Part 8. Sang Dara

91 71 6
                                    

Revisian setelah end, jdi kalau ada typo dan yang lain tandain ok😉

Enjoy for reading

.
.
.
.
.

Malam hari memang menenangkan untuk sebagian orang dari riuh nya hati dan pikiran. Kegelapan malam bisa memikat hati untuk orang-orang yang lelah akan kehidupannya, luka nya, bahkan mental nya.

Seperti Dara saat ini, jam menunjukkan jam 23.15 di ponsel nya. Tapi mata yang lelah itu tak kunjung menutup hanya untuk sekedar beristirahat, melainkan membuat lelehan air mata itu mengalir lebih deras.

Rasa lelah, marah, dan sakit itu terus-menerus menghantam Dara, sosok gadis yang terlihat ceria diluar namun rapuh di dalam.

Keluarga yang menyayangi hanya sebatas formalitas di depan orang-orang, itu membuat diri Dara lelah dan ingin menyerah.

"Kenapa begitu menyakitkan? itu cuma kata-kata bukan sebuah pukulan seperti biasanya. Tapi kenapa rasanya lebih sakit dari pukulan di badan" monolog nya menerawang jauh dengan air mata yang terus mengalir.

Flashback on

Setelah Angkasa pergi, Dara bergegas untuk pulang untuk membantu orang tua nya. Namun saat di perjalanan, Dara melihat seorang anak kecil yang menangis dipinggir jalan dan Dara pun menghampiri nya.

"Dek, kamu kenapa nangis?" tanya Dara lembut dengan mengelus rambut anak kecil tersebut.

Anak kecil itu pun mendongak dengan mata sembab dan hidung merah nya itu sambil mengelap ingus nya.

"Aku laper kak" cicit anak kecil itu

"Emm gitu ya, ayok kita beli makan"

"Beneran kak?" tanya nya dengan girang

"Iya dong, yuk"

"Ayo kak" Dara hanya tersenyum simpul melihat anak ini sangat kegirangan.

Mereka pun berjalan menuju tukang nasi goreng yang sudah buka di pinggir jalan itu.

"Mang, nasi goreng nya satu ya sama minum nya es teh" pesan Dara

"Siap neng, pedes gak neng? tanya si penjual nasi goreng

"Enggak mang, biasa aja"

"Siap"

Dara pun mengajak anak kecil itu duduk lesehan di tempat yang sudah disediakan. Dara melihat anak kecil itu yang terlihat sangat lusuh dan kotor. Sayang sekali, anak sekecil ini sudah terlantar sejak dini. Dara pun bersyukur masih mempunyai keluarga, walaupun tidak utuh tapi Dara mensyukuri nya.

Dara menemani anak kecil itu dengan obrolan ringan, tak terasa hari semakin sore. Akhirnya Dara memilih untuk segera pulang dari tempat itu setelah membayar dan berpamitan dengan Ari, si anak kecil tersebut.

Sesampainya dirumah Dara yang membuka pintu langsung mendapat tamparan yang sangat keras hingga dirinya tersungkur.

"BAGUS, PULANG LARUT. DARI MANA AJA KAMU HAH? BUKANNYA PULANG CEPET BUAT BANTUIN MALAH KELUYURAN GAK JELAS KAMU, MAU JADI APA KAMU NANTI HAH? ANAK SIALAN" maki Andrian, ayah dari Dara

"Dara gak kelayapan yah, Dara tadi-"

PLAK

BUGH

"Awss, sakit"

"BERANI MEMBANTAH KAMU? MASUK KAMAR DAN JANGAN MAKAN MALAM HARI INI" pungkas Andrian

Flashback off

***

Pagi hari tiba, Dara sudah siap berangkat sekolah pagi pagi sekali. Dengan muka yang pucat Dara terus mengembangkan senyum nya.

Sesampainya di Sekolah, Dara langsung menuju kelas tapi saat di pertengahan jalan menuju kelas tangan nya ditarik seseorang. Siapa lagi kalau bukan Angkasa?

"Angkasa, lepasin tangan aku sakit shh" ringis nya

"Gue gak peduli, lo harus ikut gue ke kantin"

"Ngapain?"

Pertanyaan yang Dara lontarkan membuat langkah Angkasa berhenti dan berbalik untuk melihat Dara.

"Lo lupa?" ujar nya dengan menaikkan sebelah alisnya

"Aku udah nolak, aku gamau" jelas Dara

"Dan gue gak terima penolakan, jawabannya hanya dua. Iya atau iya"

Angkasa segera menarik tangan Dara yang agak panas itu dengan cepat. Karena perut Angkasa sedang tidak bisa diajak kerja sama untuk menahan lapar nya.

Dara pun menuruti apa yang Angkasa inginkan, percuma dia menolak hanyakan menguras energi nya saja yang sudah lemas ini.

_tbc_

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote and komen^^

Thank you

Altruisme Dara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang