanya Celsa menatap mereka semua.

"Tentu! kita adalah teman selama ini, mana mungkin kita akan saling meninggalkan begitu sampai di sana jika kita sudah berjuang bersama selama ini", ujar Tasya dengan begitu semangat.

"Benar! setelah sampai di sana, aku akan mengajari kalian untuk bermain permainan yang menurutku seru deh. Jadi janji jika kita tetap akan berkumpul bersama ya?", seru Gea.

"Semuanya, angkat kelingking kalian untuk berjanji!", teriak Celsa dengan semangat membara.

"Janji?".

"Janji!".

Baik Tivan maupun yang lainnya, semuanya tertawa bahagia. Bahkan beberapa orang yang jarang tertawa pun, ikut tertawa bersama.

Momen di mana mereka dapat berkumpul seperti ini, adalah momen yang tidak akan mereka lupakan sampai kapanpun.

"Terimakasih", batin Tivan tersenyum manis melihat teman-temannya.

(Pertemanan yang sungguh mengagumkan ya?)

🍀🍀🍀🍀🍀

Kini, Tivan dkk, sedang melangkah masuk menuju sebuah roket yang akan mengantarkan mereka ke sebuah planet yang akan menjadi hunian para manusia yang masih ada.

Tivan nampak berhenti sejenak, dia menoleh ke belakang untuk melihat bumi terakhir kalinya.

"Selamat tinggal. Terimakasih sudah menjadi tempat untuk kami bernaung selama ini. Terimakasih", batin Tivan.

"Hei, apa lagi yang kau tunggu? ayo masuk!", ajak Celsa.

Tivan tersenyum manis sebelum akhirnya menjawab.

"Ya!"


[🍀🍀END🍀🍀]










Nah, ini ending versi lainnya ya.

Soalnya yang ending versi sebelumnya, ga akan ku buat lanjutannya.

So, jadi nikmati aja.

Yang waktu itu protes, jangan protes lagi lah.

Sampai jumpa di slide Story ya!!!!!





See you!!!

Zombie Outbreak In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang