Bab 10

11 2 0
                                    

Happy Reading Fellas!


"Lo gimana sih, Li? Aletta jatoh bukannya nolongin malah ninggalin!" cecar Jayden.

Liam yang baru datang dari rumah Pak Teddy bingung dengan Jayden yang marah-marah dan juga seseorang yang sedang mengurut kaki Aletta. Liam menyimpan barang bawaannya kemudian menghampiri Aletta, dipanggilnya Aletta namun Aletta tidak menjawabnya sama sekali.

"Al?" panggil Liam lagi.

"Coba gerakin kakinya pelan-pelan, Mbak!"

Digerakkannya kaki Aletta dengan pelan, Aletta tersenyum kakinya sudah tak sesakit sebelumnya. Aletta berterimakasih kepada orang yang mengurutnya sebelum orang itu pergi. Lalu datang Jayden dengan kotak P3K ditangannya, dengan perlahan Jayden membungkus kaki Aletta yang terluka karena goresan batu tadi. Aletta menahan sakitnya walaupun tak jarang juga rintihannya terdengar, hingga kakinya selesai diperban.

Sementara Jayden menyimpan kotak P3Knya, Liam memanggil Aletta lagi. Bukannya menjawab Aletta malah menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Liam semakin dibuat bingung, beberapa saat kemudian terdengar isakan seperti tangisan yang ditahan. Liam mendekati Aletta dan meraih tangannya, melihat kondisi Aletta saat ini. Terlihat wajahnya yang memerah dan mata yang sembab juga basah, Aletta menangis.

"Hey, it's okay!" ucap Liam berusaha menenangkan Aletta.

Saat Liam hendak merangkul Aletta, Aletta menangkisnya. Dengan susah payah Aletta pergi meninggalkan Liam tanpa berkata apapun, Aletta juga tetap menghindari Liam yang ingin menolongnya.

***

Dilihatnya Aletta sudah mulai semangat lagi bekerja, ia sedang menyiapkan pesanan. Liam tak yakin jika Aletta bisa mengantarkan pesanan tersebut, terbukti dari cara Aletta berdiri, sebelah kakinya kadang terangkat mungkin kakinya terasa sakit.

"Biar gue yang anter, meja nomor berapa?" tawar Liam saat Aletta meletakkan kopi ke nampan.

"Tujuh belas," jawabnya singkat.

Selama perjalanan menuju meja pesanan, Liam berpikir keras, ia teringat akan kejadian tadi siang. Dimana Aletta yang terus memanggilnya kemudian terjatuh, dirinya memang mengabaikan Aletta karena Teddy yang memintanya untuk segera ke rumahnya, sehingga Liam terpaksa meninggalkan Aletta.

"Kayaknya karena tadi deh, Aletta jadi marah gitu, Jayden juga kayak yang kesel banget sama gue!" gumam Liam.

Tak butuh waktu lama, kini Liam telah kembali ke Bar. Ia mengecek merapikan meja Bar karena ia melihat sedikit noda di sana. Setelah selesai mengelap semuanya, datanglah Aletta dengan Jayden yang membantu memapahnya, Aletta pun duduk di kursi yang ada di sana dan Jayden pergi lagi dengan alasan ingin pergi ke toilet.

Aletta mencoba bangun dan hendak mengambil ponselnya yang sedang di charge dibagian pojok meja Bar. Namun baru saja ia melangkahkan kakinya, kakinya terasa sangat lemah dan hendak terjatuh. Beruntung Liam melihatnya kemudian menahan badan Aletta agar tidak kembali terjatuh.

Brukk!!

Liam segera membantu Aletta kembali duduk dan mengambilkan ponselnya. "Ada yang sakit?" tanya Liam seraya memberikan ponsel Aletta.

Aletta menggeleng. "Gak ada, makasih, ya."

"Iya, lo mau pulang aja? Biar gue yang minta izin ke Pak Teddy," sahut Liam.

"Gak, Li, aku bisa kok, cuman barusan gak kuat aja kakinya jadi jatoh," tolak Aletta sambil tersenyum.

"Gak, Li, aku bisa kok, cuman barusan gak kuat aja kakinya jadi jatoh," tolak Aletta sambil tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh gue tau, lo kayak gitu biar bisa gue peluk, 'kan?" goda Liam.

"Heh gak ada, ya!" Namun bisa Liam lihat bahwa Aletta sedang menahan malu, kedua pipi dan hidungnya memerah, dan Aletta pun tak dapat menahan senyumannya.

"Jujur aja, Al, lo suka kan sama gue?" Liam terus menggodanya dan membuat Aletta semakin malu. Liam pun bersimpuh di depan Aletta kemudian menggenggam tangan Aletta. "Gue juga suka sama lo," lanjut Liam.

APA?

"Pasti ini mimpi, aku pasti ngehalu ini," 

"Al, pacaran yuk!" ajak Liam dengan sorot mata yang terus menatap Aletta lekat, sepertinya ada rasa takut di sana tetapi Liam berusaha menutupi dan melawannya.

"ENGGAK!" Aletta melepas tangannya yang di genggam oleh Liam, kemudian kedua tangannya menutupi seluruh wajahnya. Oh tidak, ketakutan Liam terjadi, sudah dipastian Aletta menolaknya.

"Ini pasti mimpi, 'kan? Tolong bangunin aku, aku gak mau mimpi kayak gini!" cecar Aletta sambil menggeleng-geleng dengan tangan yang masih menutupi wajahnya.

Liam terkekeh, ia berdiri dan mengambil kedua tangan Aletta. "Hey! Lo gak mimpi," ujar Liam pelan.

Entah mengapa, ucapan Liam terdengar sangat lembut ditelinga Aletta sehingga Aletta terpaku menatap Liam. Liam tersenyum lalu mencubit pipi Aletta. "Aw! Sakit, Li!" teriak Aletta.

"Sakit, 'kan? Berarti lo gak mimpi," jawab Liam.

Benar juga, jadi Liam benar-benar menembaknya? Liam mengajaknya untuk berpacaran? Momen seperti ini tidak datang dua kali, Aletta harus segera mengiyakan ajakan Liam tadi.

"Li," Aletta masih sedikit malu dengan tingkahnya tadi.

"Yuk!" ajak Liam lagi.

"Ke mana?"

"Sama banget sama Alicia, gak pekaan kalo soal cinta,"

"Be mine?"

Namun Aletta tidak kunjung menjawab melainkan hanya diam seperti patung. Liam cukup kesal menunggu lontaran kalimat dari mulut Aletta.

"Lama berarti iya, mulai sekarang kita pacaran!" putus Liam.

Sepertinya Aletta masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi padanya saat ini, sungguh Aletta tak menyangka bahwa Liam-sang pujaan hatinya menyatakan cinta padanya. Luar biasa!

"Nah gitu dong, pacaran," sahut Jayden tiba-tiba.

Keduanya pun menoleh dan tampak sedang menahan malu. Secepat mungkin Liam bersikap seperti biasa dan menjawab. "Yoi!"

"Congratulations! Tapi ... Kalian harus dengerin gue dulu."

"Gue gak bakal ngadu ke Pak Teddy, asalkan satu ... Kalian bisa jaga sikap dan profesional, tau kapan jadi pacar dan kapan jadi partner kerja."

"Dua ... Kafe bukan tempat membuat atau menyelesaikan masalah. Ketika kalian ada pertengkaran, selesaikan diluar jam kerja dan diluar Kafe."

"Terakhir ... Jangan sampai membuat semangat kerja kalian turun karena pasangan. Gue paling gak mau itu."

"So, jadikan pasangan kalian pemicu semangat kerja dan meningkatkan profesionalisme kalian," jelas Jayden dengan memperagakan seperti seorang ahli cinta.

Padahal punya pasangan juga belum pernah!

"Siap, Bos!" jawab Liam dan Aletta berbarengan.

"Kafe bakal ngeluarin menu baru, dan resepnya ini cukup rumit. Kita pelajarin bareng-bareng, ya, ini resepnya," ucap Jayden serius sembari mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya dan memperlihatkannya kepada Liam dan Aletta.

Mereka bertiga membaca resep kiriman Pak Teddy itu, dari bahannya mudah tak jauh berbeda dari kopi-kopi lainnya. Namun, cara membuatnya yang cukup sulit. Terlebih lagi bagi Aletta, dirinya yang baru terjun ke dunia kopi masih gugup dalam memahami sebuah racikan.

Beruntung, Pak Teddy tak hanya memberikan resep tapi juga mengirimkan sebuah video cara meracik kopi tersebut. Para barista ini bisa segera mempraktikannya sambil mengikuti arahan dari video tersebut. Ketiga barista itu segera mempraktikkan resep baru tersebut, cukup membutuhkan waktu lama untuk meracik kopi baru itu hingga akhirnya menjadi minuman unik yang siap menjadi buruan para pecinta kopi. 


BERSAMBUNG__

Lanjut next part ya :*

TERJEBAK CINTA MASA LALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang